•14•

525 32 0
                                    


Tidak mudah bagi Tiara untuk melupakan seseorang. Terlebih orang itu adalah Nuca, sahabat sekaligus mantan nya sendiri.Sekalipun ada Sam yang menemani Tiara, tetap saja rasa nya berbeda.

Pertemuan nya di cafe,berpapasan di lorong sekolah, pandangan yang saling mencuri, sungguh itu membuat Tiara semakin terpuruk. Sebisa mungkin ia menyembunyikan kesedihan nya di hadapan Sam.

Dua bulan sudah semenjak kejadian memalukan itu, Tiara kehilangan tawa nya. Ia selalu mengurung diri di kelas saat jam istirahat. Tak peduli lapar, toh nanti Sam akan datang ke kelas nya mebawa makanan untuk Tiara.

Tiara hanya tidak ingin berpapasan dengan Nuca di kantin.Tidak,Tiara tidak takut dipermalukan lagi, Tiara hanya tidak ingin benteng yang dia bangun selana dua bulan ini runtuh hanya karena melihat si cowo brengsek,Nuca.

Setiap kali Tiara coba melupakan justru bayang bayang Nuca semakin menjadi di pikiran Tiara.

Dia ingat bagaimana Nuca merangkul nya,bermain dengan rambut panjang nya, juga senyum renyah nya. Tiara rindu akan hal itu.

"Hayolo bengong aja, nih gua bawain siomay,makan sendiri ya! Gua gabisa temenin lu,gua kena remedial,sial" Sam membuyarkan lamunan Tiara. Tiara tak menjawab pekataan Sam, karena anak itu langsung berlari setelah menaruh sepiring siomay di hadapan nya.

"Ah Sam. Kenapa orang itu yang baik sama gua? Kenapa harus Sam yang selalu ada buat gua?" batin Tiara.

.........

Nuca membenamkan kepala nya diatas bantal empuk nya. Tanpa Tiara sadari,Nuca amat sangat merasa bersalah atas kejadian dua bulan yg lalu. Tidur nya selalu tidak nyenyak. Hampir tiap hari ia tak punya selera makan. Berangkat ke sekolah pun ia tak bersemangat. Ia selalu merasa bersalah kerap bertemu Tiara di sekolah, di tambah Sam dan Hugo pun menjauh dari Nuca.

"Ini salah gua"
"Dua minggu lagi,semoga itu waktu yang tepat buat gua"

.........

Di kamar bercat biru itu, Tiara duduk di tepi ranjang Sam, sedangkan Sam sedang menatap layar laptop nya sambil duduk di kursi meja belajar milik nya.

Tiba-tiba terdengar sebuah isak tangis yang lirih. Sam memutar posisi duduk nya dan dilihat nya Tiara yang sedang memeluk lututnya. Sam panik,karena Tiara nangis secara tiba-tiba.

"Ni anak kesurupan kali ya" batin Sam sambil mendekat ke arah Tiara.

"Ra, lu kenapa? Ini Tiara kan? Tiara sahabat gua?"

Ia menjawab pertanyaan Sam dengan pelukan.

"Tiba-tiba beneteng pertahanan gua runtuh. Jujur gua kangen sama Nuca" ucap Tiara dalam hati.

Sam senang karena dapat pelukan tiba-tiba dari orang yang dia sayang. Tapi juga bingung kenapa Tiara menangis tiba-tiba.

"Lu kenapa nangis? Gua bikin salah sama lu?"
"Ra.. "
"Tiara..."

Tiara tersadar dan segera melepaskan pelukan nya pada Sam. Tiara bingung. Apa yang harus ia katakan pada Sam?

Tiara tidak mau berbohong,karena Tiara tahu sekali kita berbohong akan muncul kebohongan² berikutnya. Tiara beranjak dari duduk nya hendak membuka pintu kamar Sam.

Sam tidak bodoh. Dia langsung mencengkram tangan Tiara untuk dimintai kejelasan.

"Sam gua butuh waktu,gua mau pulang sekarang"

"Gua anter sampai depan rumah lu"

"Kalo lu belum mau cerita ga apa apa kok, Ra. Gua bakal nunggu lu sampai lu siap buat cerita"

Tiara menjawab nya dengan senyuman.

"Kalo gitu gua pulang dulu"

Tiara sengaja tidak mengajak Sam untuk masuk ke rumah nya, karena itu akan memakan waktu lama dan malah membuat nya terus berbohong. Bohong tentang perasaan nya sendiri.

.........

Tiara membantingkan tubuh nya di kasur empuk milik nya. Sia-sia saja dia bersikeras melupakan Nuca jika nyatanya hati nya belum bisa menerima kenyataan meskipun Tiara belum tahu tentang setelahnya.

Hatinya masih begitu penuh dengan janji janji Nuca yang ia ingkari.

"Aku minta sama kamu, jangan bikin janji dulu. Kamu bakalan berat, janji janji kamu kemarin aja belum kamu tepatin"

Memori ingatan nya kembali saat-saat ia dan Nuca masih saling cinta. Tidak seperti sekarang ini.Tiara rindu..

Lamunan nya di buyarkan oleh suara ketukan pintu.

"Non, non Tiara belum makan,bibi bawain susu sama cemilan ya"

"Makasih bi, taro aja di meja situ" kata Tiara tanpa melihat wajah Bi Nani,asisten rumah tangga nya itu.

Bi Nani hendak membalikan tubuh nya berniat untuk keluar dari kamar tuan muda nya itu.

"Bi Nani tunggu"

"Iya kenapa,non?"

"Bi, ngobrol sama aku yuk bi, bibi duduk sini" ajak Tiara sambil menepuk nepuk kasur empuk nya.

"Bibi waktu muda pernah ngerasain patah hati ga, bi?"

"Ya pernah atuh non, itu mah wajar, lagian semua itu buat kita semakin dewasa kan?"

"Terus cara bibi bangkit dari patah hatinya gimana bi?"

"Semua butuh waktu,non. Ada saat nya Tuhan membalikkan keadaan"

"Oke bi, satu pertanyaan lagi. Ngomong-ngomong siapa yang buat bibi sampe patah hatu begitu?"

Bi Nani hanya tersenyum kemudia bangkit dari duduk nya.

"Loh bi, bibi mau kemana?Jawab pertanyaan aku dulu lah bi"

"Non Tiara pasti lagi patah hati ya sekarang? Bibi bakal cerita lagu setelah non Tiara udah ga patah hati lagi.Bibi permisi ya, mau lanjut kerja" kata Bi Nani kepada tuan muda nya. Bi Nani tersenyum saat berbalik ke arah pintu tanpa Tiara sadari.





_________________________________________

Tentang Setelahnya |✔Where stories live. Discover now