TERSESAT DI SUMBING 5

11K 69 1
                                    

Kisah lalu:
Jion, Jack dan Koko berpindah dari gubug di bawah pohon beringin ke sebuah gua batu yang lebih aman dari cuaca buruk. Sementara Hendro salah satu tim SAR yang gagal naik gunung harus berjaga malam itu.

***

    Malam itu Hendro sendiri di teras rumah itu untuk menunggu bila saja korban kembali. Angin dan hujan berdeburan di luar sana. Beberapa tempat di pos evakuasi itu bocor. Hendro sengaja berjaga di teras luar untuk menghalau kantuk. Tio bangun, keluar untuk menemani Hendro dan sekedar berbincang.

    Sudah beberapa batang rokok Hendro habiskan untuk mengenyahkan sepi. Disodorkan bungkus itu ke Tio yang duduk mendekat. Tio mengambil satu dan menyalakannya. Lalu mulailah percakapan mereka.

    "Sudah punya pacar, Hen?" dihembuskan segulung asap rokok tebal dan mendesis untuk menikmati kehangatannya.

    "Basi ah, tanya begitu!" Hendro mengelak menjawab.

    "Ah, jangan-jangan kau masih menikmati kebiasaan lama kita?" mata Tio tampak nakal sambil mempermainkan asap di mulutnya.    

    "Jangan-jangan elo lagi yang ..." kata-kata Hendra terhenti saat Tio tiba-tiba membuka resleting dan mengeluarkan penisnya dan berjalan ke depan teras untuk kencing dengan cueknya.

    "Yang .. apa Ndro?" sambil tetap melaksanakan hajatnya.

Hendro diam.

    "Bagaimana tadi?" Tio tanya kelanjutan cerita Hendro.

    "Eh, gila ya ... penis elo tambah panjang aja! Elo operasi plastik atau ke dukun urut?"

    Tio menghisap rokoknya lagi. Mereka sangat yakin percakapan mereka tak didengar teman-teman mereka di dalam. Teras dan kamar terpisah oleh ruang tamu yang cukup luas.

    "Gak. Ini cuma hasil sedotan pacar-pacar gue aja." Sambil melirik lokasi pertemuan selakangannya yang sekarang agak menggunung.

    Hendro ingat sekali sewaktu mereka study tour kelas tiga. Mereka terpaksa mandi bareng di hotel. Jam 6.45 pagi semua rombongan sudah masuk bis untuk berangkat. Hendro dan Tio baru bangun, itu saja karena ketua rombongan kehilangan keduanya. Sebagai hukuman, mereka tidak mendapat jatah sarapan. Sedangkan biar cepat dan tidak ditunggu rombongan, mereka diharuskan mandi berdua ditunggu guru ketua rombongan. Bukannya tambah cepat, mereka tambah lama karena saling pegang kontol dan saling mengocok. Akhirnya mereka ditinggal di hotel, mereka bertualang menggunakan angkutan umum untuk menyusul rombongan ke tujuan wisata pertama hari itu.

    Hendro masih ingat, kontol Tio tidak terlalu panjang dibanding dengan kontolnya sendiri waktu itu. Pertambahan umur tidak akan berpengaruh banyak. Tapi sekarang beda sekali kontol Tio hampir 12 cm, itu saja sedang tidur.
  
    "Ndroo... kok malah jadi ngelamun?"

    Hendro segera tersadar dari lamunan karena tubuhnya digoncang kuat oleh Tio. Rupanya tanpa sadar lamunannya terlalu kuat. Atau mungkin kesadarannya semakin berkurang karena waktu sudah menunjuk 3.30 pagi. Saat yang sangat rawan untuk orang berjaga malam. Tubuh mereka begitu dekat, tangan Tio masih memegang kedua lengan Hendro yang tampak gempal dan berotot. Wajah mereka begitu dekat sehingga bisa merasakan hembusan nafas lawan.

    Pandangan mereka begitu berapi. Tio memandang wajah Hendro dari dekat, bulu bulu kasar di sepanjang pipi, kumis dan janggut begitu tampak jelas dan berkesan amat jantan. Bibir yang tebal tampak seksi belum lagi alis tebal di atas mata sayu itu. Sementara Hendro merasa sensasi lain yang hampir sama. Kulit Tio  yang putih dan halus terkesan menggairahkan. Begitu juga dengan minyak wangi dan aroma Tio yang membawa sensasi tersendiri. Pandangan mereka begitu berarti. Suara hujan tak sekeras degupan jantung mereka.

TERSESAT DI SUMBINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang