The Sun, The Moon and The Star pt.2

508 52 31
                                    

"Aku tidak bisa Kit.." jelas Singto di telpon.

"Phi masih sibuk? Aku hanya ingin mengajak phi mencari kebutuhan Pluto." Bujuk Krist di ujung telpon.

"Maaf Kit, tapi..."

"Hanya sebentar phi." Potong Krist cepat.

"Apa phi tidak kangen..." suara Krist terdengar lirih.

"Apa phi tidak kangen main denganku?" Suara tercekat itu melanjutkan perkataanya sendiri.

Singto terdiam. Inilah salah satu alasan dia belum bisa mengikat Krist, jika mereka memiliki hubungan lebih dari phi nong, maka disaat seperti ini Krist berhak untuk memaksa Singto bertemu dengan nya karena mereka sudah lama tidak bertemu, dan untuk saat ini Singto belum bisa menjanjikan hal paling mahal baginya, waktunya.

"Kit.." potong Singto, mencoba mengembalikan kenyataan, bahwa tidak ada yang bisa mereka tuntut dari satu sama lain.

Mereka hanya phi nong...
Tidak lebih.

Krist terdiam...
"Maaf phi.." lanjut Krist diseberang telpon.

Sambungan terputus.
Singto tidak suka.
Dia tidak suka menyakiti Krist seperti ini.

Pada dasarnya Singto dan Krist memang sangat berbeda. Siang dan malam, matahari dan bulan. Kemungkinan mereka untuk cocok mungkin hanya sekitar 20%.

Sedikit masalah akan membuat mereka saling menyakiti dengan mudahnya.

Karena mereka memang sangat berbeda.

"'Cause when you love someone
You open up your heart
When you love someone
You make room
If you love someone
And you're not afraid to lose 'em
You'll probably never love someone like I do"

"Itu bukan masalah kecocokan Sing, tapi bagaimana kau beradapatasi dengan orang yang kau sayang." Jawab Nongnham, wanita yang dianggap ibu olehnya sambil memandang lurus ke jalan di balik kemudi.

"Saat ini kepalaku terlalu penuh untuk memikirkan hal itu, aku hanya tidak ingin bertengkar terus dengan Krist."

"Kau sayang padanya kan, maka itu aku memberi tahumu bagaimana supaya kau tidak terus merasa menyakiti dia." Pungkas Nongnham lagi.

Singto terdiam,
Seharusnya hubungan phi nong tidak serumit ini.

Dan saat ini, entah untuk keberapa kalinya
Joss menatap mata hitam itu dengan kesal.

Singto yang dengan datarnya berkata bahwa dia sibuk di telpon kepada seseorang yang Joss tahu akan tersenyum lebar saat Singto menelponnya.

"Apa?" Tanya Singto disela rutinitas mereka membaca naskah.

"Kau akan menyesal Sing." Jawab Joss pelan.

Singto tidak menjawab. Dia hanya menatap mata Joss dalam.

"Kau suka Kit?"

Suara Singto memecah keheningan.
Keringat dingin mulai turun di leher pria kekar itu.

Sama, mereka terlalu sama, terlalu mudah untuk membaca satu sama lain.

"Mungkin." Jawab Joss. Percuma menyangkal, Singto pasti tahu.

"Sejak kapan?"

"Entah, mungkin aku hanya suka melihat dia tersenyum."

Krist dan kekuatan senyum dan tawanya yang secerah matahari. Siapapun akan mudah tersesat di dalamnya.

Joss menunggu.
Apakah Singto akan marah? Memakinya?

Tidak, Singto hanya diam. Mengalihkan pandangan ke arah naskah.

The Sun, The Moon and The Star (Complete)Where stories live. Discover now