11. Keputusan

219 47 106
                                    

"Kamu masih punya wali?"

Genna terdiam menunduk dalam. Kedua tangannya gemetar dan pucat, dengan telapak tangan berkeringat, yang saling meremat. Sementara lewat pandangan mengembun, dia menatap kosong karpet mesjid dimana Elang dan dia sedang duduk bersisihan, menerima banyak pandangan menusuk dengan maksud menghakimi, dari sekumpulan orang yang duduk melingkar menyaksikan mereka. Membuat mereka seperti sebuah tontonan konyol, yang membuatnya semakin tidak ingin menelepon sang Ayah, atau memberitahu keberadaannya, agar beliau bisa hadir dan menjadi wali untuk pernikahan mereka.

Genna nggak mau, membuat malu ayahnya untuk kedua kali dengan kejadian yang hampir serupa. Meski... untuk kali ini semuanya terjadi hanya karena kesalahpahaman.

Namun tetap, Genna nggak mau...

Dia nggak mau sekali lagi mencoreng nama baik sang Ayah, terlebih... setelah ia dikeluarkan dari rumah, dan kehilangan hak, ─untuk menyebut Irham Pranata Galuh sebagai ayah kandungnya, sekaligus wali nikahnya.

Genna... merasa sudah cukup menanggung semuanya sendiri, tanpa melibatkan orang lain lagi. Jadi, "A-ayah saya sudah─"

"Ekhem..." Elang berdeham, mengerling kepada Genna dari sudut matanya, lantas memotong perkataan Genna dengan sebuah sangkalan, yang sudah kesekian kali ia ucapkan dan mendapat respon yang sama. "Kami nggak melakukan apapun, Pak! Sumpah! Saya bicara jujur, dan kalian harus percaya ini!" Tegas Elang, dan netranya berkeliling. Membalas pandangan dari satu persatu wajah yang meneliti mereka dengan sangat kurang ajar.

"Halah! Terus kamu mau bilang, kalau kalian cuma main PUBG, begitu??! Semprul!! Jelas-jelas saya lihat dengan mata kepala saya sendiri, kalian itu lagi mesra-mesraan di ruang tamu!! Dan kalau saya nggak datang, mungkin kalian juga sudah─"

"HEH!! KALAU NGGAK TAU APA-APA NGGAK USAH BANYAK NGOMONG!! SAYA INI NGGAK BOHONG!!! ANDA-ANDA AJA YANG PIKIRANNYA PENDEK!!! APA-APA DIBILANG MESUM!!! DASAR, KOLOT!!!"

"WAH, KURANG AJAR!!! JADI KAMU PIKIR SAYA SALAH???! KAMU PIKIR SAYA─"

"HEY, SUDAH, SUDAH, SUDAH!!! KALIAN INI APA-APAAN SIH??!"

Pak RT langsung bangkit berdiri diantara bapak-bapak tadi, yang sudah meraih golok dari sisi pinggangnya, dan juga sosok Elang yang nggak kalah anarkis, yang langsung berdiri dan mengepalkan tinjunya; bersiap untuk menghajar seseorang yang ada di depannya, ketika dia dengan lancang mengungkapkan pemikiran jauhnya, tentang kemungkinan hal terburuk dari tindakan yang akan Elang lakukan terhadap Genna, jika dia nggak datang ke rumah dan menginterupsi mereka.

─Tindakan yang sumpah demi Tuhan, Elang bahkan nggak berani walau hanya memikirkan, bagaimana dia akan jauh lebih bejad dari pada Rivanno Alvaro untuk merusak seorang Genna, dan membuatnya terluka untuk kali kedua.

"ANDA DENGAR SAYA, SAYA BERANI BERSUMPAH!!!" Elang menggeram dengan urat-urat kecil yang mulai menonjol di sekitar leher dan pelipis, tak lupa dengan wajah yang merah, merasakan darah mendidih perlahan naik ke atas ubun-ubunnya, dia menunjuk bapak itu, dan menggerit bengis, "Saya bilang begini bukan karena saya nggak mau menikahi dia, tapi hanya sekedar meluruskan... Saya, nggak akan pernah, menyentuh Genna, dengan niat sekurang ajar itu. Meski bapak kasih saya kesempatan untuk berdua lebih lama, saya nggak akan pernah berani meniduri dia!! Karena dia sangat berharga buat saya, dan saya nggak akan pernah merusak dia, seperti sesuatu yang mungkin bapak pikirkan!!! GENNA GADIS BAIK-BAIK, ya! Dan saya nggak akan pernah merendahkan dia dengan cara seperti itu!!! KARENA DIA BUKAN SAMPAH!!! Dan saya juga bukan sampah!!! Jadi bisakah anda mengesampingkan ego anda, dan mendengar penjelasan kami??! Anda meringkus kami hanya dengan sesuatu yang anda simpulkan dengan hanya sekali pandang!!! Padahal jelas-jelas, kami nggak ngapa-ngapain dan saya cuma tidur─"

TOO GOOD -ChaeKyulWhere stories live. Discover now