Twenty Eight

16.3K 2.5K 239
                                    

Hari ini Ryaline memberanikan diri untuk datang ke rumah Jeno, dia sudah mengumpulkan semua keberanian dan semua kekuatannya untuk mengembalikan cincin pertunangannya ke keluarga Jeno.

Setelah kejadian dimana Ryaline bilang ke Jeno kalau dia mau mutusin pertunangannya, Jeno langsung minta Ryaline keluar dari kamar nya. Dan semenjak itu Jeno selalu menghindar dan menjauh dari Ryaline.

"Kamu yakin sayang?" Tanya Ayah.

Ayah dan Ryaline sudah berada di pekarangan rumah keluarga Prasakta. Mereka masih berada di dalam mobil, Ayah tahu anak gadis nya masih terlihat ragu untuk turun.

Semalam Ryaline menyampaikan keinginannya pada sang Ayah untuk membatalkan pertunangannya dengan Jeno. Dan Ryaline juga yang meminta sang Ayah untuk menemani nya ke rumah keluarga Prasakta hari ini, keputusan nya untuk membatalkan pertunangannya sudah bulat. Meski hati kecil nya ragu dan sulit melakukan semua ini.

Ryaline mengangguk, "Tapi Bunda gak akan kecewa dan marah sama keputusan Ryaline kan, Yah?" Tanya Ryaline.

Ayah tersenyum lalu mengusap rambut anak gadis nya itu. "Bunda gakkan kecewa apalagi marah sama kamu. Yang Bunda mau itu kamu bahagia, apapun keputusan kamu, asal itu bisa buat kamu bahagia, Bunda di atas sana bakal ikut bahagia. Begitupun dengan Ayah disini."

Ryaline mengangguk paham, mata nya melihat ke arah rumah keluarga Prasakta, mungkin ini akan jadi kali terakhir nya dia berkunjung ke rumah ini.

"Rya, Ayah tanya sekali lagi. Kamu yakin sama keputusan kamu ini? Kamu yakin kalau keputusan kamu ini bisa buat kamu bahagia?" Tanya Ayah.

Ryaline terdiam, seharusnya jika dia benar benar yakin dia akan langsung memberi jawaban atau hanya sekedar mengangguk tanpa harus berpikir dulu, namun nyatanya dia malah terdiam dan sulit untuk menjawab pertanyaan dari Ayah nya itu.

"Rya, kalau kamu sendiri gak yakin, gimana Ayah bisa kasih izin buat kamu pilih keputusan ini." Ucap Ayah.

"Ayah mau kamu bahagia sama semua keputusan kamu, sayang."

"Tapi Ryaline mau Jeno bahagia, Yah. Ryaline rasa satu tahun ini Ryaline udah egois karena bertahan sama Jeno yang jelas jelas gak menginginkan pertunangan ini sama sekali."

"Kebahagiaan Jeno bukan Ryaline, dan Ryaline mau Jeno bebas nyari kebahagiaan nya tanpa harus terikat sama hubungan pertunangannya sama Ryaline."

Memang, alasan Ryaline ingin segera memutuskan pertunangannya ini karena Ryaline ingin Jeno bisa kembali bersama Siyeon setelah pertunangan mereka resmi di batalkan.

Ryaline merasa bersalah karena hubungan Jeno dan Siyeon yang harus berakhir karena nya, jika tidak ada Ryaline di antara keduanya, mungkin sampai sekarang mereka akan tetap menjadi sepasang kekasih dan Siyeon tidak akan mengkhianati Jeno.

Ryaline menyalahkan dirinya atas berakhir nya hubungan Jeno dan Siyeon. Dan dia menyerah untuk Jeno, dia ingin melihat Jeno bahagia bersama wanita yang Jeno cintai.

"Ayo kita turun, Yah." Ajak Ryaline.

Ayah mengangguk, walau sebenarnya Ayah merasakan perih di hati nya saat anak gadis satu satu nya itu lebih memilih mengutamakan kebahagiaan orang lain di bandingkan kebahagiaan nya sendiri.

Ayah dan Ryaline turun dari mobil, memasuki rumah keluarga Prasakta dan mereka berdua langsung di sambut dengan hangat oleh keluarga Prasakta.

Ryaline, Ayah, Mama dan Papa duduk di sofa ruang keluarga rumah ini.

"Mau minum apa? Aduh kalian dateng tiba tiba, jadi gak siapin apa apa." Ucap Mama.

"Gak usah repot repot, kita kesini cuman sebentar kok." Ucap Ayah.

"Ih gak repot sama sekali, ayo mau minum apa? Biar disiapin. Ryaline kamu mau minum apa, sayang?" Tanya Mama.

Ryaline tersenyum, "Apa aja, Ma."

Mama mengangguk lalu meminta pembantu di rumah nya untuk menyiapkan minuman untuk Ryaline dan Ayah nya.

"Sebenarnya ada apa? Kok kaya nya serius." Tanya Papa.

"Ada yang mau Ryaline omongin. Tapi sebelumnya, Jeno nya ada? Biar sekalian."

Papa langsung meminta Mama memanggil Jeno yang berada di kamar nya, tak lama dari itu Mama kembali bersama Jeno yang terlihat sangat berantakan.

Jeno langsung terkejut saat melihat keberadaan Ryaline bersama Ayah nya, hati nya mulai terasa tak tenang dan tak enak, firasat buruk yang dia rasakan sekarang.

"Aduh maaf, Jeno nya baru bangun tidur." Ucap Mama merasa tak enak karena penampilan Jeno yang benar benar berantakan.

Ayah terkekeh, "Gak apa apa, maaf kita ganggu tidur kamu, Jen."

Jeno mengangguk canggung lalu duduk di sebelah orang tua nya, menatap Ryaline yang berada di hadapannya, dan tatapan itu sangat sulit untuk Ryaline artikan.

Setelah beberapa hari ini Jeno menghindar dan menjauh darinya, baru kali ini lagi dia bisa bertatap muka dengan Jeno.

"Jadi ada apa?" Tanya Papa.

Ayah menepuk paha Ryaline, meminta gadis itu untuk menyampaikan niat nya datang ke rumah ini.

Sebelumnya Ryaline sudah menyiapkan apa saja kalimat kalimat yang akan dia sampaikan, namun saat melihat Jeno, rasanya semua kalimat itu sulit untuk dia ucapkan.

Setelah beberapa menit hening, Ryaline berdehem sebelum berbicara. "Ryaline sama Ayah kesini, karena Ryaline mau ngembaliin ini." Ucap Ryaline sambil memberikan cincin pertunangannya dengan Jeno.

Mama dan Papa sama sama terkejut, berbeda dengan Jeno yang masih setia menatap gadis di depannya ini dengan tatapan kecewa dan sedih nya. Rahang tegas nya semakin mengeras, menunjukan bahwa dirinya tengah marah.

"Maksud kamu apa, sayang? Kenapa di kembaliin?" Tanya Mama terkejut.

"Ryaline minta maaf sebelumnya, tapi Ryaline rasa pertunangan ini udah gak bisa di lanjutin lagi, Ryaline mau Jeno kejar kebahagiaan nya tanpa ada Ryaline sebagai penghalangnya." Ucap Ryaline tanpa berani menatap Jeno sedikitpun.

Semua bungkam, rasa kecewa dan sedih dari semua orang disini memenuhi ruanganan ini. Sampai tiba tiba terdengar suara tawa dari Jeno.

"Lo tau apa tentang kebahagiaan gue, Rya? Lo tau apa?" Tanya Jeno sinis.

Ryaline mendongkak, menatap mata Jeno yang ternyata masih setia menatapnya. "Aku tau kamu sayang banget sama Siyeon, Jen. Aku gak mau terus terusan jadi orang ketiga dalam hubungan kamu sama Siyeon, aku tau Siyeon kebahagiaan kamu, itu sebab nya aku mundur." Ucap Ryaline.

Jeno bangkit dari duduk nya, "Gue males kalau harus ngobrolin omong kosong ini, mending gue lanjut tidur." Ucapnya acuh.

"Jeno! Jaga sikap kamu, jangan kurang ajar!" Tegas Papa.

Papa dan Mama tidak habis pikir, bisa bisa nya Jeno bilang bahwa ini semua omong kosong, padahal dengan jelas bahwa pembicaraan ini sangat penting dan serius.

"Sampai kapanpun gue gak mau pertunangan ini di batalin, kalau lo masih kekeh mau kembaliin cincin itu dan batalin pertunangan ini, gue bakal marah besar dan gak mau ketemu sama lo lagi." Tegas Jeno.

Fiancé | Jeno  [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now