03

520 73 8
                                    

Di sinilah Jennie berada, cafe yang tak jauh dari gedung universitasnya. Ia masih memikirkan kejadian beberapa hari yang lalu. Dimana ia bertemu dengan seseorang yang misterius baginya. Seperti ada yang janggal saja.

"Jennie! Jennie! Ayo fokus!!"

Jennie memukul kepalanya sendiri beberapa kali untuk membuat dirinya fokus terhadap sesuatu yang harus ia hadapi. Ia memejamkan matanya untuk menetralkan pikirannya. Entah kenapa saat ia bertemu dengan pemuda itu, pikirannya selalu mengulang hal tersebut.

Ia menyeruput cappucino yang ia pesan tadi dan menghabiskannya. Setelah itu ia beranjak keluar dari cafe itu, dan tak sengaja, ia berpapasan dengan seseorang dan menabrak orang tersebut.

"Ah maafkan aku."

Orang tersebut menatap Jennie dengan lekat. "Tak apa, young lady."

Jennie terdiam di tempatnya, seketika ia merinding mendengar kalimat dari orang tersebut. Sedangkan orang tersebut sudah melenggang masuk ke dalam cafe.

Jennie menarik napasnya lalu melangkah gontai ke dalam mobilnya. Ia menyalakan mesin mobilnya dan pergi dari tempat itu, setidaknya menjauh.

———

Jennie tersenyum saat mata kucingnya melihat sosok yang ia tunggu sejak tadi. Ia ikut melangkah mendekati pemuda yang juga mendekat padanya. Tak beda jauh dari Jennie, pria itu juga tersenyum lebar dan membuka tangannya lebar. Jennie yang mengerti langsung berlari dan memeluk pria itu.

"Jay! Sudah lama tak bertemu denganmu, bagaimana keadaanmu."

"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja. Bagaimana dengan keadaanmu?"

"Sama sepertimu."

Adelio Jay, teman dekat Jennie yang sudah dua tahun tak bertemu dengan Jennie. Jennie dan Jay sudah lama menjalin hubungan teman, sekitar bertahun tahun lamanya. Karena kedekatan mereka, banyak yang mengira Jennie dan Jay merupakan seorang kekasih, padahal mereka tak lebih dari sahabat. Mungkin saja tak ada yang mengambil perasaan, walaupun itu bisa jadi.

Keduanya melepaskan pelukan mereka dan saling menatap satu sama lain. Keduanya terkekeh karena sudah lama tak bertemu.

"Kau tambah cantik, Jen."

"Kau juga bertambah tampan."

Jay terkekeh. "Bagaimana orang tuamu?"

"Mereka sudah tenang di alam sana." Jennie menjawab dengan senyuman getir.

"Ah maaf, aku lupa. Boleh tunjukkan dimana makam mereka? Aku ingin bertemu dengan mereka, merindukan bibi dan paman."

Jennie mengangguk.

Jay sudah berada di depan makam keduanya. Ia menaruh bungkusan bunga itu di depannya. Lalu memejamkan matanya. Sedangkan Jennie hanya menatap kosong ke arah Jay.

Setelah Jay selesai, giliran Jennie yang menaruh bunga itu lalu memejamkan matanya untuk berdoa.

Setelah itu, mereka berdua berjalan beriringan di taman tersebut. Saling berbincang-bincang dan bercanda.

"Bagaimana perkembanganmu selama berada di London?" Tanya Jennie.

"Tentunya semakin pintar." Jennie dan Jay terkekeh.

"Setelah ini apa yang akan kau lakukan?" Tanya Jennie.

"Ntahlah, sepertinya aku akan istirahat dulu." Jennie mengangguk-angguk sebagai respon.

"Hari ini, apa aku boleh menginap di rumah mu?" Tanya Jay membuat Jennie melongo.

"A-apa?"

"Hanya sehari saja. Setelah aku mendapatkan apartemen."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Her Guardian - TNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang