AFFAIR - 18

4.2K 408 212
                                    




"Bebku! Kyak! Kangen!"

"Beb! Woy!!"

Rose hanya memutar kedua bola matanya saja saat mendengar teriakan Doni yang awalnya mendayu seperti biasanya, hingga berubah menjadi super maco dan laki tulen. Ia bahkan mengabaikan Doni yang merentangkan kedua lengannya menunggu Rose menghamburkan diri kepelukannya. Maaf saja, ia sedang terburu-buru, tak ada waktu untuk meladeni sifat dramatis Doni yang berlebihan.

Hey, mereka baru berpisah dua hari, dan Doni sudah selebay itu menjemputnya di bandara dengan membawa kalungan bunga? Sungguh memalukan.

"Beb, yey tintus lihat eyke?! Jahara, jahra  jahara!!!" teriak Doni seraya menghadang Rose dengan merentangkan kedua lengan dihadapan Rose.

*Tintus(Tidak)
*Jahara(Jahat)

Lelaki itu merebut paksa koper kecil milik Rose, mengalungkan kalungan bunga lalu memeluk Rose dengan eratnya, bahkan badan Rose sampai melayang diangkatnya. Sekedar informasi, Doni adalah lelaki kekar berotot yang kalau dibanding Rose bak angka 1 dan 8. Rose angka 1 nya, sedang doni angka delapan, kenapa delapan? Karena Doni bukan memiliki badan bulat dan gemuk, tapi berotot dan bergelombang. Tentu angka 8 lebih cocok mencerminkannya.

"Doni udah! Aku buru-buru!"

"Awww, sakit! Durjana kau!"

Mau tak mau Doni menurunkan Rose dan mengusap lengannya dengan meringis kesakitan. Baru saja ia merasakan gigitan maut yang teramat pedih, siapa lagi pelakunya kalau bukan sahabat jahara-nya Rose?

"Jelaskan dulu ke eyke, kenapose yey pulang buru-buru? Adinda apose, huh?"

*Kenapose(Kenapa)
*Adinda(Ada)
*Apose(Apa)

"Oke aku jelaskan, tapi please kali ini aja kamu ngomong pakai bahasa normal, bahasa selayaknya manusia, bisa?!" tekan Rose dengan telunjuk menekan-nekan lengan Doni kesal.

Walau sebenarnya tak akan mungkin Rose menceritakan pada Doni perihal rasa curiganya, namun Rose tak mau makin pusing akibat bahasa aneh Doni. Setidaknya untuk membungkam mulutnya yang nyerocos itu, harus diberi iming-iming dulu.

Doni hanya mengangguk patuh, mengacungkan jempol kecil dengan wajah serius. Pasalnya raut wajah Rose teramat serius, bahkan saat ini pukul 1 dini hari dan Rose teramat terburu-buru? Entahlah apa dan kemana tujuannya. Doni sebagai sahabat yang baik dan sering berkhianat, tentunya membantu sebisanya. Hitung-hitung menebus dosa yang selama ini sering ia lakukan kepada Rose. Walau pukul 10 malam wanita itu memaksa harus bisa terbang ke Indonesia, tentu Doni wujudkan. Rose meminta bantuan adalah hal langka yang tak pernah terjadi, tentu dengan bangga Doni membantunya. Untung salah satu gebetannya memiliki jet pribadi.

"Good, dimana mobil kamu, kita pergi sekarang"

Walau kesal, walau pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan, namun Doni tetap menyeret langkahnya mengikuti Rose. Bagaimana lagi? Dosanya pada Rose sudah teramat banyak, jika saja dosa bisa ditabung di Bank, pasti saat ini Rose sedang panen bunga Bank.

Rose masuk secara tergesa saat doni membuka kunci dengan remot jarak jauh, segera ia kembali mencoba menghubungi Jeon, namun kembali tak ada jawaban. Sungguh, ia bahkan tak menghitung sudah berapa kali mencoba menghubungi lelaki itu, sejak ia masih berada di Singapura, bahkan kini sudah berpindah negara di Indonesia.

"Siapa yang kamu hubungi sih beb?"

Melirik sekilas, Rose agak bersyukur bukan ucapan alien yang keluar dari mulut Doni, karena jika bahasa itu muncul lagi. Rose berani bersumpah, jika rambut rapi Doni akan acak-acakan, bahkan tercabut beberapa helai karena mendapat jambakan. Cukup ia pusing memikirkan Jeon ditambah harus memikirkan arti dari kata aneh yang Doni ucapkan?

𝔸𝔽𝔽𝔸𝕀ℝ ✔Where stories live. Discover now