Airplane in the Sky of Love - Part 01

4.6K 249 4
                                    

'Your attention please, passengers of Thai Airways on flight number TG931 to Bangkok please boarding from door E50, Thank you.'

Suara pengumuman tanda waktu keberangkatan menuju Bangkok telah terdengar. Seorang pria tampan berkulit Tan segera bangkit dari duduknya, berjalan santai menuju pintu gerbang seraya menarik sebuah koper berukuran besar. Suasana Bandara Charles De Gaulle, Paris, Perancis terlihat ramai. Banyak orang berlalu lalang, entah mereka juga ingin pergi ataupun baru datang. Namun, Singto Pracahya -nama pria Tan tadi- tak peduli sama sekali.

Setelah mendudukkan diri di salah satu kursi penumpang, Singto segera mengeluarkan laptop sekaligus beberapa dokumen penting dari dalam tasnya, dokumen yang harus ia selesaikan secepatnya. Singto bersyukur sebab penumpang di kelas bisnis hanya ada beberapa orang, cukup menenangkan untuk Singto mengerjakan pekerjaan nya selama perjalanan. Itu lebih baik daripada menghabiskan waktu selama sebelas jam tanpa melakukan apapun sampai setibanya ia di Bangkok nanti.

"Maaf Tuan, mohon pasang sabuk pengamannya."

Sebuah suara menginterupsi kegiatan Singto, ia mendongak dan mendapati sosok pramugara berparas manis tengah berdiri disampingnya sembari melemparkan senyum ramahnya.

"Huh?" Gumam Singto, masih belum bisa mencerna situasi, sebab wajah pria di depannya benar-benar membuat Singto terpesona hanya dalam satu kali lihat saja.

"Sebentar lagi pesawat akan lapas landas, tolong pasang sabuk pengaman anda." Ulang pramugara manis itu sopan, masih dengan senyum ramah.

Singto terdiam, ia menatap pria manis itu dengan lekat lantas tersenyum miring tatkala mendapatkan sebuah ide yang sangat cemerlang. "Mengapa tidak kau saja yang pasangkan? Aku sedang sibuk." Ucap Singto seraya melirik sekilas laptop di depannya, seolah mengatakan jika ia memang benar-benar sibuk.

Singto bisa melihat jika pramugara itu mengernyitkan alisnya, namun tetap menuruti perkataan Singto. Dengan penuh kehati-hatian pria berparas manis tersebut memasang sabuk pengaman di tubuh pria Tan itu. Setelah selesai, sang pramugara segera beranjak dari tempatnya. Pergi meninggalkan Singto yang masih memandang punggung pramugara itu dengan senyum merekah.

Singto tersenyum, ia meletakkan telapak tangannya di dada. Menikmati irama jantung nya yang berdetak cepat tak beraturan. Sejujurnya, selama 26 tahun ia hidup, Singto belum pernah merasakan perasaan seperti saat ini. Perasaan dimana jantung nya ingin melompat keluar, ribuan kupu-kupu memenuhi perutnya bahkan mata pria itu dipenuhi oleh warna pelangi. Perasaan yang ia rasakan kini begitu indah dengan sensasi menggelitik dan Singto menyukainya.

•••

"Ada apa denganmu, Krist?"

Arm menggeleng-gelengkan kepala tatkala melihat sosok pria manis menghampirinya dengan wajah tertekuk sekaligus menghentak-hentak kaki di lantai, persis seperti anak kecil yang tengah merajuk.

Pria manis yang dipanggil dengan nama Krist, atau lebih tepatnya Krist Perawat itu pun segera menyandarkan tubuh nya di dinding, menghadap ke arah sang teman sambil bersedekap dada.

"Pria itu benar-benar menyebalkan!"

Arm menaikkan sebelah alis, bingung akan maksud dari perkataan Krist. Membuat Krist menghela nafas panjang nan berat.

"Maksud ku pria yang duduk di kursi paling depan sebelah kiri." Ucap Krist menjeda ucapannya sebelum ia kembali melanjutkan. "Sejak dia naik ke pesawat ini, dia selalu meminta hal-hal aneh dan menggangguku!"

"Seperti?"

"Dia memintaku memasang sabuk pengaman, itu masih wajar. Lalu dia memintaku membawakan menu makanan kilat lebih awal, memintaku untuk membersihkan tumpahan air putih di jas nya padahal dia bisa membersihkan sendiri dengan tisu. Dan tadi, dia memanggilku hanya untuk menyuruhku duduk di kursi sampingnya dan menanyakan namaku. Bukankah pria itu gila?" Oceh Krist panjang lebar, padahal masih ada beberapa lagi tapi Krist terlalu malas menjelaskan secara terperinci apa yang sudah pria itu lakukan padanya.

☑️ Our World [SINGKIT]Where stories live. Discover now