Kejadian Malam Itu

58 16 0
                                    


Versi Noven

"Iya, gue ngerti besok lo tinggal nyalin dah, udah gue kerjain." Kata Sekar pada gue Aji dan Ojan lewat panggilan Video.

"Bagus, lo emang temen gue banget dah." Raut wajah girang Aji nampak di layar.

"Huuu, enak banget hidup lo tinggal njiplak. Nih, contoh gue walaupun besok gue mo nyontek tapi gue udah ngerjain." Kata gue sambil menunjukan hasil kerja gue yang lagi rada pinter.

"Weehh, tumben hebat. Eeee.. Eee.. Gue malah belom blas." Ojan menyambung.

"Lagi ngapain lo Jan?" Tanya Sekar mendengar dia ngeden-ngeden.

"Gue lagi empup, eeeehh... Lega." Jawabnya disusul bunyi 'plung'.

"Anjing lo! VC sambil boker. Pantes lo gak nunjukin muka lo." Seru Aji setelah mendengar jawaban Ojan.

"Hehe, sori. Kebelet soalnya." Ujarnya cengengesan.

"Boker mulu lo, Jan." Kata gue mengingat Ojan yang paling tidak tahan menahan boker.

"Eee,,,(plung) ini kan panggilan alam yang hakiki." Jawab Ojan membela diri.

"Udah, intinya besok kita berangkat pagi." Kata Sekar menyatakan kesimpulan dari pembahasan lewat VC malem ini.

"Oke dah, eeee..eeh. Gue mo lanjut pup dulu ya, nanggung nih." Ujar Ojan kemudian memutuskan sambungan.

"Oke, dah. Gue mo pasang alaram dulu." Kata Aji juga memutuskan sambungan.

"Lo, gimana Ven? Ko gak ikut ngilang." Ledeknya melihat gue yang masih terhubung.

Gue berpikir sejenak.

"Gue, mo kerumah lo dah." Kata gue mengejutkannya.

"Ngapain?" Tanya Sekar metanya melebar.

Gue paling suka kalo Sekar lagi melotot gini. Ini yang membuat gue tambah deket sama dia, gak ngebosenin.

"Akh, intinya gue mo kerumah lo(tuuut)." Gue memutuskan sambungan.

Gue langsung siap-siap meluncur menuju rumah Sekar. Bentar dulu, gak ada sejarahnya Noven Saputra gak sempurna. Sisiran dulu dong, pake minyak wangi, pake jaket. Uhh, ganteng banget dah gue. Emang deh, Mama sama Papa hebat, bisa nyetak manusia setampan gue. Hmm, dijamin dah ketampanan gue ngalahin Ari Irham di film Terlalu Tampan, hahaha. Udah lah, mending gue OTW keburu malam.

Dengan cepat gue menurni anak tangga yang udah gue apal banget jumlahnya ada 20 anak tangga. Kebiasaan gue dari kecil, suka ngitung anak tangga. Namun, langkah gue terhenti saat gue tiba di dasar. Gue mendengar suara keributan dari kamar orang tua gue. Gue penasaran akhir-akhir ini mereka sering ribut. Gue pengin tahu apa yang mereka ributkan. Gue memutar haluan menuju kamar ortu. Dari depan pintu gue dapat mendengar pertengkaran mereka.

"Terus aja belain perempuan itu, belain terus! Emangnya apa drajatku di matamu, Mas. Hanya sebagai pencetak anak, iya.!"

"Kamu kalo gak tau apa-apa mending diem. Kamu yang gak pernah menghargai aku sebagai suamimu. Aku baru pulang kerja! Begini caramu menjamu suamimu? Oh, aku ngerti. Mungkin kamu udah pindah perhatian sama mantan pacar kamu itu, secara baru ketemu."

"Mas, aku gaka ada apa-apa sama Mas Miko. Kita gak sengaja ketemu. Segampang itu kamu nuduh aku, Mas. Padahal kamu yang udah jelas-jelas selingkuh. Inget Mas, perempuan itu masih sekolah."

"Sudah cukup! Aku gak mau denger! Capek ribut terus sama kamu."

Brakkh,

Gue mendengar suara pintu yang tertup keras. Lepas itu tangis Mama mulai terdengar.

Love is FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang