Matahari bersinar terik di atas langit, awan hanya tipis terlihat. Jam istirahat biasanya selalu membuat ramai kantin, tapi ada satu orang laki-laki yang sedang puasa sunnah dihari senin ini. Dia tidak berselera untuk membatalkan puasanya, dia lebih memilih menghafal dari Al-Qur'an kecil yang selalu ia kantongi kemanapun ia pergi. Sebut saja Fariz, dari nama panjangnya Muhammad Fariz Al-Fandi. Sekarang dia sedang berjalan di koridor.
"Kak! Tunggu, Kak!" terdengar seseorang memanggil Fariz, dia menoleh. Rupanya adik kelasnya, tentu saja perempuan.
Mata Fariz jeli, dia tidak terlalu suka dengan perempuan berpakaian terbuka terkecuali dia dapat memaklumi kalau gadis itu non-islam. Tapi dia sudah tahu bahwa adik kelas yang ada di depannya ini Islam "salam," kata Fariz singkat.
"Eh iya, assalamualaikum Kak," katanya, Fariz menjawab salamnya. "Kak, maaf ganggu. Aku kesini mau-"
"Kerudung, rok," Fariz memotong kalimat adik kelasnya mengkode.
"M-maaf, Kak. Aku gak kuat soalnya gerah, tapi pas mau ke sekolah pake kerudung kok, Kak," ucapnya beralasan.
"Sama aja, di sini banyak murid laki laki-laki. Lo tinggal hati-hati aja," kata Fariz setelah memutarkan bola mata, adik kelasnya itu bungkam seketika. "Terserah, ada perlu apa?" tanya Fariz sudah pasrah.
"M, aku mau kasih ini, Kak. Baca ya? Jangan lupa dibales, Kak," ucapnya, tiba-tiba dia berusaha memegang tangan Fariz untuk menerima surat itu. Fariz tidak tinggal diam, dia langsung menghindari tangan adik kelasnya yang akan menyentuhnya.
"Aduh, mau pegang tangannya bentar aja susah bet dah," batinnya mengeluh.
"Ga usah nyari kesempatan," ucap Fariz tak suka, gadis itu diam dan menunduk malu. Fariz menghela napas, "ya udah mana sini?" lanjutnya.
Gadis itu tampak senang dan memberikan suratnya, Fariz menerima dan memasukkannya ke dalam saku celana. "Assalamualaikum," pamit Fariz lalu pergi, gadis itu terdengar girang di telinga Fariz dan kembali masuk ke kelas.
Tiba di depan pintu kelas, Fariz mengucapkan salam. Serempak hampir semua murid perempuan menjawabnya dan terkagum-kagum dengan wajah cerah dan tampan Fariz.
"Aduh, calon gue dateng. Ganteng bet dah," bisik salah satunya.
Fariz dapat mendengar itu namun tidak merespon, dia duduk di bangkunya.
"Wow popular cool boy, baru masuk ngucap salam udah bikin mereka ngelayang," gurau Ghafan, sahabat karib Fariz. Lelaki dingin itu memutarkan bola mata menatap tak peduli.
"Eh bro, ladenin tuh fans lo. Udah cape-cape beragam surat cinta di bangku lo," ucap Thariq, sahabat lamanya sejak SMP.
Fariz hanya diam, tapi menatapnya tak mengerti. Dia mundur dan memperhatikan kolong bangkunya yang penuh dengan surat dan coklat dari siswi-siswi yang menjadi penggemarnya, Fariz menepuk jidat. Jujur dia lelah menjalankan ini semua sejak SMP, menjadi populer yang selalu dikejar-kejar para siswi sekolah. "Males," ucapnya singkat untuk menjawab perkataan Thariq tadi.
"Ya kalau buat kita lumayan dah tuh, sekalian buat adek lo aja. Kayla 'kan suka coklat?" kata Ghafan, itu memang benar. Kayla adik Fariz memang suka coklat.
"Ntar aja," jawab Fariz singkat, dia memang selalu begitu. Dingin, singkat kalau bicara terkecuali penting, agak jutek, itu memang tipenya.
"Oh iya, gue punya kabar baru nih. Mo dengar kagak?" tanya Thariq seketika, hanya Ghafan yang merespon sedangkan Fariz hanya menoleh. "Kata Bu Ika, di kelas kita bakal kedatangan murid baru, bro!" jelasnya.
"Oh iya? Cewek apa cowok, bro?" tanya Ghafan antusias, Fariz tidak tertarik. Menurutnya itu tidak penting.
"Cewek bro! Katanya tuh, dia jadi princess di sekolah lamanya. Tapi gak tau juga kalau gue liat muka aslinya, ya gitulah," jawab Thariq.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl vs Alim Boy ✅ [TERBIT]
RandomTidak ada gledek, tidak ada hujan, tidak ada angin ribut bahkan meteor jatuh, tapi tiba-tiba saja Allah menakdirkan mereka untuk bertemu disatu sekolah yang sama. Semua siswi sangat memuja siswa yang bernama Fariz, tapi tidak bagi Viona. Gadis itu s...