Hari Pertama

2.7K 495 56
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Coffeeshop  milik Jeno terletak di dekat pusat perbelanjaan. Letaknya yang strategis membuat kedai itu cukup ramai dikunjungi banyak orang.

Tidak heran juga sih, selain masalah lokasi, kafe ini terkenal dengan kopi dan beragam jenis kue yang enak. Tata ruangan dan fasilitas wifi juga menjadi alasan banyak tamu betah berlama-lama.

Remi adalah nama yang Jeno berikan untuk kedai kopi ini, singkatan dari "remedy" yang berarti penyembuh. Filosofinya sederhana saja. Sang pemilik berharap para pengunjung mendapatkan efek healing melalui segelas kopi atau secangkir teh atau seiring pastry setelah datang ke sini.

Berbicara mengenai Remi, tata ruang kafe ini juga terbilang apik. Perabot serba kayu, penerangan yang  pas (tidak begitu terang, tetapi juga tidak terlalu gelap), dinding berwarna krem yang didekor aneka lukisan bernuasa art noveau berhasil menonjolkan  kesan rumahan nan hangat. Harus Yeji akui, Jeno  bukan hanya jago berbisnis sejak dini, tetapi juga punya selera bagus dalam desain interior.

Berbicara mengenai Jeno, lelaki itu belum menampakkan diri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berbicara mengenai Jeno, lelaki itu belum menampakkan diri. Tidak masalah,  sudah ada  Huening Kai membantunya berjaga. Para staff bagian kitchen juga sudah menggodok adonan  aneka keik di dapur.

Kai kini  sedang mengepel lantai sambil bersiul-siul. Kalau Yeji tidak salah tebak, irama siulan Kai terdengar seperti lagu Dalla-dalla milik girl group Itzy yang sedang populer. Ada senyum tipis terpatri di wajah Yeji. Semangat Kai ikut menular kepadanya.

Berbicara tentang dunia barista, Yeji telah melakukan research mendalam. Setiap hari Yeji akan berhadapan dengan rutinitas yang sama. Dia dan juga karyawan lain harus datang tepat pukul tujuh demi mempersiapkan coffeeshop untuk beroperasi.  Kemudian ia akan membuka pintu kedai kopi, tepat satu jam kemudian. Setelah bekerja  selama beberapa jam, dia boleh pulang tepat pukul tiga sore setelah pergantian shift.  Rutinitas yang erdengar membosankan bukan?

It's okay. Yang penting sang dara akan mendapatkan gaji yang cukup untuk membungkam mulut ayahnya. Terlebih lagi, Yeji mendapatkan ilmu dan keterampilan baru.

Yeji telah mendapatkan pelatihan dari pemuda Lee itu beberapa hari ini. Jeno tidak seburuk dugaannya. Lelaki berlesung pipit itu tipe orang yang tidak banyak berbicara, tetapi senyum ramah tidak pernah bosan  menggantung di rupa tampan itu.

Ia bukan hanya sudah bisa membedakan americano dan  latte tetapi juga membuatnya. Mengenai pastry, cake, sandwich, dan kue-kue lainnya, Yeji tidak perlu khawatir. Ada bagian dapur yang membantu. Yeji dan Kai tinggal memanasi saja tergantung pesanan pengunjung.

🌟🌟🌟

Jam di dinding hampir menunjukkan pukul delapan. Yeji bergegas membuka kunci pintu depan. Ia tersenyum ceria saat mengganti tanda "close" dengan "open". Selamat datang  hari-hari baru untuk barista Yeji.

Tidak lama kemudian pintu bergeser dengan derit yang terdengar lemah. Seorang gadis bersurai pendek sebahu, menggunakan setelah formal blazer dan rok mini berjalan mantap menuju meja barista. Ketukan sepatu hak hitam yang ia pakai terdengar nyaring di atas lantai. Semakin tipis jarak di antara mereka, hidung Yeji bisa menangkap parfum floral yang pengunjung itu gunakan.

Aura dominan tidak bisa disembunyikan dari perempuan di hadapannya. Akan tetapi, entah kenapa Yeji bisa melihat sebuah insekuritas menetap di manik matanya. Ah, tapi apa urusan Yeji? Dia tidak berhak menganalisis konsumennya. Kewajiban sang hawa hanya melayani sebaik mungkin.

"Selamat pagi. Mau pesan apa, Nona?" tanya Yeji, menyapa ramah sesuai prosedur yang telah Jeo instruksikan.

"Apakah penampilanku terlihat berantakan?"

Ini bukan contoh respon yang  Yeji harapkan, tetapi gadis itu tetap melengkungkan senyum sopan. Keningnya sedikit berkerut saat memperhatikan penampilan pengunjung pertama ini.

Yeji menggeleng pelan. "No, you look fine!"

"Sungguh? tanya sang gadis dengan nada skeptis. Wajahnya tampak begitu grogi. Hilang sudah kesan percaya diri yang menguat beberapa menit lalu.

"Apa aku terlihat berbohong?"

Nada bicara Yeji masih terdengar lembut, tetapi perempuan di depannya justru menunjukkan mimik bersalah.

"Maaf, Aku  sangat nervous. Aku punya interview magang di Samsang Corporation satu jam lagi."

Ada seulas rasa iri merambat di batin Yeji. Seharusnya dia melamar magang di perusahaan besar, bukan magang di kafe mungil milik tetangga. Namun, buru-buru dia tepis pemikiran itu.

Fokus, Yeji, Fokus, rutuknya dalam hati.

"Sorry, Nona. Aku rasa warna lipstikmu bisa di tone down sedikit."

Mata dara yang tampak seumuran dengan Yeji itu membulat. "Eh, lipstikku?" tanyanya sambil menunjuk bibir.

Yeji menggangguk kecil. "Daring Red is fit for a party. Hanya saja terlihat mencolok untuk sehari-hari. Merah bata atau pink  lebih cocok.

Bola mata gadis itu memandang Yeji penuh rasa terima kasih."Thanks buat sarannya. Aku pesan yang biasa ya."

Yeji menipiskan bibir. "Maaf yang mana ya?"

Gadis cantik itu terkekeh. "Karyawan baru, ya? Kenalkan aku sepupu Jeno. Namaku Ryujin."

"Ah, baik. Nona Ryujin mau pesan apa?" tanya Yeji untuk ke dua kalinya.

"Panggil saja, Ryu. Aku biasa pesan satu americano panas untuk take away."

"One Americano, please," seru Yeji. Kai sontak bergegas menuju mesin kopi, membuatkan pesanan Ryujin.

🌟🌟🌟

Ryujin mengambil pesanan di ujung counter. Sepasang sudut bibirnya terungkit membentuk sunggingan kala membaca tulisan di cup.

Goodluck for the interview
Come here again
as an employee Ryujin
Best wishes 🖤

Hati Ryujin menghangat setelah mendapatkan suntikan energi dari karyawan baru di kedai kopi sang sepupu. Ia melemggang ringan, siap menyinsing tantangan baru dalam fase berikutnya.

Barista  (Yeji&Jeno) ✔️Where stories live. Discover now