epilog

1.7K 311 50
                                    

1 hari..

Seminggu..

Sebulan..

Setahun..

Dua tahun..

Segalanya berlalu gitu aja tanpa gue sadari. Di sini gue sekarang, ngerangkul berbuket-buket rangkaian bunga yang orang-orang hadiahin di hari wisuda gue.

Semua orang dateng, Kak Jungwoo dan gengnya, termasuk si anak baru, bocil gendut dan botak yang ketawa-ketawa dalam gendongan Kak Taeil.

Padahal ini masih satu koloni, belum geng lain kayak temen-temen angkatan gue, Doyeon, Yeri dan orang tuanya. Xiaojun juga dateng. Yujin, temen gue yang lain di himpunan dulu juga ada —dan adik tingkat yang pernah deket sama gue, gengnya Jeno.

Minus Haechan, geng itu lengkap. Agak sakit lihatnya, tapi gue segera bisa ngulas senyum waktu Mama ngerangkul dan nuntun gue buat menghadap Ayah.

klik!

Ayah senyum lebar setelah ngambil foto gue sama Mama.

Kalo ditanya gimana hubungan mereka —nggak kok, mereka gak rujuk. Mustahil. Tapi semenjak terakhir Ayah marah besar ke gue itu, beliau pulang dan minta maaf. Semenjak itu juga komunikasinya sama Mama lumayan lancar —maksud gue, komunikasi kita berempat. Bahkan kita udah punya family group sekarang, kayak yang orang-orang punya.

"Uuuuuu adek gue udah gedeee~~" gemes Kak Jungwoo, tiba-tiba ngerangkul gue dan ngeduselin pipinya ke pipi gue.

"Ack —Kak, makeup gue luntur!" dorong gue. Tuh kan, pipinya ada bedaknya. Ah pasti bolong ini pipi gue!

"Selamat yaaaaaa~ semoga ilmunya bermanfaat," katanya sambil meluk gue lagi —kali ini dengan cara yang normal.

"Sunny, selamat ya!" pekik Doyeon di samping telinga gue. Buset, dah.

"Semoga ilmunya berkah," kata Yeri sambil ngasih gue boneka. Tapi karena tangan gue terlalu penuh, gue meringis. Baru aja mau bilang, tapi udah didahuluin sama Xiaojun.

"Gue bawain, sono kalo mau foto-foto," katanya.

Gue cuma berdehem. Agak canggung, tapi akhirnya ambil foto juga bertiga, abis gitu gantian sama rombongannya Kak Jungwoo —termasuk sama si Baby, anaknya Kak Taeil.

Kalo ditanya gimana hubungan gue sama Xiaojun, Yeri dan Doyeon.. kita baik, kok. KEPIK GLOWING utuh lagi berlima —gue, Kak Jungwoo, Yeri, Doyeon dan Xiaojun. Memang sulit di awal, tapi gue berusaha menerima.

Gue pengen berhenti nyiksa diri gue sendiri dengan membatasi diri gue. Dan pada kenyataannya, mulai dari awal lagi bukan hal yang buruk.

Gue berusaha menerima diri gue, semua kesalahan gue, bahagia yang udah pernah retak, dan semua serpihan kebahagiaan itu yang udah berubah jadi luka. Pada akhirnya, semua hal itu juga adalah bagian dari diri gue. Mau sebenci apapun, pasti tetep nempel.

And it works. Gue merasa lebih hidup.

"Kak, selamat ya."

Gue nengok, mendapati Jeno, Jaemin dan Renjun berdiri di belakang gue sambil nenteng parsel. Di belakang mereka, ciwi-ciwi ikutan nyengir lebar.

"Gede bangeeetttt," kata gue.

"Iya, soalnya hasil patungan," cengir Jaemin.

Gue nerima parsel itu, buset berat!

"Makasih, ya," kata gue.

"Iya, sama-sama. Good luck buat ke depannya, Kak," kata Renjun.

"Makasih, hehe.."

"Ada satu lagi," kata Jeno sambil ngasih gue paper bag. "Kalo yang itu bukan patungan."

Gue nerima paper bag itu. "Wah, maka—"

"Dari Bang Mark."

"—sih —hah??"

"Dari Bang Mark," ulang Jeno.

Gue segera ber-oh, gak lupa bilang makasih. Karena gue penasaran, maka gue buka paper bag itu dan ngambil isinya.

Flashdisk dan sebuah foto.

Ini —foto gue yang terakhir dia upload di Instagram, kan?

Gue ngebalik foto itu, dan nemuin tulisan cakar ayam Mark yang hampir gak kebaca.

"Roses are red, violets are blue. You're my blue..
Ain't lie, but it was fact that back then you looked so blue. So, in this wonderful chance, please be bright. CONGRADUATION, DUDE!
I put more photos of us in that flashdisk, in case you miss me haha..
Remember we once said this: "love is not always about getting together", and we really know that there's so many lessons we got, tho. Not every story ends happily, but that's the process of us growing to be great persons :)
Anyway, miss you, dude. Jangan lupa senyum, semoga lo bahagia ☺

Mark Lee tampan"

Gue ketawa tipis ngebaca tulisan Mark. Tanpa sadar, gue ngangguk. Ada sudut hati gue yang tersulut dengan beberapa hal yang dia tulis.

Iya, gak semua pikiran berakhir dengan sepakat, gak semua hal yang dipertemukan harus selalu bersama, dan gak semua cerita harus berakhir dengan happy ending.

That's how we live, and then grow to be great persons.

Karena sebenernya pun, cerita belum berakhir. Masih ada hal besar lain yang nunggu, yang mungkin akan lebih banyak nguras hati, pikiran dan airmata —things that are too great to be expressed by only words.

☀☀

finalé
May 9, 2020
winterwoops























aku yakin banyak dari para readers-nim yang kecewa sama ending ff ini, tapi itu gak akan menghalangi niatku buat ngucapin makasih :)

terimakasih banyak atas dukungannya! may we meet again in a good mood always!

see ya!

eh tapi aku masih ada pertanyaan,
let's scroll this down!

👇👇👇

[1] Ineffable ✔Where stories live. Discover now