Lian-Dayu datang lagi. Terima kasih buat kalian yang mendukung cerita ini di sini atau di KK. Jangan lupa vote n komen yak. Semoga terhibur
***
Yu Lian mengurai pelukannya. Dia menangkup pipi Dayu. Saat lelaki itu hendak mendekatkan wajahnya untuk mendaratkan bibirnya ke bibir penuh milik Dayu, perempuan itu justru melengos.
Lian terkesiap mendapati penolakan Dayu. "Dayu ...."
"Maaf ...." Dayu mendorong tubuh Lian. Dari ekor matanya Dayu menangkap gurat kekecewaan di wajah Lian.
Mereka membisu. Sementara itu, Lian yang masih memandang istrinya dengan intens. Dia berusaha sekuat tenaga mengurai senyuman. Tanpa kata yang mengudara, Lian melanjutkan menyeka tubuh Dayu.
Handuk basah itu mengusap dengan lembut tubuh Dayu mulai dari lengannya. Dayu layaknya seperti patung lilin yang dingin tak bereaksi. Saat Lian melepas kutangnya pun, Dayu hanya diam membiarkan Lian membersihkan permukaan kulit tubuhnya.
Tangan Lian yang mencengkeram handuk itu bergetar saat mengusap leher Dayu. Dada perempuan yang menggantung di depannya diusapnya dengan penuh kelembutan yang berbalut cinta. Dayu hanya menggigit bibirnya menahan letupan rasa sedih dan kecewa, karena pikirannya terus menerus menggodanya dengan bayangan Lian yang bercumbu dengan Yi Jie semalam.
Alih-alih menyuruh Dayu berbalik, Lian yang memilih memindah posisinya di belakang Dayu karena hendak menyeka punggungnya. Ia menyibak rambut sebahu ke bahu kirinya, menguak punggung mulus yang berwarna cokelat.
Lelaki itu mengeratkan rahangnya karena kesedihan Dayu sungguh merajai udara di kamar itu. Lian tahu yang dirasakan istri keduanya dan hal itu membuat hatinya ikut tercabik.
"Pulanglah besok pagi untuk mempersiapkan pernikahan kita. Aku akan mengantarmu," kata Lian tiba-tiba.
Perkataan Lian itu seharusnya membuat Dayu lega. Namun, sekarang justru meletupkan rasa sedih di hati Dayu. Membuat dadanya semakin sesak karena merasa dicampakkan.
Melihat punggung yang bergetar itu, Lian memeluk Dayu dari belakang dengan erat. Isakan Dayu hanya disambut dengan kata maaf berulang dari Lian.
"Kumohon jangan seperti ini, Dayu. Kasihan anak kita ...." Bisikan Lian menyusup di pendengaran Dayu.
"Koko tidak kasihan denganku!"
"Justru karena kamu begini aku kasihan kamu, Dayu. Tapi aku harus bagaimana, di saat aku tidak bisa menelantarkan kalian berdua? Aku berada di antara kamu dan Ke Yi Jie?"
Ucapan Lian semakin membuat Dayu tergugu.
Lian masih memeluk wanita yang menangis itu. Dia mengeratkan rangkulannya di dada sang perempuan, tak rela membiarkan wanitanya dan jabang bayinya itu pergi.
***
Selesai menyeka tubuh Dayu, Lian membawa baskom itu ke luar. Setelah mengenakan pakaiannya, Dayu menyisir rambut, agar penampilannya sedikit lebih nyaman dipandang, walau matanya tampak sembab. Tak langsung keluar, Dayu yang menata terlebih dahulu tempat tidurnya. Setidaknya dia tidak ingin kamarnya ikut berantakan seperti hatinya.
"Dayu ...."
Panggilan Yi Jie mengagetkan Dayu. Dayu berbalik, masih memegang selimut yang hendak dilipatnya. "Ya?"
"Zǎocān (Sarapan)." Ke Yi Jie memberi isyarat dengan gerakan tangan ke arah mulut.
Dayu paham maksud Yi Jie.
"Saya menyusul, Cik."
Tak ada lima menit, Dayu keluar untuk bergabung di meja makan yang diisi dengan keriuhan sendok dan sumpit yang beradu dengan mangkok. Selingan tawa para orang dewasa mendengar celotehan Luyi menguar menambah keceriaan saat sarapan.

YOU ARE READING
MENUR (Completed)
Historical FictionSequel Peony Yu Lian dan Dewi Andayu sudah terbebas dari masa perburuan ketika Jepang telah menyerah kalah kepada Sekutu dan kemerdekaan Indonesia telah diproklamirkan. Namun sifat terlalu melindungi dari Lian justru membuat Dayu merasa dikekang. Sa...