Kembali Terbuka

28 5 0
                                    

"disaat rasa untuk menjadi antipati hadir dengan angkuhnya, rasa simpati berjuang hadir pula dengan segala usaha kerasnya. Kita yang semakin dalam tenggelam dalam luka lama yang masih menganga dan tertutup kepada orang lain, perlahan mulai menunjukkan keterbukaan hati untuk kembali. Kembali menerima yang perlu diterima dan juga dijaga."

...

"Kringgg kringgg kringgg...."

Suara alarm yang biasa membangunkan Zhafran setiap pagi.
Lekas Zhafran terbangun dan sesekali mengusap matanya yang masih terkantuk-kantuk. Sudah biasa memang lelaki tersebut menunaikan solat tahajjud di waktu malam seperti ini.

Gemericik air keran yang tumpah perlahan membasahi sebagian dari tubuhnya, Zhafran berwudhu.Selesainya ia berwudhu, lekas ia menghamparkan sajadah dan menunaikan solat.

Tunai sudah solat tahajjud nya tersebut. Ia pun berdoa memohon kepada yang kuasa, bercerita dan mengadu pada-Nya. Tentang semua yang dialaminya dan perasaannya, ia berharap semoga saja lekas menemukan jawabannya.

...

Hari ini hari Senin, dimana hari seorang siswa harus berangkat pagi. Melaksanakan upacara bendera, apel pagi, dan yang jelas belajar seperti biasanya. Hari itu Zhafran tidak menjadi petugas upacara, ia hanya menjadi peserta upacara. Setelah upacara bendera selesai, semua kembali ke kelas masing-masing untuk melaksanakan apel masuk kelas.

Zhafran memang ketua kelas, segera ia menyiapkan teman-temannya.

"Seluruhnya siap grak!" Dengan lantang suaranya.

"Woe woe, yang bener geh lu do! Baris aja masih miring-miring lu jadi sama kek otaklu. Miring.. hahaha" ejek Zhafran melihat si Edo yang masih saja berbaris aneh dan sulit diatur.

Tidak biasanya Zhafran bercanda, tertawa dengan lepas. Selain itu ia tertawa setelah mengejek orang. Benar-benar bukan seperti Zhafran.

Sahabatnya, Boni sungguh merasa aneh dengan tingkah Zhafran hari ini.

"Woe lu kesambet apa anjer kok bercanda gitu sama orang laen selain gua? Lu sakit?" Tanya Boni dengan mendekatkan wajahnya yang bertanya-tanya.

"Emang gak boleh ya gua bercanda layaknya manusia normal lainnya?" Zhafran balik bertanya.

"Hmm.. gak gtu juga maksud gua. Tapi, gak biasanya aja lu gini. Ada apa? Ada sesuatu keknya nih, coba cerita dulu!" Ucap Boni.

"Entaran aja di rumah bon, ga sekarang." Jawab Zhafran.

...

"Kringgg.. kringgg.. kringgg.."

Bel istirahat berbunyi, hampir semua siswa ke kantin untuk makan atau hanya sekedar duduk minum kopi. Saat itu Zhafran berjalan berdua bersama sahabatnya, Boni. Tiba-tiba si cewek rempong yang biasanya terkagum-kagum dengan Zhafran pun datang menghampiri mereka berdua.

"Ran... Apa kabar?" Tanya Keysia pada Zhafran yang terhenti langkahnya.

"Baik." Jawaban singkat seperti biasa.

"Lagi-lagi, gabisa banget ya nerima gua? Kenapa sih ran?" Tanya Keysia pada Zhafran.

"Bukan gitu key, tenang aja asal lu bisa bersikap normal sekarang gua udah bisa buka hati untuk siapapun asal bersikap normal dan buat gua nyaman." Jawab Zhafran menenangkan Keysia yang sedikit marah dengan jawaban Zhafran sebelumnya.

"Yang bener ran? Ga bohong kan? Bagus deh kalo gitu, gua bakal berusaha untuk jadi lebih baik lagi."
Ucap Keysia yang kembali bersemangat.

"Iya key, usaha aja dulu biar nanti waktu yang menjawab" jawab Zhafran kembali.

Keysia pun kembali ke kelasnya dengan perasaan baru yang bahagia luar biasa. Di lain tempat Zhafran berpindah pikiran menuju taman belakang yang langsung bertatapan dengan taman belakang SMA Pelita Utama. Benar, taman tempat Zhafran bertemu dengan Resna kemarin sore. Syahdan, ternyata Resna juga sedang berada di taman belakang sekolahnya.

Tidak saling liat dan saling pandang, mereka hanya saling tatap layar ponsel yang sama sama menunjukkan latar chat milik merekam berdua masing-masing. Mulai terbuka, mulai membuka dan kembali terbuka. Hanya sedikit pertemuan dan perbincangan, namun terkandung beribu makna dan kesan yang terpendam.

Terkadang kita tidak menyadari, ternyata yang singkat justru kuat. Sedangkan yang lama cenderung lemah. Meskipun tidak jua selamanya begitu.

...

Bel pulang berdering keras, menandakan waktu pulang tiba. Begitu pula Zhafran yang berniat untuk langsung pulang ke rumahnya. Sesampainya di lapangan parkir, ia melihat Keysia yang terlihat menunggu seseorang. Hari ini memang ia tidak membawa mobil miliknya, tadi pagi ia diantar oleh supir pribadinya. Lekas ia menghampirinya.

"Key? Nunggu siapa?" Tanya Zhafran.

"Hey ran, lagi nunggu jemputan nih hehe." Jawab Keysia.

"Bareng gua aja, biar gua anter sampe rumah." Ajak Zhafran.

"Hah? Yakin lu? Gua ga mimpi?" Tanya Keysia keheranan sembari tidak percaya.

"Iya lah yakin. Udah buru naek" ucap Zhafran.

"Iya iya" Keysia kegirangan.

Melaju motor yang dikendarai Zhafran menuju ke rumah Keysia dengan kecepatan sedang. Di tengah perjalanan, Keysia kembali berulah mencari kesempatan. Dipeluknya Zhafran dari belakang, sontak membuat Zhafran kaget dan seketika melepaskan pelukan tersebut.

"Eh apaan sih key? Masih aja ga berubah lu ini!" Seru Zhafran.

Kaget, dan teringat. Keysia cepat sadar dan meminta maaf atas kelakuannya tersebut.

"Eh maaf ran, gua nggak sengaja sumpah." Sambil mengacungkan dua jari tangannya.

"Key, gua memang kembali buka hati gua untuk orang. Tapi bukan berarti dengan mudah lu bisa ngelakuin itu semua. Bersyukur gua bisa sedikit lupa masa lalu gua, tolong jangan lagi diingatkan." Jelas Zhafran.

"Setiap usaha seseorang untuk kembali berubah adalah upayanya untuk menjadi lebih baik. Jika tidak ingin membantu setidaknya jangan mengganggu." Tambah Zhafran.

Kaku, bingung ingin menjawab apa, yang jelas Keysia menyesali perbuatannya tadi. Tidak mengalir, namun jelas terasa hati yang kembali teriris dengan ucapan sadis Zhafran tadi. Terang-terangan memang, tetapi memang begitulah Zhafran.

Zhafran melanjutkan perjalanannya hingga sampai di rumah Keysia. Berhenti namun tidak singgah, sudah tidak ingin karena perkara tadi. Tidak banyak yang ia ucapkan, hanya selamat tinggal dan selamat istirahat yang keluar dari mulut dinginnya itu.

"Selamat tinggal, selamat beristirahat. Semoga lekas membaik sikapmu." Ucap Zhafran sembari melaju.

Diam tanpa bahasa ketika ditinggalkan didepan rumah besar milik orang tuanya itu. Sakit, tapi ini memang kesalahannya. Keysia sadar dan menerimanya.

...

"Ketika dirimu merasa lelah, mungkin yang kamu pikirkan adalah berhenti. Namun jika kamu tau, lebih baik melanjutkan jika kau merasa perjuanganmu berada pada jalur yang tepat. Karena lelah di jalur yang tepat adalah kondisi lelah yang tepat."

Damara.ibnu

KONTRADIKSIOnde histórias criam vida. Descubra agora