Chapter 5 - No Stalking, No Promising

3.6K 331 28
                                    

X for Xander?

X for Xavier?

X for Mr. X?

Yang aku tahu, X is for unknown variable!

Apa ini artinya X for Mr. Unknown?

Never runaway!

Entah kenapa kalimatnya selalu terdengar menggema berkali-kali di telingaku seperti si Mr.X itu berteriak di atas sebuah perbukitan walau jelas dia hanya mengucapkannya sekali dan hanya di telepon.

"Return it back."

Hanya itu yang aku ucapkan setelah kusadari aku beberapa saat terdiam. Ya, aku syok!

"What?" ucapnya tanpa jeda.

"Ponselku."

"Later."

"Kenapa kamu menukarnya. Aku...aku tidak membutuhkan ponsel darimu. Di mana?"

"What?"

"Po...posisimu?"

"Why?"

"Aku akan mengambil ponselku."

"Later."

I wanna kill him! I do!

Later, later, dan later. Kapan? Aku tidak ingin berlama-lama berurusan dengannya. Jika saja aku dapat menyerangnya dengan ribuan pertanyaan, sudah pasti aku lakukan. Masalahnya aku tidak ada hak untuk itu. It just yesterday! Ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya? Tentu saja. Ingin mengetahui siapa sebenarnya dirinya? Tidak salah lagi! Oh, God, what happen to me?

"Tolong katakan kapan, dan aku akan menemuimu, hmm, wherever you're."

"Wherever I'm?"

"Ya. Just tell me and I'll come."

Stupid!

Apa yang ada di otakku sebenarnya. Biasanya aku selalu menyaring, memikirkan terlebih dahulu apa yang akan aku ucapkan, but now? I lost control!

"Not now."

"When?"

"When it finish."

"Apanya?"

"Your punishment."

"What?"

"You forget?"

Oh, My!

'Now, you're my prisoner.' Aku tidak melupakan kalimatnya itu yang dia ucapkan beberapa jam lalu. Masalahnya adalah hingga kapan? Hingga dia ditangkap polisi dan tidak ada yang menggannggguku lagi? Atau, hingga aku mati dan tidak bernapas lagi?

"No."

"What?"

"Prisoner."

"What 'prisoner'?"

Oh, dia kembali mempermainkanku!

"I'm."

"What?"

"I remember." I'm your prisoner.

Tentu saja aku tidak mengucapkan kalimat kedua itu dan hanya kalimat pertama. Sepertinya dia berhenti bermain dari jawaban yang aku dengar berikutnya.

"Good."

Aku pikir dia akan mengakhiri teleponnya, tidak ada lagi suaranya yang terdengar, tetapi aku masih mendengar napas tenangnya. Begitu bodoh, aku masih menunggu dia bersuara. Bukan, maksudku, my Mom ever said, 'Jangan mematikan telepon dari seseorang yang meneleponmu hingga dia sendiri yang mematikannya.' Dan saat aku bertanya kenapa, she said, 'It's just not polite, baby.'

The Rotten Earl #Earlseries 1.0  [✓] 🔚Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt