Part 11

1.8K 92 35
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca...

Sekolah sudah ramai saat aku tiba, tampak beberapa siswa berkerumun di mading sekolah, sepertinya mereka sedang mencari informasi terbaru.

"Pagi, Raib..." wajah Seli terlihat sumringah pagi ini

"Pagi juga Seli,," aku balas tersenyum

"Hei, kamu Raib kan?" seseorang tiba-tiba muncul dari belakang Seli.

"Iya aku Raib, kamu?" balasku sopan.

"Aku Dika, yang kemarin tidak sengaja menabrakmu..." jawabnya sambil mengulurkan tangan.

"Ah iya, bagaimana kamu tahu kelasku?"

"Aku mengikuti temanmu ini, dan sampai deh di kelasmu.." Dika takut-takut menatap Seli.

"Apa?!! kamu mengikutiku?? dasar penguntit!!" Balas Seli sengit.

"Aku minta maaf Seli,," Tangannya menunjukkan tanda peace.. "Oiya Raib, bagaimana tangan kamu??"

"Sudah tidak apa-apa, kemarin langsung di obati Ali.." Kataku sambil menundukkan kepala. Aku merasakan wajahku menghangat ketika teringat Ali.

"Ali?? Pacarmu?" Tanyanya

"Ada yang menyebut namaku??" Tiba-tiba saja Ali sudah di ambang pintu.

Kriiing Kriiiinnngg................ Bel masuk sekolah berbunyi.

"Ehmm, Ra, sampai ketemu nanti di kantin sekolah... dah" Dika melambaikan tangan dan berlalu dari hadapan kami.

Aku melihat ke arah Ali, dia menatapku tajam, sulit mengartikan tatapannya, Ali tampak marah tapi aku tidak mengerti kenapa dia marah.

"Siapa dia?" Tanya Ali dengan nada dingin

"Ka-kak kelas Al" Ekspresi Ali tidak berubah sedikitpun, aku sedikit takut melihat Ali seperti itu.

"Selamat Pagi anak-anak" Suara Pak Gun menyelamatkanku dari tatapan tajam Ali.

"Selamat Pagi Pak..." kami serentak menjawab sapaan Pak Gun

Ruangan kelas hening saat Pak Gun membagikan kertas ulangan kami, Guru biologi itu menatap kami satu per satu, dan berhenti di Ali.

"Ali, sejujurnya Bapak tau kamu bukan anak bodoh, kamu hanya malas saja. Dan sekarang kamu membuktikan kepada Bapak kalau sebenarnya kamu punya potensi. Terbukti dalam ulangan minggu kemarin kamu mendapat nilai terbaik di kelas, kamu mendapat nilai sempurna." Pak Gun tersenyum menatap Ali.

Teman-teman sekelas langsung menatap Ali dengan tatapan tidak percaya, sebagian kagum, bagaimana bisa si biang kerok itu mendapat nilai sempurna. Bahkan siswa terpandai di kelas kami pun tidak mendapat nilai sempurna, karena memang kali ini soal ulangan yang di berikan Pak Gun sangat susah.

Ali hanya diam saja, bahkan ekspresinya tidak berubah sedikitpun, masih dingin seperti tadi. Aku penasaran ada apa dengan Ali.

"Baik anak-anak, mari kita mulai pelajaran hari ini, buka buku paket kalian, kita akan mempelajari Bab 6 yaitu tentang Sistem Pernapasan pada Manusia. Coba sekarang dekatkan tangan kalian ke depan hidung. Apa yang kalian rasakan?" Pak Gun memperagakan

"Kita bisa mengetahui kalau kita masih bernafas, Pak.." Jawab salah satu siswa. Ruangan kelas langsung ramai oleh tawa murid-murid yang lain.

Pak Gun tersenyum "Itu benar, jawaban teman kalian tidak sepenuhnya salah, hanya saja bahasanya kurang tepat. Jadi begini, dengan kalian mendekatkan tangan ke depan hidung, kalian akan merasakan adanya hembusan udara dari hidung. Hal itu merupakan salah satu proses pernapasan, atau yang di sebut dengan Ekspirasi. Ekspirasi merupakan proses ketika udara keluar dari saluran pernapasan. Dan sebaliknya saat kita menghirup udara, akan ada udara yang masuk ke dalam saluran pernapasan, itu yang di sebut dengan inspirasi."

Raib & AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang