[Dianjurkan untuk follow akun penulis terlebih dahulu, beberapa part diprivate]
Sinopsis:
Sial memang!
Aku selalu merutuk kesal karena terlahir satu tahun lebih dulu darinya.
Bukan, aku tidak sedang berbicara tentang adikku, si Jung Jaehyun mesum i...
Vote and comment juseyo biar aku makin rajin update~
Happy reading💚🤗
■■■■
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Pagi ini, harusnya aku berangkat ke kampus dengan Jungwoo dan Wendy. Yah, biasanya memang begitu sih. Walau tak jarang aku juga suka menebeng pada Jinhyuk. Tergantung, kalau kami memiliki jam kelas yang sama dan mood ku lagi bagus aku akan meminta anak itu menjemput atau kalau tidak, aku bisa naik bis.
Tapi kali ini, Wendy mengatakan kalau mobil Jungwoo sedang ada kendala sehabis menjemputnya beberapa menit lalu. Jadi sekarang mereka sedang berada di bengkel dan hendak ke kampus dengan bis juga. Well, sudah terlambat untuk menghubungi Jinhyuk. Anak itu pasti sudah sampai di kampus.
"Ya! Kau serius tidak mau berangkat denganku?"
Aku yang tadinya sibuk mengikat tali sepatu di teras rumah, kini menoleh pada Jaehyun yang sedang memanaskan mobil.
"Aku tidak mau moodku rusak pagi-pagi begini jadi lebih baik aku naik bis saja," kataku lalu bangkit, menggerak-gerakkan kakiku seraya memandangi converse yang telah melekat sempurna di bawah sana.
"Bilang saja kalau kau mau melihat anak-anak SMA yang tampan di bis kan?"
Aku mendecih. Apa kubilang? Si Jung Jaehyun sialan ini selalu saja menggodaku. Sebenarnya dia itu benar-benar adikku atau bukan sih?
"Terserah, aku pergi!" Akhirnya aku melangkah pergi meninggalkan halaman, menuju pagar rumah. Namun baru juga aku menutup pintu besi yang lumayan tinggi itu, langkahku terhenti.
Tak kusangka sebuah mobil yang telah lama tak kulihat lagi, kini menepi di depan pagar rumahku.
Taeyong.
Mau apa lagi dia sekarang?
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
"Jaena-ya... olaenmaniya."
Aku menatapnya dengan seulas senyum tipis yang hanya ditujukan untuk sekedar menyapa. Kupikir ia mengerti dengan raut wajahku setelahnya, aku sedang tidak ingin membahas apapun dengannya sekarang. Tapi, Taeyong tetap saja mengajakku berbincang.