03. SIMHF - BBH

273 77 97
                                    

"Apa Asisten Dosen Kim tidak lelah terus membicarakan hal yang sama sekali tidak bisa dipahami?"

Aku tak tahan lagi untuk tidak menarik atensi Hee Sae yang 'terpaksa tidak terpaksa' duduk bersamaku di sudut kelas. Semenjak tadi yang ia lakukan hanya menyimak bualan Asisten Dosen Kim tentang segala hal yang membuatku pening juga menguap bosan.

Ketimbang itu semua, lebih baik aku berpura tidur agar lebih leluasa mencuri pandang pada perempuan disampingku ini saat ia tenggelam dengan catatan di hadapannya. Bibir tebalnya beberapa kali merapalkan sesuatu setengah berbisik. Mungkin sedang berusaha mengulang materi yang Asisten Dosen Kim sampaikan sebelum menggoreskannya lewat tinta di atas lembaran bindernya. Gilanya, fantasi liarku justru bekerja lebih ekstra hanya dengan memandangi bibir tebalnya yang terus meracau kecil.

"Mendengar penjelasannya saja kau tidak, bagaimana kau bisa paham Byun?"

Seperti biasa, ia melemparkan sebuah sarkasme―salah satu bagian darinya yang menjadi favoritku. Aku bersumpah, ia justru bertambah seksi bila kadar kegalakannya meningkat seperti sekarang.

Aku tertawa renyah. Hanya dengan mendengar nada sinisnya saja aku sudah melayang bahagia, apalagi bila ia mengutarakan cinta. Mungkin jika saat itu terjadi tanah yang kupijaki sudah berpindah ke surga.

Tanpa sengaja sudut mataku menangkap seorang mahasiswi perempuan yang duduk di deretan bangku depan sedang menyorot kami berdua.

Namanya Lee Naeun, seorang kakak tingkat yang seminggu lalu mengajakku berkenalan dan meminta nomor ponselku dengan dalih kepentingan memasukkanku di grup chat kelas. Sedikit aneh memang mengingat ia bukanlah mahasiswa penanggung jawab mata kuliah Kimia Forensik. Tetap saja aku mengiakan meski aku tahu ia memiliki maksud lain. Jelas ia menaruh minat padaku.

Mau bagaimana lagi, itu sudah resikoku menjadi mahasiswa tertampan.

Sengaja aku melingkarkan sebelah tanganku di pundak Hee Sae dengan gerakan agresif. Memastikan bahwa Naeun melihatnya dan mundur teratur dari niatnya mendekatiku. Ayolah, perempuan di sampingku ini saja sudah membuatku mabuk kepayang lalu kenapa aku harus menghiraukan yang lain?

"Singkirkan tangan kurang ajarmu, Byun!"

Hee Sae memprotesku seraya menggerakkan tubuhnya menolak. Seperti biasa dia bersikap tidak kooperatif. Tentu saja aku tidak percaya dengan apa yang ia lisankan. Sebab sebelum ia membuang muka, aku masih sempat menangkap semburat merah merona di sana.

Ayolah, tidak bisakah ia menganggap ini adalah sebuah bentuk latihan bila ia berpindah gelar menjadi lebih dari sekadar sahabatku kelak?

Perempuan itu memang rumit. Lain di kata lain di hati. Mengapa mereka gemar sekali menyembunyikan perasaan lantas menyalahkan pihak lelaki yang tak pernah peka terhadapnya? Apa mereka pikir jatuh cinta pada lawan jenis layaknya anak pramuka yang sedang memecahkan kode morse?

Begitu saja terus sampai Kim Junmyeon―leader EXO menggeser posisi Lee Soo Man menjadi CEO SM Entertainment.

🍃

"Kau sahabat Baekhyun 'kan?"

"Iya, aku sahabatnya."

Aku sedang berdiri di samping loker saat sayup aku mendengar percakapan keduanya―Hee Sae dan Naeun. Tujuanku semula adalah berniat usil mengagetkan Hee Sae dengan muncul secara tiba-tiba dari balik pintu lokernya. Aku bahkan sudah membayangkan Hee Sae akan memukuli punggung lebarku seraya mengumpat sebagai bentuk prestasiku berhasil mengejutkannya.

"Kalau begitu aku akan meminta bantuan kepadamu."

"Bisakah kau memberikan ini kepada Baekhyun?"

𝐒𝐨, 𝐈 𝐌𝐚𝐧𝐢𝐩𝐮𝐥𝐚𝐭𝐞𝐝 𝐇𝐞𝐫 𝐅𝐞𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠𝐬  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang