- mengingat -

426 47 106
                                    


now playing — Daydream By Design oleh Gaby Moreno

feelnya lebih kerasa kalo sambil diputer musiknya

~●~

Ada yang jatuh cinta bukan pada waktunya....

Ada yang menaruh hati bukan pada tempatnya....

Terlebih, ada yang patah, sebelum kata 'aku' dan 'kamu' menjadi kita....

~●~

Seorang gadis bergaun merah selutut--sedang berdiri di atas balkon kafe yang buka 24 jam tak jauh dari rumahnya.

Rasanya, ia ingin menumpahkan segala keluh kesahnya agar hati lebih tenang. Namun, siapa yang rela untuk menjadi teman curhatnya?! Mungkin bintang di atas sana pun enggan mendengarkan cerita mirisnya.

Ia menghela nafas pelan. Penyakitnya semakin memburuk. Ia rasa, hidupnya tak lama lagi. Setiap nafas yang ia hembuskan, terasa begitu berat.

Angin malam berhembus tenang, menerpa wajah tirusnya. Ia sedang menunggu seseorang.

Seseorang yang ia anggap rumah, bukan tempat singgah.

Apa kabar dengannya?

5 tahun sudah lamanya ia menghilang dari pandangan. Tanpa pamit, kabar, atau sekedar salam perpisahan.

Lelah? Tentu saja.

Kafe tempat mereka terakhir bertemu akan segera di gusur untuk dijadikan butik.

Kenangan mereka disini.... akan segera berakhir, hilang.

"Vran, sudah 5 tahun ya? Kamu dimana?" Gadis itu bermonolog. Suaranya parau.

Sejurus kemudian, setetes air mata mengalir jadi anakan sungai dipipinya. Ia tak dapat menahanya lagi.

Selalu saja begitu. Ujung-ujungnya, ia pasti pulang ke rumah dalam keadaan kacau.

"Kamu jahat! Aku benci kamu yang selalu buat aku nunggu! Aku benci kamu, Bevran!"

Usai mengatakan itu, ia pun menuruni anak tangga dan keluar dari kafe dengan perasaan kecewa. Lagi.

Ia berlari kecil ke arah rumahnya. Beberapa menit, hingga akhirnya ia bisa pulang.

Ia masuk ke dalam, hanya ada bundanya yang sedang menonton televisi.

"Mentari, habis darimana kamu?" Bundanya bertanya saat tahu putri satu-satunya itu--pulang dalam keadaan mata sembab.

"Dari kafe sebelah."

Bundanya menghela nafas berat. Merasa iba melihat keadaan putrinya yang selalu melakukan hal yang berujung sia-sia seperti saat ini sejak 5 tahun belakangan. Dan, ia tentu tahu apa penyebabnya.

"Mentari, bukannya bunda sudah bilang, Bevran sudah meninggal, sayang. Kamu harus ikhlas. Jangan siksa diri kamu lebih dari ini lagi, ya!" Bundanya berkata sembari mengelus puncak kepala anaknya.

Gadis itu menggeleng. "Nggak bun, Bevran masih hidup, BEVRAN NGGAK MENINGGAL!!" Teriak gadis itu lantang.

Setelah mengatakan itu, Mentari banting pintu kamarnya. Ia meringkuk. Lagi. Selalu saja begitu.

Ia menangis sesegukkan. Air matanya mengalir tenang, berteman sunyi. Hanya ada dia. Tak ada siapapun di sini.

"Nggak, Bevran masih hidup, dia masih hidup!" Gumamnya pelan dengan isakan tangis yang tak ada jeda.

Meski Bevran telah tiada dimata orang, tapi, ia akan selalu hidup di hati Mentari.

"Vran, aku kangen, pengen pulang ke kamu. Tapi aku lupa, kalo yang pergi kan, bukan aku." Ia berkata parau sembari mendekap diri sendiri. Berharap rasa rindunya mereda, namun itu nihil.

Dan tidak ada yang tahu kapan itu berakhir. Meski begitu, Mentari selalu berusaha mempertahankan Bevran di hati kecilnya.

Untuk saat ini, biarlah ia berteman dengan sunyi, sepi, dan..... sendiri.

Karna pada dasarnya, kita di ciptakan untuk kehilangan semua yang kita miliki.

-S  E  L  E  S  A  I-

belom direvisi

Mengalir Tenang, Berteman Sunyi [end]Where stories live. Discover now