yeonjun berlari untuk mengambil posisi di tengah-tengah san dan changbin, melepaskan cengkraman si seo di kerah baju san.
“jangan bikin gaduh, bin!” nasehat yeonjun.
“dia pasti yang nabrak wooyoung, jun. eh, lo! lo yang nabrak wooyoung, kan?! ngaku gak lo!”
changbin hendak menghampiri san yang kini sedang dalam mode siaga satu, takut tiba-tiba kali ini changbin berhasil menghantamkan tinjunya, tapi beruntung lelaki pendek itu segera yeonjun tahan kembali.
“ya kalo iya juga gak gini, bin. kalo mau marah ya marah aja, jangan main hajar.”
“ya, kan, biar adil, jun! wooyoung luka, dia juga harus luka!”
“changbin..”
wooyoung yang sedari tadi ketakutan melihat keributan di depannya memanggil nama sahabatnya itu.
“aku gak papa.”
yeonjun yang menyadari wajah cemas wooyoung lekas menghampirinya, mengusap kepala si manis dengan lembut.
walaupun yeonjun juga sama cemasnya, dia tak mau sebar-bar changbin yang memang pada dasarnya memiliki tempramen buruk apalagi kalau masalahnya menyangkut wooyoung.
“gimana luka kamu? parah, gak?” tanya yeonjun, dia tetap kelihatan tenang walau sebenarnya cemas bukan main.
“gak papa, lecet aja,” jawab wooyoung.
si manis itu beralih menatap changbin yang sekarang mulai menghampirinya.
“yakin gak papa? kita ke rumah sakit aja.”
wooyoung menggeleng, “ini udah diobatin sama mas itu. dia ngobatinnya rapi banget jadi changbin sama yeonjun gak usah khawatir.”
changbin beralih menatap san yang berposisi agak jauh dengannya. san sedang jaga-jaga, changbin sangat seram.
“heh, lo ngobatin temen gue bener, gak?”
“b-bener, kok.”
san yakin dia lulusan akademi taekwondo, dia juga belajar bagaimana caranya menghadapi bahaya yang bisa saja melukai fisiknya.
tapi changbin ini seram, dia tidak bisa melawan karena sepertinya preman saja kalah seram dengan lelaki yang bahkan memiliki tinggi badan lebih rendah dari tinggi san.
“changbin, udah, ih! lagian ini juga salah aku, tadi aku main nyebrang aja gak liat kanan kiri,” seru wooyoung sambil memajukan bibirnya.
yeonjun mendengus, “udah berapa kali aku bilangin kalo nyebrang jangan pernah sendirian?”
wooyoung menunduk, “ya, maaf. tadi aku ngelamun,” lirihnya sambil memainkan ujung kausnya.
yeonjun tak merespon balasan wooyoung, dia beralih menatap san lantas menghampiri si pelaku penabrakan wooyoung.
“makasih udah ngobatin wooyoung,” ucap yeonjun.
dalam hati san bersyukur yeonjun orang yang baik, tak seseram dan segalak changbin.
“gak, ini semua salah saya jadi saya harus tanggung jawab.”
yeonjun menggeleng, “wooyoung emang gak bisa nyebrang jalan sendirian, lo juga pasti kaget, ya, waktu anaknya tiba-tiba nyebrang?”
tentu saja, iya.
san bahkan merasa keheranan orang macam apa yang menyebrang di saat keadaan jalan sedang padatnya, sialnya lagi san yang menjadi pelaku celakanya wooyoung.
“iya, saya kaget. tadi lagi buru-buru juga jadi main belok aja.”
yeonjun tersenyum, “gak usah kaku gitu. kenalin, gue choi yeonjun, itu yang kaya preman namanya seo changbin.”
KAMU SEDANG MEMBACA
pleasure, woosan.
Fanfiction― [ft. 99z] tentang 'mas ganteng' dan si manis 'caramel' + woosan area's + dom san! sub wooyoung! + written in lowercase