27

2.3K 148 2
                                    

-Kecewa itu sakit, karna ekspetasi terlalu tinggi pada sesama jiwa manusia.

.
.
Wajah bahagia para parasit itu yang berada didekat Rico, membuat Daffa dibakar api cemburu. Wajar, seorang kekasih cemburu dengan pasangannya yang lebih mementingkan orang lain dibanding dirinya. Sebelumnya, Daffa tak pernah sekalipun berniat membuatnya cemburu.

Pasal kak biru?

Sepanjang mereka ngedate berdua, Daffa yang paling banyak berceloteh menceritakan perasaannya pada adik kelasnya yang ceroboh itu, bisa bisanya dia memakai akun ku tanpa memberi tau aku

Daffa terkekeh ketika mengingat ia selalu membanggakan kekasihnya itu, di manapun dan pada siapapun, kadang terbesit di pikiran nya, apa Rico melakukan hal yang sama padanya?

Selama ini, ia kurang dekat dengan pribadi Rico dan teman temannya. Tapi, Daffa sering menceritakan pengalamannya dan siapa teman-temannya.

Aku mencintainya, apa dia sebaliknya?

****

Seminggu berlalu,

Mereka sudah jadian seminggu yang lalu, di hari Sabtu malam Minggu, saat kejadian basah kuyup itu, di malam itu Daffa mengutarakan perasaannya jauh dari lubuk hatinya. Dan, Rico menjawab itu. Dan selanjutnya permainan kasur berlanjut.

Akan tetapi, dihari Senin, semua berubah. Rico merasa bahwa Daffa sengaja membiarkannya berharap padanya. Menurut pandangan Rico kali ini, saat pagi itu, sehabis ia mendapat cercaan yang cukup menyiksa dirinya, dari papanya, ia ingin berbagi sedih itu pada Daffa, selaku kekasihnya, bukan?

Tapi, Daffa tak mengangkat nya, membiarkan ponselnya mati. Berapakali Rico meneleponnya, memberi spam chat padanya, namun Daffa tak mengangkat. Pikiran negatifnya berkata,

(Lo, yakin banget Ama tu fakboi, manis dimulut aja dia mah, sehabis dia dapatin dubur lo, tidur bareng sama lo, Lo nya, ditinggal, hahahaha) tawa itu cekikikan, sangat menyeramkan.

Rico mengira, Daffa sudah melepaskannya dan menghilang, (ghosting) itu yang Rico takutkan, ini cowok hanya menginginkan selangkangan bukan perasaan.
"I hate u daff" gumam Rico.

Sedangkan diposisi Daffa, ia pergi semalam kerumah ibu kandungnya dan lupa mengabari Rico. Bukan suatu kesalahan besar. Satu harian tak ada kabar itu biasa. Kesalahpahaman ini membuat mereka sama sama menjauh.

Hingga seminggu lamanya.

Saat ini, Daffa sedang fokus ujian kenaikan kelas menuju kelas 12. Dan Rico menuju kelas 11. Disaat kelas 12, semua lencana dan jabatan dari Daffa akan dicabut, pihak sekolah akan membiarkan anak kelas dua belas lebih fokus terhadap ujian ujian mereka. Terlebih, ujian nasional.

Sedangkan Rico sudah didaftarkan menjadi ketua OSIS selanjutnya, oleh wali kelasnya sendiri. Sifat kemimpinan Rico diagung agungkan oleh wali kelasnya itu. Dan, apa jawaban Rico?

Ia mengangguk, suatu kehormatan besar mengantikan posisi ketua osis sebelumnya dan akan membanggakan pihak sekolah. Lagipula Rico termasuk anak berprestasi.

Rico sulit melupakan sikap Daffa yang selalu ada buatnya, ketika sedih ataupun dia sedang bahagia, tapi kali ini, Daffa menghilang dari hadapannya. Ketika dicari pun ia tak ingin bertemu. Ponsel daffa? Sepertinya dia mengganti kontak nomornya. Dia benar benar ingin melupakan Rico.

Rico ingin fokus menjabat ketua OSIS, dan fokus terhadap ujian ujian yang aman datang. Sebelum itu, ia akan bereskan semua ini. Masalah yang mengganggu benaknya. Ini ibaratkan sampah yang berisi ribuan mutiara. Jika benar-benar dibuang tak akan bisa dikutip lagi. Karna banyak orang yang akan menampung mutiara tersebut.

Daffa, tak benar-benar melupakan anak ceroboh itu. Apalagi, kehangatan ketika bersama selalu menjadi mimpi indah yang menemani dirinya ketika sebuah kerinduan melanda didalam dada. Tapi, tak kuasa untuk berbicara malah menghilang agar bisa jauh dari dirinya, Rico.

Nyatanya tak bisa, seperti sekarang, Daffa malah stress sendiri, ia merindukan sosok Rico disini, sosok yang cuek tapi soft itu, ah, shit. Dia tak bisa melupakannya. Ia harus bicara mengenai masalah hubungan nya ini. Lanjut atau berakhir.

****

"Kapan, Lo mau ketemu sama dia daff?" Tanya kak biru. Ketika mereka sedang jalan disalah satu pusat perbelanjaan. Tadi, biru memintanya untuk menemaninya. Biru tau Daffa dilanda kegalauan yang sangat alay.

Ala ala anak jaman sekarang.

Daffa menggeleng, "ga tau kak, gue ga berani bilang"

"Lah kenapa?"

"Nomor kontak gue ganti, apapun yang berhubungan Ama dia gue selalu skip. Biar gue bisa move on"

"Emang uda putus?" Heran biru.

"Belum, baru jadian seminggu yang lalu." Jawab Daffa lesu.

"Jomblo dong Lo, gue daftar boleh?"

Daffa langsung memasang wajah cemberut nya. Dan itu mengundang gelak tawa dari biru.

"Bencada gue wkakw"

Daffa mengangguk.

"Yauda, belum ada kata putus tuh, dan Lo coba tanya ke dia apa masalahnya jangan lari kayak gini, ga gentle lo, kek banci" kekeh biru.

Ya, kayak banci.

Hahahaha.

Lo, Itu Punya Gue! [1]Where stories live. Discover now