Пять: Kau Tidak Lemah

408 72 16
                                    

Di pinggir hutan Siberia, Ivan berjalan menuju ladang bunga matahari. Suhu dingin hari ini, lima derajat celcius, terasa menusuk rongga dada. Syal yang biasa Ivan kenakan tak terlilit di lehernya kali ini. Kain rajutan tangan Katyusha itu sudah ia berikan pada [Name] kemarin, demi menjaga gadis itu agar tidak kedinginan.

Perkara Trio Baltic dan rencana yang dibisikkan [Name] untuk menghadapi mereka, Ivan telah memikirkannya. Semalaman, dia berdiskusi mengenai hal ini dengan adiknya, Natalya. Katyusha tak perlu tahu karena Ivan tak ingin dia khawatir.

Ivan tahu bahwa Natalya yang berjarak satu tahun dengannya itu mengalami masalah yang sama—menjadi korban pembullyan. Perbedaannya ialah, Natalya ditindas oleh para gadis.

"Mengintimidasi mereka, да?" Natalya tak terlihat terkejut saat Ivan membisikkan ide brilian itu. Wajah manis namun dinginnya justru berekspresi datar. "Aku melakukan itu setiap hari."

"O-Oh, да?" Sedikit kaget bercampur heran, tetapi hati Ivan merasa lega.

Ivan tak pernah tahu apa saja yang dilakukan Natalya karena sibuk bekerja setiap hari. Namun, tampaknya Natalya dapat mengatasi para pembully itu sendirian. Sungguh gadis kecil yang tak bisa diremehkan.

"Aku akan mengajarkan kakak cara mengintimidasi orang." Natalya menatap serius. "Lakukan seperti yang aku lakukan."

Meneguk ludah, lalu Ivan mengangguk yakin. Pelajaran malam itu pun dimulai.

Kembali ke waktu sekarang ....

Persis seperti yang Ivan duga, Trio Baltic datang dan menghadang perjalanannya. Sambil memegang sebuah ranting pohon yang ia temukan di jalan, Ivan memandang lurus ketiga pemuda itu. Menghela napas berulang kali, Ivan menyiapkan hati untuk menghadapi mereka.

"Lihatlah siapa yang datang~"

Bak singa memandang kijang buruannya, para pembully itu memberikan tatapan ganas. Rasa enggan kembali berkecamuk di hati kecil Ivan. Namun, kali ini dia tak akan membiarkan nyalinya ciut dengan mudah. Bahkan Natalya yang lebih muda pun bisa melakukannya. Ivan tak akan kalah.

"Привет (hai), Ivan. Sepertinya kau susah tak sabar untuk bermain dengan kami, да?" sapa Torris dengan senyuman di wajah. Diikuti kekehan menghina dari dua orang di belakangnya.

Ivan menundukkan kepala, membiarkan poni rambutnya menutupi kedua matanya.

Pemuda dengan rambut coklat sebahu mengangkat tangannya, berniat meraih puncak kepala dari sang pemilik surai pirang. Menepuk-nepuk kepala bocah malang itu kini sudah jadi hobi baru baginya. Ivan dengan sigap menepis tangan itu, membuat kedua mata Torris melebar.

"Rupanya kau sudah mulai berani sekarang," ucap Eduard sambil membetulkan posisi kacamatanya. Torris hanya menanggapi dengan tertawa geli, tidak menganggapnya serius.

Sembari menggertakan gigi, genggaman Ivan pada ranting kayu semakin mengerat. Sekujur tubuhnya gemetar dan rasa pasrah memenuhi relung hatinya.

Ivan menutup manik ungunya, seketika wajah [Name] langsung terlintas di pikiran, juga adegan di mana [Name] melawan Trio Baltic sendirian tanpa rasa takut sedikit pun, membuat Ivan termotivasi untuk melakukan hal yang sama. Ivan kembali memantapkan hatinya. Ia tak akan mengalah kali ini!

"Lihatlah, Torris! Ini salahmu! Sekarang dia membangkang pada kita–aduh!"

Yang memukul kepala Raivis merasa tak berdosa, walaupun tahu temannya itu hanya berguyon.

"Ini bukan salah siapa pun, идиот," sanggah Torris. "Walau dia membangkang sekali pun, dia tidak akan mampu melawan kita bertiga! Memangnya apa yang bisa dilakukan pria kecil ini selain mengadu pada kakaknya?"

My Sunflower - Hetalia Fanfiction (Russia x Reader)Where stories live. Discover now