Dandelion

1.3K 172 64
                                    

❝Jungkook, apa kelak aku bisa melihat?❞

❝Tentu,❞







± : . : ± : . : ± : . : ±








Taehyung pikir dirinya tidak berharga, tidak bermakna, bahkan tidak berguna. Melihat saja tidak bisa. Kendati demikian, Jungkook tidak pernah lelah untuk terus katakan; tak harus terlihat begitu menarik secara fisik untuk menjadi sesuatu yang hebat. Karena terkadang, sesuatu yang sederhana dan tampak tak berharga memiliki kehebatan yang tiada tara.

"Aku tidak bisa melihat, apa kamu tidak malu punya kekasih sepertiku?" jari-jari lentik itu terus ia mainkan, buang napas panjang untuk hilangkan semua kegusaran.

"Kenapa harus malu?" Jungkook kecup sebentar surai hitam legam milik kesayangan.

Seharusnya sejak awal Taehyung sadar, sadar bahwa ia sudah banyak langgar norma-norma kehidupan, pun terus pikirkan bahwa ia selalu jadi beban buat sang pacar.

"Kenapa terdiam?" Jungkook dekap pinggang ramping tuan muda Kim, tak luput beri usapan hangat pada punggungnya.

Tahu bahwa si manis sedang tangisi diri lagi, tatkala ia lihat pundak rapuh itu terus bergetar tak keruan.

Kendatipun Jungkook tak pernah mengeluh, janji akan terus di samping Taehyung dalam keadaan apa pun.

"Sudah menjelang malam, ayo pulang!" Jungkook bantu Taehyung untuk berdiri, pelan langkahkan kaki untuk tapaki jajaran rerumputan di samping bebatuan.

Sejenak Jungkook berhenti, lihat pemandangan sekitar, banyak bunga randa tapak yang terhampar, kencangnya angin buat bunga-bunga kecil itu beterbangan.

Detik berikutnya Jungkook sadar, agaknya Taehyung seperti bunga randa tapak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Detik berikutnya Jungkook sadar, agaknya Taehyung seperti bunga randa tapak. Tampak rapuh di luar namun begitu hebat di dalam.

Jungkook lepas genggamannya pada tangan Taehyung. "Tunggu sebentar! Aku akan petikkan sesuatu untukmu."

Lantas ia ulurkan tangan ke samping kanan, petik satu tangkai bunga randa tapak untuk ia berikan pada si pacar.

"Taehyung, ulurkan tanganmu!" tanpa meragu, perintah Jungkook dilakukannya dengan baik.

Ia taruh bunga itu di atas telapak tangan seputih susu milik si manis kesayangan. "Dia dandelion," katanya lembut dengan seulas senyum tulus.

"Dandelion tidaklah tumbuh sebagai bunga yang hidup di taman-taman hias seperti bunga lainnya. Ia bersembunyi di balik ilalang yang kerap tidak memedulikannya.

Dandelion tidak secantik mawar ketika mekar, tidak seceria matahari yang bersinar, tidak serapuh melati yang selalu tampak ingin dicintai. Dandelion memiliki jati dirinya sendiri.

Dia putih karena dia anggun dan tenang dari dalam. Dia tumbuh dengan sendirinya, dia tidak pernah butuh air dari tempayan mana pun untuk menyiraminya. Meskipun tempayan itu terbuat dari emas ataupun kayu tua. Karena air kehidupan dari langitlah yang langsung dia terima.

Dandelion tumbuh tegak di antara ilalang yang telah menguning, dia memberikan warna cantik di antara ilalang yang telah menua oleh masa.

Namun dandelion tidak mampu melawan ketentuan takdir ketika angin harus datang dan memporak porandakan seluruh kepak-kepak serabut kelopaknya, dan dia akan berubah menjadi satu batang yang berdiri tegak meskipun sendirian.

Sesungguhnya dandelion akan selalu setia mengikuti ke mana angin akan menerbangkannya, dia bebas dan terus bergerak bersama angin. Tidak ada satu pun yang tahu ke mana kelopak-kelopak lembut itu akan terbang. Dia hanya terus terbang dan terbang nun jauh hingga takdir angin menghentikannya.

Dan sesungguhnya itu bukan akhir dari kematian atau bahkan akhir dari jejaknya, tetapi itu justru awal dari kehidupannya."

Jungkook jelaskan segala rentetan kalimat yang ia ketahui mengenai bunga randa tapak, seraya tangan kanannya mengusak halus surai pendek sewarna arang milik kesayangan.

"Aku tidak paham, Jungkook."

"Intinya dia hebat, sepertimu. Jadilah dirimu sendiri, Taehyung. Jangan pedulikan caci maki orang lain! Jangan terus-menerus tangisi diri sendiri! Sesungguhnya kamu hebat, sangat hebat, luar biasa hebat." Jungkook selipkan rambut Taehyung di belakang telinga, rupanya rambut itu sudah cukup panjang hingga tutupi mata.

Detik berikutnya Jungkook dapati pipi Taehyung dengan semburat warna merah.

"Kamu membual?" kali ini Taehyung lontarkan pertanyaan dengan kekehan renyah.

"Tidak." Jungkook mulai tuntun Taehyung untuk tapaki jalanan lagi.

Dalam keheningan, Taehyung selipkan bunga itu di saku celana miliknya. Benar kata Jungkook, bahwa ia tidak boleh terus-menerus terpuruk oleh keadaan.

"Taehyung, aku ingin mengajukan suatu permintaan."

"Apa?"

Jungkook tidak langsung jawab pertanyaan, ia memilih untuk bopong tubuh Taehyung di atas punggung. Buat sang empu menjerit histeris karena ulahnya.

Sepintas tawa mengudara, buat keheningan itu tampak berwarna. "Kelak saat kita menikah, jadikan dandelion sebagai rangkaian bunga, ya? Kata orang bunga itu akan membawa keberuntungan."

"Hm, iya." Taehyung kalungkan tangan di perpotongan leher Jungkook, rasanya seharian ini dirinya begitu lelah.

"Jadikanlah kelemahanmu sebagai kelebihanmu, Taehyung," ucapnya lirih, sangat lirih, nyaris tak terdengar di telinga Taehyung.

"Jeon Jungkook, aku ingin bertanya," ujarnya sendu seraya memainkan jari-jarinya.

"Ingin bertanya apa, dear?" seulas senyum tulus Jungkook berikan pada kesayangan.

"A-aku ...," ucapannya tersendat, serasa punya beban berat yang harus ia pikul di pundak jikalau dirinya berani lontarkan pertanyaan.

"Tidak usah meragu seperti itu. Kamu tahu bilamana aku bukan sosok pendengar yang akan menghakimi setiap ucapan yang dilontarkan."

Taehyung anggukan kepala tanda ia paham, dengan hembusan napas berat ia beranikan diri untuk buka suara lagi.

"Jungkook, apa kelak aku bisa melihat?"

"Tentu," Jungkook jawab pertanyaan tanpa keraguan.

"Kemarin aku bertemu dokter Lee. Beliau sampaikan padaku bahwa ia sudah temukan pendonor mata yang cocok untukmu." Senyum itu merekah, benar-benar merekah, hingga tangis Taehyung pecah. Dirinya bahagia, sangat.

Suatu saat harapannya akan dikabulkan oleh Tuhan. Akan tiba saatnya di mana dirinya bisa lihat dunia, bisa lihat birunya langit, bisa lihat jingganya senja, bisa lihat kerlip bintang dan indahnya sinar rembulan saat malam.

Terlebih dirinya bisa lihat wajah sang pujaan. Orang yang selama lima tahun ini tetap setia berada di sampingnya.

"Jungkook, aku bahagia, terlampau bahagia." Taehyung peluk punggung Jungkook erat. Kecupi surai dan leher milik kekasih tercinta.

"Aku juga." Jungkook tertawa bahagia, bahagia sekali, lampaui kebahagian yang Taehyung rasakan saat ini.

Terlalu bahagia sampai teteskan air mata. []































【Fin】

Terima kasih banyak buat yang sudah baca. <3

Dandelion || kooktae✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang