Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

Bab 4 - Laki-laki Berkemeja Putih

17.3K 2.5K 262
                                    

Selama kehadirannya membantu, sepertinya nggak masalah. Mau modus, ya, urusan dia. Ada rasa juga hak dia. Nanti juga bosan sendiri! Bukankah itu sikap paten laki-laki dan segala rasa penasarannya?
******

Adora menatap gawainya yang sedari tadi berbunyi. Mendadak dia urung membeli makanan via Gofood karena teman barunya baru saja mengingatkan. Jika dipikir, sayang juga, apalagi dia membawa bekal dari rumah.

"Lah, kok nggak jadi ikutan pesan, Ad?"

Adora meringis mendengar pertanyaan Bu Anda. "Saya lupa kalau bawa bekal, Bu."

Flora, teman satu divisinya, menyahut, "Biasa juga bawa tapi tetap Gofood aja, nggak papa kali perbaikan gizi. Pasti nanti juga dihabisin semua."

Mendadak Adora galau. Flora benar, biasanya meski sudah membawa bekal, pasti Adora menambah lauk pauknya lewat aplikasi itu. Tentu saja, semua makanan tetap habis. Berterima kasih, lah, sama perut karetnya yang menampung banyak makanan, tetapi tidak bisa gemuk juga.

"Ngikan itu favorit lo banget, kan? Yakin, nih, nggak ikutan pesan?"

Aduh! Membayangkan ikan krispi tanpa duri membuat air liurnya nyaris menetes. Meskipun masakan Mamanya juara, tetapi Adora tidak bisa mengabaikan sensasi ikan tanpa duri yang menjadi favoritnya itu. Bahkan ditambah sambal dan nasi uduk hangat pasti lezat.

"Nggak mungkin banget kalau lo diet, deh. Secara badan lo aja nggak bisa gemuk."

Adora menatap rekan-rekannya bingung. Detik itu, ponselnya berbunyi lagi.

From : Usaha Buat Hemat! (11.25 WIB)

Balesnya lama, nih, curiga kalau lagi ada godaan. Inget! Uang kamu minggu ini tinggal 87.600, dan ini masih awal minggu!

"Gimana, lo jadi pesen, nggak?" tanya Flora lagi.

Adora menghitung dalam hati. Kalau uangnya masih sekitar delapan puluh ribu artinya dia hanya memiliki uang tak sampai lima belas ribu sehari untuk hidup. Astaga, astaga! Kenapa hemat semenyiksa ini, ya?

From : Usaha Buat Hemat! (11.37)

Tok-tok-tok, permisi, Neng Cantik ada?
Wah beneran, nih, kayaknya minggu pertama udah failed. #penontonkecewa
:(

Adora menghela napas. "Nggak jadi, deh, ternyata Mama bawain bekalnya lumayan banyak, takut nggak habis."

Ya salam. Hari ini Adora hanya bisa menelan ludah ketika teman-temannya makan enak. Salahnya sendiri, sih, menghamburkan uang di akhir bulan. Kalau ingin mempertahankan sisa saldonya, kata Radit, seratus ribu seminggu harusnya lebih dari cukup.

Sayangnya, di Jakarta jarang sekali ada angkringan seperti di kampung halamannya. Kalau ada, harganya selangit, padahal di daerah asalnya hanya dengan lima ribu Adora makan kenyang.

Tak berapa lama, gawainya berbunyi. Astaga! Teman barunya ini rupanya ingin melaksanakan tugasnya dengan baik. Terhitung dua pesan Radit masih Adora baca, laki-laki itu sudah menegurnya dengan satu panggilan masuk.

Adora berdecak malas, kemudian mengangkatnya. "Halo?"

"Akhirnya menyahut juga. Pasti lagi ada godaan, ya?"

"Sok tahu."

"Terus kenapa chat saya cuma dibaca? Belum lapor lagi, hari ini berapa sisanya?"

"Masih utuh! Puas?"

Adora bisa mendengar kekehan laki-laki itu.

"Puas banget, dong. Great job! Pasti bisa, kok. Memang apa, sih, godaannya hari ini?"

Debt Collect-Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang