Chapter 9 : Bila Harus Berakhir

1.8K 275 169
                                    

SASUKE masih belum menyadari, bahwa memberitahu Sakura terlebihi dahulu untuk melakukan tes DNA adalah kesalahan besar. Sangat besar. Karena pagi ini dirinya harus menunda kepergian ke rumah sakit demi memenuhi permintaan sang ayah yang baru saja meneleponnya; Fugaku meminta dia untuk datang ke kediaman Uchiha. Entah apa yang ingin orang tuanya bicarakan. Tapi yang pasti, hal yang selanjutnya akan terjadi adalah keributan besar di dalam mansion itu.

Dengan tergesa Sasuke turun dari mobil, diikuti oleh Sakura yang masih menggendong Sarada. Pria itu tampak berdecak kesal karena tidak menemukan siapa pun ketika memasuki rumah, hanya ada para pelayan yang sedang bekerja. Tetapi, ketika pandangannya jatuh pada ruang tamu, Sasuke terdiam sebentar sebelum menghampiri sang ayah dan sang ibu yang tengah duduk dalam keheningan yang mencekam.

"Ada apa menyuruhku kemari?" Sasuke bertanya tanpa basa-basi. Rencana untuk melakukan tes DNA jadi terganggu karena panggilan Fugaku yang tiba-tiba ini. "Jika tidak ada hal penting, aku akan segera pergi," lanjutnya, hendak berbalik badan jika Mikoto tak segera menahan pergelangan tangannya.

"Tunggu." Mikoto menatapnya dengan raut wajah yang tidak biasa. Ekspresi wanita paruh baya itu tampak gelisah. "Duduklah dulu. Ada yang ingin kami bicarakan."

Sasuke tidak menurut, pria itu tetap berdiri tegak sembari menatap kedua orang tuanya dengan kesal. "Katakan saja."

"Apa benar kau akan melakukan tes DNA kepada Sarada?" Fugaku mulai berbicara. Suaranya terdengar berat. Dan Sasuke tahu, ayahnya itu pasti tengah menahan amarah yang begitu besar.

Diam adalah hal pertama yang Sasuke lakukan sebelum melirik wanita yang masih resmi menjadi istrinya.

Sakura hanya menelan ludah sembari mengelus punggung kecil Sarada kala sang suami mendekatinya kemudian berucap dengan suara yang terdengar sangat menyeramkan di telinga Sakura. "Sialan. Pasti kau yang memberitahu mereka."

Penyesalan memang selalu datang terlambat. Dan Sasuke merutuki kebodohannya di tadi malam karena memberitahu Sakura terlebih dahulu perihal rencana melakukan tes DNA.

Sasuke tak mau tahu dan tak peduli apa yang Sakura katakan kepada orang tuanya sampai mereka bisa mengetahui rencana itu. Tetapi, ketakutan Sakura yang begitu kentara membuat Sasuke semakin yakin bahwa Sarada memang bukan darah dagingnya.

Walaupun samar, tapi Mikoto dan Fugaku dapat mendengar bisikkan kasar sang anak kepada sang menantu karena suasana ruang tamu yang sepi.

"Sasuke!" Mikoto menarik bahu Sasuke dengan sekuat tenaga hingga sang anak berbalik menatapnya. "Kenapa kau kasar sekali!?" Kali ini wajah Mikoto memancarkan kekesalan. Wanita itu segera mendekati Sakura, memeluknya dari samping, namun kedua netra hitamnya masih setia memandangi sang anak. "Wajar Sakura memberitahu kami, dia pasti merasa sangat terhina oleh rencanamu itu."

Sasuke menyerngit, "Terhina ...?" beonya kemudian tertawa sinis, "Omong kosong macam apa itu? Jelas-jelas dia hanya takut semuanya terbongkar! Dia takut pada hasil tes DNA itu yang akan membuktikan bahwa Sarada memang bukan darah dagingku!"

"Kau tidak mengerti perasaannya!" Mikoto kembali berseru. "Wanita mana yang tidak terluka dan tidak merasa terhina jika suaminya ingin melakukan tes DNA kepada anak mereka?"

Kelopak mata Sasuke terpejam dalam beberapa detik, "Kenapa Ibu begitu yakin bahwa Sarada adalah anakku? Sedangkan aku sendiri sama sekali tidak ingat bahwa aku pernah menyentuh dia!"

Aku Bukan Untukmu [SasuFemNaru]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora