Part 5

0 0 0
                                    

#Because Of Allah.
#Chapter V

Sekolah.

Ara dan Arga berjalan berdampingan. Mengabaikan tatapan sinis dari orang orang di sekitarnya.

Ara hijrah? Kenapa masih deket deket sama arga.

Ganjen.

Sok suci.

"Pengen gue robek mulut mereka." Bisik Ara geram.

Arga menoleh. Menatap ara. Ara ikut menatap nya.

"Anggep aja mereka nggak ada. Oke" arga tersenyum.

Ara menghela nafas. Mengangguk saja. Tiba. Mereka tiba di depan kelas Ara.

"Gue... Duluan. "

"Iya. Inget! Jangan peduliin ucapan orang lain. Ini hidup kita. Kita bebas ngelakuin apapun untuk diri kita sendiri. Right? "

Ara senyum. " That's right! "

Ara masuk, arga melanjutkan langkahnya.

***

"Uwaw. Ada murid baru." Teriak Deri, saat ara masuk ke kelas.

"Itu..a-ra? Kok... Cantik banget?" Ucap Diko.

"Gue emang cantik. Baru nyadar. " Batin ara. Lalu duduk di kursinya.

"Kesambet apa lo ra? " Ara menoleh ke sumber suara. Sinta.

Tak menanggapi. Ara membuka tasnya. Mengambil buku yang kemarin ia beli.

Wanita yang di rindukan surga.

"Wah! Lo serius mau hijrah? " Tanya Sinta. Tidak yakin.

"Insyaallah." Ara membuka bukunya.

10 menit.
Ara fokus membaca. Tak menghiraukan teman temannya yang mengupatinya. Ataupun mendekatinya.

"Barang siapa yang mengajak pada kebaikan. Maka orang itu akan di beri pahala yang sama seperti yang melakukan kebaikan. " Ara membaca di dalam hati. Lalu menatap sinta. Di sampingnya.

"Sin-" panggil Ara.

"Kenapa ra? "

"Hijrah yuk! "

Sinta tertegun. Hatinya menolak.

"Hijrah?" Beo sinta

"Iyaa. Kita perbaiki semua kesalahan kita. Di mulai dari... Nutup aurat. " Ara tersenyum manis. Tulus

"Gue.. belum siap!" Ucap sinta.

"Trus kapan lo mau berubah? Entar nyawa lo keburu di ambil malaikat maut! " Ucap ara, tegas.

"Jangan maksa dong ra! " Sinta geram.
"Sok suci banget sih, " Sinta berdiri. Pergi keluar kelas.

Ara menatap sinta. "Kok sakit ya-" ara menatap dadanya. Sakit guys.

***

Kantin.

Ara dan Arga membeli beberapa makanan. Lalu membawa nya ke taman belakang sekolah.

"Makan disini lebih nyaman. " Ucap arga.

"Di kantin banyak pengghibah. " Balas Ara.

Mereka duduk. Di bawah pohon. Mulai makan dan mengobrol.

"Gimana di kelas? Ada yang ngejek? " Tanya Arga.

"Banyak. Tapi i dont care, "

Arga tersenyum, membelai kepala Ara lembut.

"Bukan muhrim ga! " Ucap Ara sambil makan sosis.

"Nikah yuk! "

"Uhuk! " Ara tersendak. Meraih botol minum di sampingnya.

Arga terkekeh, "Biar kita bisa halal. Dan gue... Bebas nyentuh lo. "

"Ogah. Gue mau nikah sama gus azmi." Ara makan sosisnya lagi.

"Orang mana? "

Lah- arga enggak tau gus azmi?

"Korea." Jawab ara asal.

"Oh. Yaudah. Gue nikah sama kak ros aja. Atau nggak... opa. "

"Terserah! "

Arga tersenyum nakal. Mencubit hidung Ara.

"Sakit woy! " Ara menatap Arga kesal.

"Mau ke rumah sakit? Atau... Ke KUA?" Tanya arga.

Ara diam. Malas menanggapi.

"Arga! " Panggil seseorang.

Gio. Laki laki itu setengah berlari, menghampiri Arga.

"Lo...Di panggil buk Andin. Di suruh ke kantor. Sekarang! " Gio menatap Ara. Menatap arga.

"Kalian masih... pacaran?" Tanya nya.

"Kepo!" Balas arga.

"Lo kalo mau hijrah yang serius dong ra! " Ucap Gio. Menatap ara.

Ara diam. Mukanya datar datar saja.

"Hijrah. Tapi pacaran." Gio geleng geleng kepala.

"Lo mau gue hajar gi-" Ucap Arga. Menarik kerah baju Gio.

"Lah- salah gue apa. Gue emang bener kan. " Gio membela diri.

"Munafik kalo di depan orang sok alim. Di belakang asik pacaran."

Bug!
Arga meninju pipi Gio. Lagi. Lagi.

"Udah arga! " Pekik Ara. Gadis itu menangis.

Arga menatap ara. Lalu mendorong tubuh Gio. " Pergi lo! Jangan pernah nunjukin wajah lo lagi di depan gue! "

Gio menatap ara, "Munafik! "

"Gio!!" Pekik Arga.

Gio langsung berlari. Dasar!

Arga merangkul Ara. Mengelus pucuk kepalanya lembut. Ara langsung memeluk arga. Menangis.

Khilaf. Iman Ara masih lemah. Ia tak sadar memeluk seseorang yang bukan muhrim bagi nya. Tapi ara benar benar ingin meluapkan sakit hatinya hari ini. Ia terus menangis. Di pelukan Arga.

"Jangan nangis ra. Gu-e nggak tahan. " Arga mempererat pelukannya.

"Hati gue sakit ga. Hiks."

"Ini ujian buat lo... Ra! Lo harus sabar."

Ara diam. Terus saja menangis.
5 menit!

"Woy! Udah dong pelukannya. Bukan muhrim. Nikah aja dulu sono. Halal, baru pelukan lagi. Mau 5 jam terserah! Enggak bakal dosa!"

"Suara siapa tuh?" Batin arga.

"Suara gue. Penulis cerita ini! "

HAHA-_-

Because Of Allah(ENDING)Where stories live. Discover now