-1-

76 21 8
                                    

Salahkah jika seseorang meminta kebahagiaannya?
Salahkah jika seseorang merasakan kehilangan terus? Lebih tepatnya kepergian seseorang

Sekarang mentari telah kembali ke tempatnya, dan telah menjalankan tugasnya. Memberi kehangatan  untuk bumi. Tepat sepuluh jam yang lalu seseorang telah kembali ke asalnya Tanah.

Sang pencipta telah memanggil nya beberapa jam sebelum fajar terbit. Sang malaikat mencabut nyawa nya di detik detik setelah ia bangun dari komanya. Di detik-detik menjelang ajalnya ia berharap agar keluarga nya  selalu bahagia tanpa ada dirinya lagi di bumi ini.

Hampir satu jam seorang gadis masih setia berdiri menatap rembulan-Nya. Ya dia adalah rembulan nya yang selalu setia dengannya setelah orang orang yang disayangi pergi untuk selamanya dari bumi ini.

Tepat satu tahun ini dia berhasil mengikhlaskan sahabatnya pergi dengan tenang setelah dua tahun yang lalu sahabatnya meninggal dunia karena penyakit yang diderita nya.

Dan sekarang, dia harus kembali mengikhlaskan orang yang dia sayangi. Satu satunya orang yang selalu ada untuknya saat orang tuanya sibuk kerja, sekarang harus pergi meninggalkan beribu kenangan manis yang tak terlupakan. Entah sekarang dia harus apa, melanjutkan hidup tanpa semangat atau menyusul orang orang yang dia sayangi menuju alam selanjutnya setelah bumi.

"**"
KRING - KRING
04.30
Bunyi alarm membangunkan gadis setelah lima jam hanyut dengan mimpi mimpinya. Setelah melihat jam dia lalu bergegas ke kamar mandi untuk persiapan sholat subuh yang telah berkumandang lima belas menit yang lalu.

Setengah jam kemudian dia menuju balkon kamarnya menampilkan mentari yang akan menjemput hari dengan sejuta keceriaan.

"Nek, disini Tata sendirian ngga ada lagi yang bisa Tata peluk saat sedih atau tidur. Ayah-Bunda sibuk kerja, bang Bumi fokus kuliah kemarin nenek meninggal aja bang Bumi ngga dateng, Pelangi masih kecil ngga ngerti apa apa" ucap gadis yang menyebut dirinya Tata sambil menatap langit yang masih sedikit gelap.

Sekarang langit mulai cerah, tapi tidak dengan Mentari yang biasa di panggil Tata.

Hari ini adalah pertama libur kenaikan kelas setelah kemarin pembagian raport. Yang dulunya dihabiskan berlibur dirumah Nenek dan Kakeknya, tapi sekarang tidak lagi. Semua telah berbeda. semua telah kembali satu per satu kepada sang pencipta.

Matahari semakin muncul, mulai memberi kehangatan. Mentari yang mulai jenuh memutuskan untuk memberikan diri dan memulai hidup barunya.

Dua puluh menit kemudian Mentari keluar kamarnya menuju ruang makan yang baru saja dipenuhi dengan keluarga nya kecuali kakaknya karena masih sibuk kuliahnya di London yang tidak bisa ditinggalkan.

"Pagi kak Tata" sapa balita cantik yang masih digendongan sang ibu.
"Pagi juga Pelangi kecil" ucap sang kakak seraya mencubit pipi chubby sang adik

"Gimana tidurnya nyenyak?" Tanya bunda sambil mendudukkan Pelangi di tempat makan khususnya
"Nyenyak kok Bun" jawab Mentari yang baru menduduki tempatnya

"Mentari, Nenek pernah minta sesuatu ngga sama kamu? Maksudnya tentang masa depan kamu?" tanya Ayah disela sela sarapannya

Yang ditanya pun menoleh "Seinget Mentari nenek ngga pernah bilang tentang itu yah"
"Gimana ya bilangnya" Ayah sedang menimang nimang akan ucapan selajutnya.
"Udah yah, bahas lain waktu aja" Bunda menyudahi obrolan Ayah dan anak yang belum jelas ini

"Tapi Bun....."
"Lain waktu aja kasihan Mentari" Bunda mengintruksi ayah agar tidak melanjutkan obrolan ini

"Bundaaa Lala mau cucu" permintaan Pelangi menghilangkan keheningan diruang makan
Sang bunda pun bergegas pergi ke dapur membuatkan susu kesukaan anak bungsunya
______________________________________________
TERIMA KASIH TELAH MEMBACA
JANGAN LUPA VOTE & COMEN NYA....

Salam dari chocho:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang