(1) Caci

2K 227 13
                                    

Dengan langkah gontai gue susuri koridor sekolah dengan kepala yang kian menunduk seiring banyaknyak hinaan yang memasuki indra pendengaran

Tudung hoodie gue gunakan untuk menutupi wajah. Gue tau enggak ada gunanya, tapi adakah hal lain yang bisa gue lakukan untuk melindungi diri?

Gue hela nafas saat terdengar lagi sebuah cercaan. Tak nyaring, itu hanya sebuah bisikan dari seorang siswi pada temannya. Tentu bisikan itu tentang gue

Tudung hoodie itu semakin gue tarik kebawah dengan kepala yang kian tertunduk dalam. Gue pengejut? Tentu, itu gue

Namun, jika kalian jadi gue apa yang akan kalian lakukan? Membalas dengan membentak atau tetap diam seperti yang tengah gue lakukan?

Bodoh kalau gue melawan. Gue siapa di sekolah ini? Hanya seorang siswi beasiswa dan enggak berharta seperti mereka. Dengan bisa bersekolah di sini saja seharusnya gue sudah bersyukur. Lalu apakah bisa di anggap tahu diri jika gue membuat onar di sini?

Gue hanya diam saat bahu gue di tubruk dengan sengaja, menyebabkan tubuh gue terjatuh ke lantai. Banyak yang tertawa tapi gue hanya diam dan menunduk

"Upss, maaf ya sini gue bantuin"ucap siswi itu sembari menutup mulutnya. Menampilkan wajah sok bersalahnya

Gue hanya  diam dan tak menjawab. Cewek itu mendekat lalu menglurkan tangannya dan tentu saja enggak gue sambut

Cewek itu mendecih sembari terkekeh sinis. Saat gue hendak berdiri bahu gue kembali di dorong membuat gue kembali terjatuh ke lantai

Tangannya meraih dagu gue dengan kasar, membuat gue mendongak dan menatap wajah cewek itu dengan jelas. Han Seokrin, anak tunggal pemilik yayasan sekolah ini

Tentu enggak akan ada yang berani melawan cewek itu, bahkan walau pun itu kepala sekolah sekali pun

"Cha Seyeon? Oh pantas enggak tau diri"ucapnya lalu melepaskan pegangannya di dagu gue dengan kasar

Gue tetap diam dan tetap pada posisi. Enggak membalas atau pun melawan, bahkan saat tudung hoodie gue di tarik dengan kasar

"Kenapa lo diam aja, hah!"bentaknya pada gue

Gue mendongak sebentar lalu detik berikutnya bangkit dari posisi jatuh gue. Setelah memasang kembali tudung hoodie gue, gue pun hendak beranjak dari sana. Namun pergelangan tangan gue di tahan dengan cara di cengkram

Gue meringis tat kala kuku kuku tajam Seokrin mengenai kulit gue. Jujur cengkramannya sangat kuat

"Lo bisu!?"bentak cewek itu dengan keras. Gue tetap diam dan berusaha melepaskan cengkramannya membuat cewek itu semakin geram

"Heh nenek lampir!" suara cempreng terdengar, membuat gue berbalik ke belakang dan cengkraman Seokrin yang mengendur

So Jaera bersama dengan Jung Hara berjalan mendekat. Hara menarik gue kesampingnya sedangkan Jaera malah mendekat ke arah Seokrin

"Heh jaga mulut lo!" ucap Seokrin lalu mendorong bahu Jaera. Jaera sedikit termundur namun hanya menatap bahunya santai

Cewek itu beralih menatap Seokrin remeh dan balas mendorong gadis itu,"Lo yang harus jaga mulut, anak mami!"

Seokrin menggeram, "Lo bakalan tau akibatnya!"

"Udah deh, gue udah sering di hukum kena skors dan lain lain. Jadi terserah lo mau apain gue. Mau ngeluarin gue? Its ok, lagian gue udah muak sekolah di sini!"

"Jaera!" belum sempat Seokrin membalas ucapan Jaera seseorang tiba tiba memanggil Jaera lalu menariknya menjauh meninggalkan kerumunan

Dia teman Haruto sekaligus sepupu Jaera, Junghwan namanya. Gue enggak terlalu kenal sama mereka karna gue cuman punya satu teman yaitu Hara

Hara, dia sekelas dengan Jaera itu yang membuat mereka bisa di bilang cukup akrab. Yang gue tahu, Jaera dan Seokrin memang sering bertengkar seperti tadi

Bisa gue lihat juga Haruto dan Jeongwoo yang mendekat ke arah kami berdua, melewati Seokrin dan orang orang yang tengah menyaksikan kejadian tadi

"Apaan kalian lihat lihat!?" bentak  Jeongwoo pada orang orang masih ada di tempat itu

Mereka mendecak kesal lalu mulai meninggalkan tempat ini bersamaan dengan Seokrin yang juga menjauh setelah menghentakan kakinya kesal ke tanah

Haruto menghela nafasnya kasar lalu meraih tangan gue dengan lembut. Ada beberapa luka goresan bekas cengkraman Seokrin tadi

"Sakit?" gue menggeleng cepat lalu menarik tangan gue

"Enggak" tentu saja gue tengah berbohong. Kalau boleh jujur luka itu cukup terasa perih karna kuku Seokrin tadi

"Woo lo ke kelas gih sama Hara gue mau ngurusin Seyeon dulu"titah Haruto pada Jeongwoo. Yang di suruh hanya mengangguk lalu memberi kode pada Hara yang tengah menatap gue khawatir

"Lain kali di lawan ya yeon, gue pergi dulu ya. To jagain ya"ucap Seyeon pada gue dan Haruto bergantian. Gue mengangguk sembari tersenyum

Setelah mereka beranjak Haruto menarik tangan gue yang tidak memiliki luka untuk berjalan ke arah uks yang ada sekolah ini

"Ru, tangan aku enggak papa. Enggak sakit kok, serius"ucap gue pada Haruto yang tengah berjalan di depan gue

Cowok itu menghentikan langkahnya lalu berbalik, meraih tangan gue yang terluka itu seakan menyuruh gue melihat keadaan tangan gue sendiri

"Lihat tangan kamu berdarah Seyeon"ucapnya lembut namun penuh dengan penekanan

Gue terdiam, tak tahu harus bagiamana menyanggah cowok itu karja tamgan gue benar benar berdarah. Hanya saja itu hanya luka kecil dan darahnya tidak banyak

Cowok itu kembali menarik gue ke uks dan mendudukam gue di salah satu brankar yang ada di sana

Setelah menemukan p3k, cowok itu meraih tangan gue untuk di bersihakan dan di obati sekaligus

Gue diam, memperhatikan Haruto yang dengan telaten mengobati tangan gue, "dia itu keterlaluan Seyeon. Aku enggak suka"

"Udahlah ru, ini cuman luka kecil. Aku enggak papa kok" Haruto melirik gue sebentar lalu menghela nafasnya

"Kamu tuh selalu begini tau enggak"ucap Haruto usai menempelkan plester luka ke tangan gue

"Lagian kalo pun kita laporin dia enggak bakalan dapat hukumankan? Yang ada aku yang bakalan di cabut beasiswanya, kamu juga pasti kena imbasnya. Udah lah ru enggak usah di fikirin, nanti dia cape sendiri kok"ucap gue lalu menepuk pipi haruto pelan sembari tersenyum meyakinkan

"Oh iya sampain terimakasih aku ke Jaera ya, dia udah nyelamatin aku tadi"Haruto mengangguk paham sembari mengelus puncak kepala gue dengan lembut

"Dia emang udah sering gitu kan sama Seokrin"ucap Haruto, gue mengangguk pelan

"Iya emamg sering, tapi dia tadi itu tetep aja udah nyelatin aku jadi aku harus bilang makasih dong"

Haruto hanya mengangguk untuk mengiyakan. Tak lupa mengusak rambut gue dengan lembut sembari tersenyum dengan manis

Cowok tampan ini, si lembut dan si pintar ini apa yang enggak dia punya? Dan kenapa semua yang ada padanya selalu mendekati kata sempurna?

PERFECT

End of writing: 23:18 02-06-2020

Author note

Karakter Seyeon ini emang agak sulit buatku kembangkan karna dia yang minconfidence dan aku yang terbiasa sama karakter cewek yang ceplas ceplos kaya Hara sama Sonri😂

[3] PERFECT || Watanabe Haruto ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang