01. Putri Cantik

19 3 0
                                    

Seorang gadis sedang tertidur diranjangnya yang luas, saking luasnya mungkin, ranjang itu mampu menampung 3 sampai 5 orang gadis seperti pemiliknya.

Kamar itu didominasi oleh warna merah muda dan biru langit. Barang-barangnya sangat modern, dan ada ukiran kuno yang tidak dapat dimengerti orang lain selain pemilik kamar tersebut.

Sang gadis mengerjabkan matanya, ia tidak bangun tapi mencari posisi yang lebih nyaman. Menarik selimut untuk menutupi matanya yang silau terkena paparan sinar matahari pagi yang muncul melalui celah jendela kamar.

Terdengar suara kicauan burung yang begitu merdu dipagi hari, membuat sang gadis kesal, lantaran tidur paginya terganggu. Ia membuka matanya dan mengusap matanya.

Ia mencebikkan bibirnya. "Oh, burung-burung kecil, kenapa kalian mengganggu tidurku yang sangat nyeyak."

Ia bangkit dari ranjangnya, berjalan kearah jendela dan membuka jendela. Saat jendela itu terbuka, matahari pagi memaparkan sinarnya kewajah gadis itu. Ia melihat kearah burung-burung yang sedang terbang kesana-kemari dan ada yang hinggap didahan pohon dekat kamarnya.

"Hai, burung. Aku suka sekali dengan kalian, tapi aku tidak suka jika tidurku terganggu dengan kicauan kalian." Ujarnya kesal namun membuatnya semakin menggemaskan dengan pipi yang digelembungkan.

Pintu kamarnya terbuka memunculkan seorang laki-laki gagah dan tampan yang sudah rapi dengan pakaian khasnya.

"Kau berbicara dengan burung lagi, Eve," ujarnya menggelengkan kepalanya.

Evely berbalik, ia menatap kesal laki-laki itu. "Kakak, berapa kali aku bilang. Pindahkan pohon ini dari dekat kamarku, burung-burung itu hinggap didahan pohon itu dan berkicau saat pagi hari. Dan itu mengganggu tidur pagiku," Rajuknya kepada sang Kakak.

Devon, Kakak Evely. Tapi ia bukan hanya seorang Kakak bagi Evely, namun seorang Raja bagi rakyatnya. Ya, Devon adalah Alpha King yang sangat disegani oleh rakyatnya, ia menggantikan sang Ayah---Argus, yang sudah tidak ingin memimpin dan ingin menikmati hari tuanya bersama sang Istri, Diana.

Devon tersenyum, ia melangkahkan kakinya mendekati Evely. "Pohon itu tidak bisa dipindahkan, Evely." Ucapnya mengusap rambut Evely lembut.

"Tapi Kakak setidaknya pindahkan burung-burung itu dari pohon di dekat kamarku. Pindahkan saja ke pohon yang berada ditaman belakang." Ujar Evely menggoyangkan tangan Devon.

"Tidak bisa, Eve."

"Kenapa tidak bisa?"

"Kakak juga tidak tahu, tapi kata Dad, burung-burung itu anugerah. Sangat jarang ada burung yang mau berdekatan dengan manusia serigala seperti kita, biasanya mereka lebih suka tinggal dihutan."

Evely mengerutkan keningnya bingung. "Aku tidak mengerti."

Devon terkekeh. "Sudah, jangan dipikirkan. Sebaiknya sekarang kau mandi, anggota Pack yang lain sudah menunggu."

Evely mengangguk.

Devon tersenyum lalu meninggalkan kamar Adik semata wayangnya.

"Anugerah ya?" Gumamnya.

"Anugerah semacam apa yang mengganggu tidur pagiku!" Ucapnya semakin kesal menghentakkan kakinya menuju kearah kamar mandi.

***

"Pagi!" Teriak Evely berlari kecil menuju meja makan utama pack. Ia langsung duduk di kursi yang sudah biasa duduki dan tersenyum manis menatap anggota pack yang lain.

Raquella menggelengkan kepala sembari tersenyum kecil melihat kelakuan adik iparnya yang menurutkan seperti anak kecil padahal Evely sudah beranjak dewasa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mate a Sava WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang