Bab 18 (End)

2.1K 138 72
                                    

Pov.

Wajah Yeorin tampak sedih sekaligus kuat membalas tatapan Jimin yang membara.

"Aku tidak bisa hidup hanya sebagai boneka pengganti seseorang. Aku juga punya kepribadian sendiri dan aku lelah."

Kemarahan Jimin yang semula menggelegak langsung surut mendengar perkataan Yeorin.

Kenapa Jimin tidak menyadarinya? Yang diinginkan Yeorin hanyalah pengakuan bahwa dia bukanlah pengganti Min Young. Hanya itu. Dan Jimin bodoh karena selama ini tidak menyadarinya. Baiklah, jika memang itu yang diinginkan Yeorin, dia akan memberikannya.

"Ikut aku," Jimin mengambil tangan Yeorin dan membawanya keluar kamar, dia setengah menyeret Yeorin yang kebingungan menuruni tangga, langsung menuju sayap kebun mawar itu.

Sayap rumah di mana lukisan Min Young terpasang rapi di balik pintu bernuansa emas.

Para pelayan tampak mengintip mendengar keributan itu, bahkan Dongman juga muncul dari depan dengan waspada. Tetapi kemudian langsung mundur ketika menyadari bahwa Jimin membawa Yeorin ke sayap rumah itu.

Jimin berhenti menyeret Yeorin ketika mereka berada di pintu kamar emas itu,

"Kau ingin jawaban bukan?" Jimin melangkah masuk dan kemudian keluar lagi sambil membawa lukisan Min Young yang semula tergantung di dinding.

Lalu melangkah dengan langkah berderap marah meninggalkan Yeorin. Dengan segera Yeorin mengikutinya, ingin tahu apa yang akan dilakukan Jimin kepada lukisan itu. Jimin melangkah ke halaman belakang, membanting lukisan itu di tanah, dan ketika Yeorin menyadari apa yang akan dilakukan oleh Jimin, semuanya sudah terlambat.

"Jangan!"

Terlambat.

Jimin sudah melempar api ke lukisan itu, dan dalam sejejam api itu sudah membakar kanvasnya yang rapuh.
Seluruh lukisan Min Young yang sedang hamil muda dan tersenyum itu habis menjadi arang tipis yang kehitaman dilalap oleh api yang begitu ganas. Yeorin berdiri terpaku menatap sisa pembakaran itu dan menoleh menatap Jimin dengan bingung,

"Kenapa kau melakukannya?"

"Karena," Jimin tiba-tiba meraih Yeorin dan merenggutnya ke dalam pelukannya.

Ciumannya kasar sekaligus mendamba, penuh gairah. Bibir Jimin melahap bibir Yeorin seolah akan mati kalau tidak mencecapnya. Lidahnya menjelajah dengan bergairah, mencicipi seluruh rasa manis Yeorin yang sudah lama tidak dicecapnya. Jimin memuaskan kerinduannya, amarahnya, dan rasa frustrasinya dalam ciuman itu. Sebuah ciuman menggelora yang hanya dilakukan oleh pasangan yang luar biasa merindu.

Ketika Jimin melepaskan ciumannya yang membara itu, tubuh Yeorin lemas hingga Jimin harus menopangnya. Dengan gerakan tegas, lelaki itu mengangkat dagu Yeorin agar menghadapkan ke arahnya.

"Karena nyonya Yoon Yeorin, aku mencintaimu, sungguh mencintaimu, sebagai Yeorin yang menjengkelkan dan keras kepala yang selalu menentangku," Jimin melumat bibir Yeorin yang menganga takjub dengan penuh gairah.

"Kau tersimpan di hatiku," dengan lembut Jimin membawa tangan Yeorin ke dadanya, "Hati ini dulu sudah ku buang jauh-jauh ke dasar, tapi kau membawanya ke permukaan lagi dan meletakkan dirimu di sana. Aku tidak bisa mengeluarkanmu dari sana setelahnya,"

Jimin menatap lukisan yang sudah terbakar habis itu,

"Aku pernah mencintai Min Young sebelumnya. Tetapi sekarang, dia hanyalah kenangan yang harus kuhormati. Hanya itu. Cintaku kepadanya sudah pergi pelan-pelan seiring berjalannya waktu, dan kutegaskan padamu Nyonya Yoon Yeorin, aku memperisterimu bukan karena kau harus menggantikan siapapun, aku memperisterimu karena aku mencintaimu, dan ternyata kita sangat cocok di ranjang, itu merupakan bonus."

Yoon [Devil] JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang