[23] Rahasiakan ini!

1.5K 127 8
                                    

Ten memasuki asrama dengan langkah pelan, ia tahu bahwa ada Haechan diasrama namun tidak ada tanda-tanda anak itu ada disini. Mungkin saja sedang keluar membeli sesuatu. Tahu bahwa dirinya sendiri ia segera berlari ke kamar mandi dan menguncinya.

"Semoga saja tidak ada yang datang!" batinnya.

Ia menatap kearah cermin di toilet seraya tersenyum miris. Tadi ia mendapat panggilan dari saudaranya di Thailand bahwa ada masalah kecil yang terjadi di tanah kelahirannya dan itu membuatnya sangat cemas. Mau sekecil apa masalahnya bagi Ten itu sama saja. Ia mengambil sesuatu dalam saku celana sambil menatap wajahnya didepan cermin.

"Kau tampak menyedihkan Ten," monolognya. Terlihat cutter  yang keluar dari sakunya, entah yang ia pikirkan tetapi menyakiti dirinya lebih dari cukup untuk membuatnya tenang dan tidak berpikiran buruk pada keluarganya disana.

Tok tok tok

"Ten? Kamu didalam kan?"

Ten dengan perlahan menggoreskan cutter  dipermukaan kulit tangannya dan tidak menghiraukan seseorang yang ada diluar sana.

"Ya! Aku masih bersikap baik padamu Ten! Atau aku akan bongkar semuanya, bongkar kalau Kau itu orang gila? Iya!"  ucap orang itu tegas.

Ten mendengus kesal, ia membanting cutter  itu kelantai seraya menatap tajam pintu toilet itu.

"Iya aku memang gila, katakan pada mereka jika perlu!" jawab Ten dengan suara datarnya. Orang yang diluar terdiam, dia mengusap surainya frustasi. Tidak ada pilihan lain dia harus mendobrak pintu ini.

"Kenapa Kau diam brengsek? Aku tidak takut jika kalian menghinaku! Aku tidak takut!" ujar Ten lagi saat tak mendengar suara familiar itu lagi.

Brak

Ten tersentak ketika pintu toiletnya terbuka dan menampakkan wajah dingin sang ketua asrama. Melihat Ten yang terdiam tanpa aba-aba sang ketua asrama aka Taeyong memeluk yang lebih muda.

"Kau membuatku khawatir, jangan melakukan hal ini lagi!"

*****

Johnny terlihat gelisah daritadi, Taeil yang ada disampingnya bahkan kebingungan ketika melihat temannya itu mondar-mandir sedaritadi.

"Ngapain Youngho?" Johnny tersentak mendengar Taeil memanggilnya. Ia menggelengkan kepalanya pelan lalu kembali duduk disebelah Taeil.

"Apa yang sedang Kau pikirkan? Masalah Mark? Atau hal lain?" tanya Taeil.

"Entahlah aku juga bingung, padahal Mark tidak apa-apa tapi aku merasa gelisah."

"Mungkin karena Taeyong tadi pagi?" Johnny yang tadinya mengusak surainya menghentikan kegiatannya itu.

"Ngomong-ngomong soal Taeyong, apa Kau meracuninya?"

Plak

"Aduh, kan cuman tanya jangan dipukul juga dong!" ringis Johnny karena kepalanya ditimpuk kamus bahasa inggris.

"Aku tidak membuatnya seperti itu Youngho, mungkin dia butuh waktu sendiri makanya dia seperti itu," jelas Taeil.

"Habisnya dia tiba-tiba ngomong kita bukan keluarga, biasanya kan kamu ngomong gitu Taeil. Tapi yah kenapa gue biasa aja dengernya sedangkan kalau Taeyong ngomong gitu pengen gue bogem rasanya," ucapnya. Taeil terkekeh melihat wajah Johnny yang kebingungan.

"Karena Taeyong punya tanggung jawab diasrama dan dia sangat diandalkan anak-anak diasrama. Begitukan?"

"Taeil-ah Kau juga penting kok, kenapa Kau tak pernah menerima kami?" tanya Johnny membuat Taeil terdiam cukup lama.

"Aaah, iya tadi aku melihat Ten keluar asrama Kau tidak penasaran dengan anak itu? Gelagatnya mencurigakan tau," ucap Taeil mengalihkan pembicaraan, lagipula Johnny sangat tertarik kalau membalas anak Thailand itu kebanding mendengar jawaban dari Taeil.

"Benarkah? Yaudah, kalau gitu izinin yah!" Sebelum pergi Johnny menepuk bahu Taeil lalu berlari meninggalkan Taeil yang menghela nafasnya.

"Karena gue gak mau kangen sama kalian nanti, gue gak mau bergantung dengan kalian, dan gue gak mau buat kenangan indah sama kalian, karena suatu saat nanti kita akan berpisah."










****

Taeyong dengan perlahan mengusap pergelangan tangan Ten yang berdarah. Ada 2 goresan cutter yang berhasil Ten buat tadi.

"Maaf!" ujar Taeyong membuat Ten mendongkak.

"Untuk apa kak?"

"Karena aku tadi bilang kalau Kau gila, bukan maksudku-"

"Santai aja Kak, lagipula aku memang gila tiap minggu harus periksa ke Psikolog," jelas Ten membuat Taeyong semakin merasa bersalah.

"Tidak Youngheum Kau bukan gila, kalau Kau gila mana mungkin sekolah dan dibiarkan berkeliling kota. Kau hanya memiliki sedikit masalah pada mentalmu, itu saja!"

"Jangan sok tahu!" rajuk Ten.

"Aku memang tau kok, siniin tangannya dikasih plaster dulu!" Taeyong mengenggam tangan Ten lalu menempelkan dua plester pada pergelangan tangan Ten.

"Cha! Selesai, jangan lakukan hal tadi lagi oke?"

"Eum entahlah. Tapi Kak, Tolong rahasiakan ini!" ujar Ten yang diangguki Taeyong.

"Aku akan diam jika Kau bisa mengontrol dirimu!"

"Terimakasih Kak!" Ten tersenyum manis kearah Taeyong yang juga dengan senang hati tersenyum pada yang lebih muda.

"Apa yang mereka bicarakan sih? Gak kedengaran huwaaaaaa!"




TBC


23 Mei 2020

Relationship NCT [SELESAI]Where stories live. Discover now