Rupa Aversi

99 14 10
                                    

"I'm nervous." ungkap Lintang kepada Tsung-han, laki-laki yang sedang membenahi letak tas di bahunya. Tsung-han bisa dianggap menjadi pemimpin kontinen universitasnya di IChEF. Sebenarnya, alasan Tsung-han dianggap sebagai pemimpin adalah kemampuannya dalam berbahasa Inggris yang paling fasih di antara yang lain. 

Sedari tadi, Tsung-han memang melihat lintang yang beberapa kali menghembuskan napasnya. Hampir setiap gerakannya diakhiri dengan hembusan napas. 

"Why?" tanya Tsung-han.

Lintang menghembuskan napasnya lagi lalu menggeleng samar. "I don't know either."

Tsung-han melihat anggota kontinen asal Indonesia lainnya yang berjalan di belakang Sabrina dan Dimas. Raut wajah mereka malah terlihat kebalikan dari Lintang, senang.

Perjalanan mereka dari Taiwan ke Indonesia memang cukup panjang, bahkan belum selesai. Siang hari mereka berkumpul di kampus dan berangkat ke Bandara Taoyuan, dua puluh menit dengan menggunakan mobil sewaan. Untungnya mereka mendapatkan penerbangan langsung ke Bandara Soekarna-Hatta. 

Hampir enam jam penerbangan dan akhirnya mereka tiba di Indonesia. Sekarang pukul 03.25 pagi dan mereka akan melanjutkan perjalanan selama kurang lebih tiga jam untuk menuju ke Bandung. Pihak panitia menjemput mereka dengan bus.

"Looks like you got jet lag. Relax. It is your homeland, your cup of tea." Tsung-han berupaya menenangkan Lintang.

"I am, maybe. But--do you know the unreasonable weird nervous feeling? Something like that. I'm feeling that right now." Lintang mengibas-ngibaskan tangannya di udara. "Nevermind. I do not even know what i was talking about."

"Is it what happen when you breath Indonesia's air?" ucap Tsung-han dengan nada bercanda.

Lintang melirik Tsung-han dengan wajah pura-pura mengintimidasi. Orang yang dilirik hanya terkekeh lalu memelankan langkah kakinya agar dapat memeriksa anggota lain yang berjalan di belakang mereka.

Rencana Lintang dan Sabrina mendapat persetujuan dari pihak jurusan. Lintang dan Sabrina pada akhirnya dapat mewakili universitasnya mengikuti IChEF. Ketentuan yang diberikan oleh pihak jurusan adalah ketua setiap tim haruslah orang berkewarganegaraan Taiwan.  

Bagi Lintang dan Sabrina, hal tersebut bukan sebuah permasalahan. Lintang dan Sabrina bahkan mengajak serta Dimas untuk mengikuti IChEF dan ia menyetujuinya. Hanya saja Dimas mengikuti kompetisi business case. 

Pintu kabar baik seperti terbuka lebar untuk Lintang dan Sabrina. Abstrak plant design milik mereka berdua  lolos ke tahap selanjutnya.Sedangkan Dimas dan timnya lolos dari babak penyelisihan dan melaju ke babak final. Hal itu juga berarti Lintang, Sabrina, dan Dimas akan berkompetisi di Indonesia.

Kabar lebih baiknya lagi pihak jurusan bersedia menanggung biaya pendaftaran dan transportasi mereka. Akomodasi sendiri disediakan oleh panitia penyelenggara karena sudah tercantum dalam biaya pendaftaran sehingga mereka tidak perlu khawatir.

Jadi, di sinilah mereka sekarang. Sambil menjalankan koper masing-masing, rombongan Lintang berjalan menuju lobi terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Katanya, liaison officer  untuk kontinen mereka sudah menunggu di sana. 

"Kamu jadi pisah rombongan?" tanya Sabrina setelah berhasil menyusul langkah Lintang yang berjalan di depan.

"Jadi. Kata Tsung-han, dia udah bilang ke LO-nya. Mungkin nanti aku juga bakal bilang langsung," jawab Lintang.

"Yang jemput kamu siapa? Aku lupa kemarin pas kamu bilang sebelum berangkat."

"Temenku. Saudara jauh juga sebenernya. Namanya Rega."

Intaglio KenanganWhere stories live. Discover now