53. 10 Years and Still Counting

1.5K 148 5
                                    

Suara tangis bayi di Minggu pagi sudah terdengar dari dalam rumah pasangan Haechan dan Ennik.
Bayi berusia empat bulan itu menangis kencang sesaat setelah ia bangun tidur.
Ennik masih berada di dalam kamar mandi sehingga saat ini Haechan lah yg berusaha menenangkan bayi nya.

"Aron, jangan kenceng-kenceng nak. Masih jam 6 pagi lho ini. Nanti warga pada dateng kesini gara-gara kamu nangis nya kayak gini, dikira nya papi apa-apain lagi" ucap Haechan

Bukan nya berhenti, Aron justru menangis semakin kencang. Haechan mulai kebingungan. Ia berusaha meraih botol susu yg ada di atas meja lalu memberikannya pada sang bayi.
Tanpa di duga bayi dengan wajah campuran itu menolaknya dan terus menangis.

Haechan mencoba menggendong anaknya dan menepuk pelan punggung bayi itu, tapi tetap saja. Aron masih tidak mau diam.

Ennik keluar dari dalam kamar mandi dengan tergesa-gesa. Mendengar tangisan sang anak membuat nya tak bisa mandi dengan tenang.

"Nangis kenapa ?" Tanya Ennik

"Biasa bangun tidur" jawab Haechan

Ennik pun segera mengambil Aron dari gendongan Haechan. Ia lantas melangkah sambil menggoyang-goyangkan tubuh bayi nya pelan. Dan tak sampai 5 menit, tangis bayi itupun terdiam.

"Wah... Pinter banget ya nak, dari tadi papi berusaha mati-matian bikin kamu diem tapi malah nangis makin kenceng, ini belum 5 menit mami gendong udah diem aja kamu. Kamu ada masalah apa sih sama papi ? Kamu nggak suka ya sama papi ?" Protes Haechan pada bayinya

"Hush... Jangan ngomong sembarangan. Nanti dia beneran benci sama kamu rasain loh" ucap Ennik

"Ya jangan... nggak lucu dong yang kalau anak aku yg maha ganteng ini benci sama bapaknya" kata Haechan

"Makanya jangan ngomong sembarangan. Dia mungkin nangis karena nggak terbiasa aja sama kamu. Makanya kalau pulang kerja itu langsung pulang, jangan melipir dulu ke tempat Jaemin buat main game" sindir Ennik

"Eh kamu tau ?" Tanya Haechan

"Ya tau lah, orang Heejin selalu bilang ke aku setiap kamu disana. Dulu, sebelum nikah aja kamu ngrecokin aku terus suruh cepet-cepet kesini, sekarang udah nikah, aku udah disini malah kamu nya nggak betah di rumah" kesal Ennik

"Ya ampun yang, sumpah. Terakhir aku kayak gitu pas sebelum kamu hamil. Habis itu nggak gitu lagi kok, aku langsung balik rumah kalau pulang dari kantor, Beneran" ucap Haechan dengan wajah pucat nya.

Ennik pun menyemburkan tawa nya saat melihat wajah pucat suami nya.
Ia memang mengatakan itu untuk menggodanya, ia tahu jika dulu Haechan sering mampir ke tempat Jaemin saat pulang kerja untuk sekedar bermain game. Namun kini ia sudah lama tak melakukannya, apalagi sejak Ennik mengandung, ia berubah menjadi suami siaga yg selalu ada disamping istrinya kapanpun saat dibutuhkan.

"Iya...iya...aku bercanda kok. Oh iya, kamu cepetan mandi sana. Jam 10 nanti kan mau ke tempat Jaemin" perintah Ennik

"Iya, ini juga mau mandi" jawab Haechan sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar mandi.

Berbeda dengan Rumah Haechan yg pagi-pagi sudah rame. Di rumah Renjun dan Nakyung suasana masih sepi. Saat ini Renjun sedang mandi dan Nakyung sedang membuat sarapan di dapur.
Saat sarapan sudah siap, Nakyung segera berjalan menuju kamar untuk memberitahu Renjun.

"Udah selesai mandinya ?" Tanya Nakyung yg melihat Renjun sedang berdiri sambil mengeringkan rambutnya

"Udah, kamu mau mandi sekarang ?" Tanya Renjun dan Nakyung pun mengangguk

"Bentar, aku periksa lantai nya dulu. Aku tadi habis keramas takut nya ada shampo yg kececeran terus membuat kamu terpeleset nanti" ucap Renjun lalu segera masuk lagi kedalam kamar mandi, sedangkan Nakyung hanya tersenyum sambil memperhatikan nya. Ia mengelus perut nya perlahan

Love ?Where stories live. Discover now