•Part 23|| Perayaan

24.9K 2K 9
                                    

"Selamat malam semuanya, seperti yang sudah diketahui, malam ini adalah acara syukuran atas keberhasilan kita. Saya ucapkan terima kasih atas kerjasama dan kerja keras kalian. Tanpa kalian proyek ini tidak akan berhasil dan menghasilkan keuntungan, bukan hanya untuk perusahaan tapi untuk diri kita sendiri. Sekali lagi saya ucapkan selamat dan terima kasih." Sambutan dari pimpinan utama langsung mendapat tepuk tangan riuh dari para hadirin, yang merupakan karyawannya.

"Mari kita senang-senang malam ini. Silahkan menikmati." Seru Wardana, diakhir penyambutannya.

Tidak lama suasana acara mulai riuh, mengingat ini bukan acara nonformal jadi sebagian dari mereka ada yang membawa keluarganya. Suara orang dewasa mengobrol dan tertawa, bersahutan dengan riuh gelak dari beberapa anak kecil, memenuhi kediaman Alvin malam ini. Hanya acara sederhana sebagai sarana hiburan juga sebagai bentuk apresiasi bagi karyawan yang ikut serta.

Sedikit menyingkir dari keramaian, Alvin bersama tamu utamanya dan beberapa rekannya lebih memilih untuk berkumpul di dalam rumah. Karena teras dan pekarangannya menjadi tempat untuk berpesta bagi yang lainnya.

"Om seneng Vin, kita lagi-lagi berhasil. Dan itu semua berkat kamu." Hubungan yang dimulai sejak lama, menjadikan Alvin tidak asing bagi Wardana.

Alvin tersipu. "Bukan aku aja Om, tapi semua atas kerja sama kita bersama. Termasuk Om." Mengingat bukan di lingkungan kerja, dirinya menyahuti dengan nonformal, toh sudah terbiasa juga.

"Sakitnya gak bermakna, kalau kita gak berhasil." Bima mencibir, dirinya mengingat bagaimana kerja keras Alvin selama ini, sampai masuk rumah sakit pula.

"Bukan Alvin namanya kalau gak bisa nanganin proyek kayak ginian doang. Iya gak pak bos?" Nindi mengimbuhi. Sambil meminta persetujuan dari bos besar.

Wardana mengangguk mantap. "Iya dong. Kalau aja Alvin anak Om, hari ini juga Om siap lengser. Tinggal duduk santai menikmati masa tua."

"Maksud ngana? Kalau-kalau lupa, saya ya anak bapak. Hasil kerja sama bareng ibu Rumi tercinta." Bima naik pitam, dirinya tidak terima. Tapi sang Ayah, hanya acuh menanggapi kemarahannya.

"Bang Alvin selalu terbaik." Ujar Bela, adik bungsu Bima. "Calon bapak-apble banget tuh, Bela siap kok jadi ibunya. Asal tungguin wisuda aja." Semua orang tergelak mendengar candaan dari bungsu Wardana itu. Sudah jadi rahasia umum juga kalau seorang Bela Wardana begitu mengagumi Alvin. Hanya karena sahabat dari kakaknya itu sering menginap dirumahnya, dan tak sungkan untuk menemaninya belajar atau bermain, dari situlah kuncup-kuncup bunga cinta tumbuh dan bermekaran sampai saat ini. Tapi sayang, dirinya hanya dianggap sebagai adik kecilnya, tidak lebih.

"Kedengaran istrinya, babak belur lo." Bima menyahuti dengan santai, sebelum akhirnya ia menutup mulutnya karena tersadar sudah mengatakan apa yang tidak seharusnya.

Dan benar saja reaksi semua orang yang hadir terkejut bukan main. Tapi seketika suasana yang awalnya hening, menjadi riuh kembali. Saat semua orang menyangkal apa yang dikatakan Bima. Lagian itu Bima yang berbicara, mana bisa percaya?
Berbeda dengan Alvin, dirinya sudah menebak reaksi dan tanggapan rekan-rekan kerjanya, saat mengetahui kebenaran tentang pernikahannya. Karena jelas Fara juga ada disini, dan mungkin ini waktunya untuk  memperkenalkan Fara sebagai istrinya, setelah sekian lama ia menutupi dan menyembunyikannya. Selain dari keluarga dan Bima sahabatnya.

"Ngeprank lo receh Bang, mustahil Bang Alvin punya istri." Bela paling menyangkal keras.

Masih banyak lagi ungkapan-ungkapan penyangkalan lain dari semua orang yang berada disana, mereka tidak percaya begitu saja apa yang dikatakan Bima. Tapi seketika semuanya membungkam ketika sosok yang tidak disangka-sangka berjalan kearah mereka dengan anggunnya. Benarkah itu dia?
Batin mereka memekik.

Perfect With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang