I'm (not) Fine (⚠)

1.6K 192 54
                                    

⚠tw: mental illness, self harm, parent's abusive
⚠Chapter ini tidak disarankan untuk pembaca yg sensitive terhadap hal yg berhubungan dengan mental illness






*************



Yara baru saja tiba di kosan cemara setelah pergi ke rumahnya tadi siang. Begitu sampai dikosan, gadis itu langsung mengunci pintu & mengurung dirinya dikamar.

Kebetulan diana hari ini sedang ada job photoshoot & kemungkinan pulang malam, jadi yara bisa puas menyendiri dikamar seharian ini.

Mood yara benar benar sangat buruk saat ini sampai sampai ia tidak mau bertemu dengan orang orang dulu. Itu semua karena kejadian tadi siang di rumahnya, lebih tepatnya saat yara memberitahukan hasil rapot bayangannya kepada kedua orang tuanya

Nilai yara semester ini memang sedikit turun. Tapi walaupun turun tidak sampai kurang dari kkm. Paling jelek 85 nilai dia & dia masih dapet ranking dikelasnya kok, ranking 5.

Namun, orang tua yara nampak tak puas dengan hasil yg didapatkan yara di semester ini. Alhasil saat melihat hasil nilai tersebut, orang tua yara pun murka.

"Apa apaan ini ayyara? Mengapa nilai mu banyak yg turun hah? Pasti kamu gak belajar dengan giat ya semester ini? Malu maluin keluarga aja kamu tuh!"

"Dulu kakak kamu, vira, gak pernah dapet ranking 5. Dari sd sampai lulus SMA dia selalu dapat ranking 1. Kenapa kamu gak bisa ikutin jejak kakakmu? Ranking 5? Yg benar saja. Sebentar lagi kamu masuk kuliah yara, kalo nilai kamu terus kayak gini mana bisa kamu masuk universitas unggulan?"

Yara tidak bisa menahan airmatanya saat mengingat perkataan orang tuanya tadi siang yg berhasil menusuk hatinya.

Sejak masih kecil, orang tuanya selalu menuntutnya untuk belajar, belajar & belajar. Setiap hari yara harus les sana sini ditempat yg berbeda. Pokoknya waktu yara selama seharian habis hanya untuk belajar.

Sepanjang hidupnya, yara sama sekali tidak pernah merasakan apa itu bermain. Bahkan punya mainan saja tidak. Daripada mainan, yara lebih sering dibelikan buku oleh orang tuanya.

Buku yg dibelikan juga berupa buku pengetahuan, buku pelajaran, buku rumus rumus, bukan buku yg biasa dibaca oleh anak kecil.

Saking banyaknya buku buku, kamar yara dirumahnya udah seperti perpustakaan mini karena dipenuhi oleh rak buku disetiap sudutnya. Tentu saja pemandangan tersebut membuat yara muak & stress.

Sampai pada akhirnya, yara dengan segenap keberaniannya memutuskan untuk tinggal sendiri agar bisa mencari suasana baru.

Tidak mudah bagi yara untuk mendapat restu dari orang tuanya agar bisa tinggal sendiri. Segala macam cara ia lakukan agar orang tuanya bisa mengizinkan dia tinggal sendiri di kosan cemara yg kebetulan lokasinya cukup dekat dari sekolahnya.

Demi bisa mendapatkan izin dari orang tuanya, yara pun berjanji jika dia akan tetap mempertahankan prestasinya walaupun dia tinggal sendiri & pada akhirnya orang tuanya pun mengizinkan yara untuk ngekost disana.

Selama tinggal dikosan cemara, yara selalu menepati janjinya pada orang tuanya. Prestasinya tetap ia pertahankan demi membuat orang tuanya bangga.

Ya meskipun kenyataannya segala pencapaian yara masih tetap terlihat kurang sekalipun dia mendapat peringkat pertama, tapi setidaknya yara bisa membuktikan kepada orang tuanya kalo dia bisa mempertahankan prestasinya.

Namun, akhir akhir ini nilai yara mengalami penurunan yg cukup drastis. Bukan karena dia malas belajar, tetapi karena ia merasa lelah akibat seluruh tenaganya dia gunakan untuk belajar.

Kosan CemaraWhere stories live. Discover now