Chapter 1: Awal Perjalanan

119 11 0
                                    

FanficIndonesia

▪️

Chise menikmati semilir angin di atas tempat tidur. Wangi bunga yang menenangkan, yang merasuk ke dalam jiwa, yang menghiasi keheningan kini tercium oleh hidungnya. Wanita itu menyisir rambut merahnya perlahan, menyusup kumpulan helaian rambut ke dalam punggung telinga.

Di saat yang bersamaan, suara ketukan khas keyboard di ruang sebelah mengalun berulang-ulang.

Ia mengintip kegiatan yang berlangsung di ruangan itu. Potongan rambut rapi dan punggung tegak nan kokoh menjadi bagian pertama yang Chise lihat. Matanya pun menelusuri komputer yang cahayanya berintensitas rendah, di sisi benda tersebut terdapat mesin ciptaan pria itu. Tidak terlalu besar dengan desain sederhana, tidak banyak tombol yang menempel, dan dua kabel terhubung kepada komputer.

Pria itu menghentikan gerakan tangannya, Chise yakin dia menyadari kehadirannya di sini.

"Chise."

"Apa yang sedang kau kerjakan, Elias?" Senyum wanita itu merekah.

Jemari Elias kembali menari di atas keyboard. "Ada konsumen baru. Ia memesan sesuatu yang menurutku ini adalah... bagaimana ya aku menyebutnya?"

Chise menaikkan alis, rasa penasaran yang ia miliki terpancing dengan kalimat tadi. Gadis itu pun menghampiri Elias lebih dekat.

"Bisa kau jelaskan lebih dalam?"

"Konsumen ini, Nona Lein, ingin sebuah alat untuk bertemu seseorang."

"Oke," respon Chise ragu. "Sepertinya itu terdengar normal, Elias."

Pria itu menoleh, tersenyum tipis. "Aku belum selesai. Nona Lein ingin bertemu seseorang yang tidak nyata."

"Apa?"

"Aku pun pada awalnya sedikit kebingungan dengan permintaan Nona Lein. Namun, ia menjelaskan secara rinci alat yang diinginkan dan apa yang wanita itu harapkan."

Chise menopang dagu. Memang permintaan yang tidak biasa, kepalanya sendiri belum menemukan ide apa pun untuk Nona Lein. Mungkin alat handal untuk membantu aktivitas sehari-hari agar lebih cepat dan efektif, suaminya itu dapat menciptakannya dengan mudah.

Hanya saja kali ini ia cukup tidak yakin.

"Apa kau bisa menciptakannya?" Chise mengusap pundak Elias lembut.

"Pengerjaannya sudah kulakukan sejak dua minggu yang lalu, dan hari ini aku sudah menyelesaikannya."

"Syukurlah, jadi kapan kau akan mengirimkan―"

"Tapi ada satu hal yang perlu kau perhatikan," potong Elias. Kursinya kini menghadap Chise secara penuh. Pria itu menggenggam tangan gadis itu di pundaknya.

Kerut di kening Chise terlihat. "Aku?"

Elias menjelaskan bahwa alat ini bagai melintas dimensi lain. Memasuki dunia yang berbeda dengan dunia yang mereka diami.

"Oke, jadi yang dimaksud Nona Lein seseorang yang tidak nyata itu ada di dunia lain. Aku pikir dunia lain dan individu di dalamnya memang ada?" simpul Chise.

"Ini benar-benar dunia lain, Chise," jelas Elias lebih serius. "Dunia fiksi, dia ingin bertemu seseorang yang tercipta dari ide seseorang."

"B-bertemu dengan tokoh fiksi?" Chise nyaris tersedak. Keinginan Nona Lein tidak pernah terpikirkan olehnya. "Lalu, apa hubungannya denganku?"

"Aku ingin kau pergi ke dimensi tersebut."

Ia kira oksigen menguap dari paru-parunya. Pendengarannya tidak salah tangkap, ia berusaha menelan pernyataan tadi sebaik mungkin. Kemudian, bak bom waktu, tempo jantungnya berubah seketika.

"Kenapa... aku? Bukankah Nona Lein yang harus pergi?"

Chise mencoba tenang. Ya, dirinya mencoba untuk tenang.

Elias menggenggam lebih erat tangan wanita itu. "Ia tidak bisa pergi," jawabnya.

"Tidak bisa?" Chise mengulang. "Aku tidak mengerti."

"Nona Lein memiliki pekerjaan yang penuh dalam sehari. Ia tidak bisa meninggalkannya dalam waktu yang cukup lama."

"Akhir minggu pun tidak bisa?" tembak Chise.

"Ditambah dengan salah satu orangtuanya yang sakit, tangan Nona Lein benar-benar penuh, Chise. Ia ingin sekali melihat tokoh kesayangannya, tapi dengan melalui matamu."

Chise terdiam sejenak. "Apa aku bisa melakukannya?"

Ia takut pekerjaan Elias kali ini hancur karenanya. Chise memang beberapa kali membantu, bahkan melayani pemesanan secara langsung. Walaupun begitu, rasa cemas akan kemampuan yang dimiliki untuk memenuhi permintaan Nona Lein memerangkap hatinya.

Gadis itu mendongak mendapati Elias berdiri dekat di hadapannya. "Ada aku di sini, kita akan melakukannya bersama."

"Tapi 'kan bukan kau yang menyeberangi dimensi," Chise merajuk.

"Maaf, aku mengambil keputusan ini tanpa persetujuanmu. Ini sebuah kesalahan," aku Elias. "Sedari awal aku yakin kau memiliki kekuatan dan kemampuan yang kuat, maka aku menerima permintaan ini. Maafkan aku, Chise. Sepertinya aku harus cari alternatif la―"

Chise menggeleng. "Tak apa, aku sudah berjanji untuk membantumu. Apalagi kau juga pernah bilang bahwa kau akan menempatkanku pada tempat yang aman. Itu perjanjian kita berdua. Lagipula alatnya sudah jadi."

"Ya," Elias mengelus kepala Chise. "Aku cukup menjamin perjalanan ini akan aman, aku memperhitungkan semuanya. Dan juga aku yang mengawasi cara kerja alatnya ketika kau pergi nanti."

"Baiklah," Chise memutuskan, senyum manis itu terpampang. "Aku akan pergi."

Elias mendekatkan dirinya kepada gadis itu, menghidu aroma buah manis dari rambut miliknya. "Kita akan mengobrol panjang mulai sekarang. Kau siap?"

"Aku akan menjadi pendengar yang baik, serahkan padaku."

"Mohon kerjasamanya, Chise," ungkap pria itu bangga.

"Aku akan berusaha."

You, With The Hand Of Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang