14. MERENDAHKAN

135 29 20
                                    

"Sepintar apapun orang itu, seharusnya dia gak boleh merendahkan orang lain dengan kata-katanya."

- S A L A H J U R U S A N – 

Rasanya, melihat orang paling pintar di kelas mengangkat tangan untuk mengajukan pertanyaan ketika persentasi sangatlah menyebalkan. 

Ada dua kemungkinan; hanya mengetes sampai dimana pengetahuan orang yang membawakan persentasi atau ingin mencari muka ke dosen. Belum lagi pertanyaannya berbelit-belit sehingga tidak mudah dimengerti oleh sebagian orang, apakah itu memang ciri khas orang pintar?

Lianna menarik napas dan dihembuskan secara kasar berkali-kali, orang terpintar yang selalu mendapatkan IPK nyaris sempurna benar-benar mencecarnya dengan pertanyaan di luar nalar. Saat ini, Lianna beserta tiga orang di kelompoknya kelimpungan mencari jawaban dari Ghania—mahasiswi terpintar di kelas.

"Ini pertanyaannya gak ada akhlak banget, asal nyetus aja. Gak tau apa, gue semalem ngapalin ginian sampe mual," gurutunya pelan dan terdengar oleh Riko yang kebetulan duduk di samping kirinya.

"Orang pinter emang gitu, Na, gue yakin sebenernya dia tuh tau jawabannya tapi pura-pura kayak orang paling bego sedunia. Dia nanya buat ngetes kita doang," balas Riko sambil membolak-balik halaman buku.

"Emang iya, Rik? Gue baru tau kalo orang pinter bakal selicik ini." Lianna berdecak pelan.

"Coba lo bayangin ... gimana dia bisa ngasih pertanyaan yang rumit ke kita?"

Lianna mengangkat dua bahunya, "Mungkin gak sih tiba-tiba kepikiran?"

"Mana mungkin tiba-tiba, Lianna, kalau dia nanya di luar konteks dan serumit ini, setidaknya dia punya gambaran buat jawabannya. Lihat aja, pasti kalau kita udah jawab dia bakal nanya lagi," cetus Putri yang berada di samping kanan Lianna.

"Coba lihat aja, itu sih Huna mau ngejawab pertanyaan Ghania. Pasti di sanggah lagi," ucap Riko penuh keyakinan.

Benar saja. Setelah Huna menjawab pertanyaan rumit itu, Ghania masih belum puas dengan jawabannya dan bertanya lagi. Mulai detik ini juga Lianna muak melihat orang pintar.

Kelompok Lianna kembali berdiskusi mengenai jawaban dari pertanyaan Ghania terkait materi Supervisi Pendidikan. Sampai akhirnya Lianna memukul pelan mejanya memberi isyarat pada ketiga teman kelompoknya untuk menghentikan diskusi.

"Gue aja yang jawab," lugas Lianna, "enak aja dikasih hati minta jantung. Santai, ini giliran gue." Dia berdiri dari duduknya.

"Maksud dari pertanyaan Ghania adalah 'apa objek dari supervisi pendidikan?' tetapi dibuat dengan kalimat yang berbelit-belit, sehingga saya dan teman-teman lain tidak langsung mengerti. Sekarang saya ingin membalikan pertanyaan ini kepada Ghania. Menurut kamu, apa objek dari supervisi pendidikan?"

Tentu saja, bagi Ghania pertanyaan itu bukanlah sesuatu yang rumit. "Objek pengkajian supervisi adalah perbaikan situasi belajar mengajar dalam arti yang luas. Sedangkan menurut Olivia dalam bukunya supervition for today's schools menggunakan istilah domain. Ia mengemukakan supervisi pendidikan memiliki 3 domain, yaitu; memperbaiki, adanya pengembangan kurikulum, dan pengembangan staf."

Penjelasan dari Ghania membuat Lianna tersenyum penuh arti. "Huna, bukannya tadi kamu menjawab seperti itu?" tanya Lianna kepada Huna.

"Jawabannya hampir sama, Na, mungkin aku ngejawab kurang tepat jadi masih belum dipahami Ghania ," balas Huna polos.

"Baik ... yang saya tau, diskusi di kelas ini tidak hanya bertanya, tetapi bisa juga menambahkan jawaban apabila kurang tepat. Bukan begitu, Ibu Tari?" Lianna bertanya kepada dosen Pengelolaan Pendidikan sekaligus meminta persetujuan.

SALAH JURUSAN || XiaojunWhere stories live. Discover now