Murid penantang Alcan

993 108 1
                                    

Pukul 06.45

Alcan masih asik merapihkan rambutnya didepan cermin sambil bersenandung riang. Jeas yang sudah lama menunggu dibuat kesal oleh kelakuan majikannya, sehingga sebuah bantal melayang tepat kepunggung lelaki narsis itu.

“Wey!” Alcan hendak memprotes. Namun melihat Jeas yang berdiri tegak sambil bekacak pinggang, nyalinya seketika menghilang.

“Oke oke! Gue dah siap.” Alcan menghampiri Jeas yang terlihat tidak bisa diajak bercanda itu.

“Ayok bang. Nanti dedek terlambat.”

Alcan sengaja menggandeng Jeas seperti seorang gadis yang merengek minta dinikahi. Dia juga sangat centil dengan senyuman dan kedipan mata yang membuat Jeas ingin memukulnya saat ini. Namun biar bagaimanapun, Alcan adalah majikannya, normal saja jika dia membuat kesal bawahannya. Baiklah, disini hanya Jeas yang kurang bersabar.

“Pagi tuan muda Alcantara.” Seorang asisten rumah tangga cantik menyapa Alcan saat dirinya dan pengawal pribadinya keluar kamar.

“Eh ada Jifa cantik. Pagi juga.”

Jeas mengambil kesempatan untuk melepaskan diri dari gandengan Alcan saat lelaki itu bertingkah so manis didepan wanita. Jifa dengan Jeas lahir ditahun yang sama, namun Alcan tidak pernah menggunakan kata ‘kakak’ didepan nama wanita itu saat memanggilnya. Bahkan kepada ART yang puluhan tahun lebih tua darinyapun, Alcan selalu menggunakkan nama mereka saat memanggil. Hanya kepada pak Yus dan Jeaslah Alcan sedikit menaruh hormat. Memang ketidak sopanan yang menjadi nilai plus Alcan dikehidupan ini.

“Tugas bahasa Mandarin minggu ini sudah saya kerjakan. Tapi tuan muda, anda akan mendapat masalah di sesi tanya jawab jika anda tidak mengingat arti kalimat kalimat yang saya kerjakan. Anda harus menghafalnya.”

Jifa memiliki tugas mengurus segala keperluan sekolah Alcantara. Termasuk tugas sekolah yang tidak pernah mau Alcan kerjakan.

“Hei, Gue nyuruh lo ngerjain tugas gue bukan karena gue gabisa. Gue tuh saking pinternya, jadi udah gabutuh buku pelajaran.”

“Maaf tuan muda.” Jifa terlihat sangat menyesali kalimatnya.

“Aih, gapapa. Gue bukan marahin lo, gue cuma mau pamer doang.” Alcan meluruskan. Dia tidak mau dianggap menjadi majikan yang baperan.

“Lo beneran bakal terlambat can!” Jeas mengingatkan.

Alcan buru buru melihat jam tangannya. Sudah pukul 7, dan masih membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk sampai disekolahnya.

“Rasain lo!” Jeas tertawa bahagia. Dia sangat menikmati masalah yang menimpa majikannya kali ini.

Alcan berlari sangat cepat. Beberapa ART yang melihatnya mulai merasa khawatir. Pasalnya, jika sesuatu yang buruk terjadi kepada Alcantara, apalagi saat ia dirumah, perkerjaan mereka dalam ancaman.

“Tuan muda!!!”

Teriakan para ART terdengar sangat lantang saat Alcantara tak sengaja melewati dua anak tangga sekaligus saat hendak turun kelantai dimana ruang makan keluarganya berada.

“Goblog!”

Jeas langsung memaki dengan bahasa kasarnya. Dia nampak marah kepada lelaki yang berhasil ia selamatkan dari kecelakaan besar.

“Ahh… Hampir aja!”

Alcan lansung menyenderkan tubuhnya dipagar besi, tubuhnya seketika lemah. Dia juga sangat terkejut, tangga yang ia lewati setiap hari tanpa hambatan, hampir saja memakan korban.

Beberapa orang menghampiri Alcan, bergantian memastikan anak itu baik baik saja. Alcan sangat baik, berkat Tuhan yang mengirimkan Jeas kepadanya.

“Sorry bang. Gue buat lo susah.”

ALCANTARANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ