4. Pesta Topeng

240 76 13
                                    

Pesta dansa topeng tiba. Aku meminta untuk tidak ditemani pelayan supaya tidak menarik perhatian. Malam ini aku ingin membaur dengan para bangsawan lain. Dan aku tidak ingin langsung diketahui karena pelayanku.

Gaun merahku ini pasti sangat mencolok, karena begitu aku berjalan masuk banyak pandangan yang tertuju padaku. Rambutku disanggul tinggi ke atas, dan topeng menyembunyikan setengah wajahku. Riasan bagian mata dan bibir lebih ditekankan sementara aku hanya memakai anting-anting dan kalung saja sebagai perhiasan. Lalu, gaun ini tetap menyapu lantai walaupun aku telah menggunakan sepatu setinggi 9 centimeter, bagian roknya memang panjang tapi jatuh dengan indah.

Gaun ini cukup rendah di bagian dada dan menunjukkan lekuk tubuhku. Sebenarnya aku malu sekali memakai gaun ini, tapi karena tidak banyak yang mengenaliku mungkin sudah saatnya menjadi pusat perhatian. Selagi aku berjalan menghampiri tuan rumah, beberapa pandangan tetap mengikutiku.

Belum sampai aku di hadapan Dongmyeong, tiba-tiba saja ada seorang lelaki yang berdiri di depanku. Aku sudah cukup tinggi, ditambah aku pakai sepatu tinggi, tapi lelaki ini masih tetap lebih tinggi dariku. Aku sedikit mendongak dan melihat wajahnya yang memakai topeng. Setelannya bagus, tidak terlalu mewah seperti bangsawan kelas atas, tapi ia tahu bagaimana berpenampilan dengan baik. Aku yakin dia pasti bangsawan kelas Viscount atau Baron.

"Milady, apakah kau percaya pada sihir?"

Tidak, aku tidak percaya pada sihir. Tetapi lelaki ini kenapa seolah menyihirku? Aku hanya terpaku dan butuh beberapa detik lebih lama sampai aku merespon.

"Tidak," jawabku.

Ia tersenyum. Bukan senyuman mengejek, tapi sulit menggambarkan ekspresi apa itu. Karena hanya bibirnya dan matanya yang tampak, aku tidak tahu keseluruhan wajahnya seperti apa.

Tangannya tiba-tiba terangkat. Ia menyentuh rambutku. "Ada yang tersangkut di rambutmu, Milady."

Aku merasa ia seperti betulan mengambil sesuatu dari rambutku. Kemudian tangannya terarah padaku. Telapak tangannya terbuka lebar. Ia memakai sarung tangan putih, jadi kelopak mawar merah ini tampak menarik perhatian di telapak tangannya.

"Bunga mawar ini persis seperti dirimu. Indah."

Aku tidak pernah mendengar pujian seperti ini seumur hidupku. Ingat kan kalau aku hanyalah bayang-bayang Millie? Aku juga percaya bahwa aku tidaklah cantik. Aku hanya cukup tinggi saja, dan hanya hal itu yang membuat orang-orang mengenaliku. Tinggiku kurang lebih sama dengan Dongmyeong, hanya lebih pendek sekitar tiga centimeter saja atau mungkin tidak sampai, sementara perempuan bangsawan lain kebanyakan bertubuh mungil. Tapi selain itu tidak ada yang menarik dariku.

"Terima kasih?" ucapku ragu.

Ia tersenyum. Kemudian ia menutup tangannya yang memegang kelopak bunga mawar.

"Tapi apakah kau tahu kenapa mawar dianggap sebagai simbol cinta?"

Aku menggeleng.

"Aku juga tidak tahu. Aku kira kau tahu."

Aku langsung kehilangan kata-kata. Lelaki ini maunya apa? Mau gombal tapi mendadak lupa kalimatnya jadi malah gagal gombal begitu?

"Aku harap kau tidak seperti bunga mawar. Indah, tapi menyakitkan. Hanya bisa dipandang tanpa bisa dimiliki."

Ia tersenyum kecil kemudian membuka terlapak tangannya. Ada sebuah jepitan rambut yang berbentuk bunga mawar. Kelopak bunga mawar tadi telah berubah bentuk. Apakah ini karena sihir?

"Untukmu."

Aku tidak tahu apakah boleh menerima sesuatu seperti ini. Bagaimana bisa ia mengubah bunga mawar menjadi sebuah jepit rambut? Tapi untuk menghargai 'sihirnya' aku menerima jepitan itu lalu aku sematkan di rambutku.

ANSWER (ONEUS & ONEWE)Where stories live. Discover now