02

177 27 25
                                    

"Cermin Ajaib, siapakah yang paling cantik di negeri ini?" tanya seorang wanita dengan rambut hitam terurai panjang. Dia menghadap sebuah cermin panjang yang mampu memantulkan dengan jelas seluruh badannya. Bayangannya terpantul indah dalam cermin. Tampak dengan jelas balutan kain berwarna merah dari sutra menutup indah tubuh jenjangnya. Netra lebar coklat dengan bulu mata lentik terlihat sempurna dengan hidung mancungnya. Bibir merah merekah senada degan gaun yang dia kenakan.

Bayangan wanita cantik terganti dengan sebuah bayangan muka. Lengkap dengan mata, hidung dan mulut yang mampu membuatnya mampu mengeluarkan suara. Itulah Cermin Ajaib yang mampu melihat segala hal yang tak dapat diketahui oleh manusia.

"Tentu, Ratuku yang paling cantik," jawab sebuah cermin panjang yang terpajang di bilik kamar dengan penerangan remang-remang.

"Hahaha, tentu saja, Cerminku, tak ada yang mampu menandingi kecantikanku seantero jagat raya," ucap Ratu dengan senyum lebar dengan tatapan mata tajamnya.

"Namun, semakin lama Snow White semakin menunjukkan kecantikannya. Kelak saat dewasa, dia mampu menandingi kecantikan Ratu-ku," ucap bayangan muka yang terpantul dari cermin itu kembali. Bayangan tersebut bersuara dengan menampakkan wajah datar.

"Apa kau bilang?" tanya Ratu dengan muka memerah, bola matanya membesar, giginya menggertak dan senyum yang mengembang tadi menghilang.

"Sepertinya aku perlu melakukan sesuatu padanya. Hahaha!" Suaranya menggelegar ke seluruh ruangan yang tidak terlalu besar itu. Tampak beberapa gaun bernuansa gelap tergantung di dindingnya. Ada sebuah lemari lima susun di mana terdapat beberapa botol-botol yang berisi ramuan.

Dengan membusungkan dada dan senyum licik yang mengembang, Ratu berjalan menghampiri bunga mawar layu yang duduk manis di mejanya. Dia mengambil botol kecil di dekat bunga, memberikan beberapa tetes isi botol tersebut pada mawar itu. Dalam sekejap, mawar layu itu kembali mengembang. Ratu berjalan meninggalkan Cermin Ajaib dan ruangan tersebut. Tak lupa dia menutup Cermin Ajaib sebelum meninggalkan ruangan khusus itu tertutup kembali.

***

"Elinaaa!" teriak Luna sambil membuka dengan keras pintu kamar Rose. Napasnya terengah-engah setelah berlari menuju kamar.

"Apa yang kau lakukan dengan berlari-lari dan berteriak di sepanjang koridor?" tanya Ellina yang geram dengan sikap Luna yang menghebohkan. Elina yang tengah duduk menemani nonanya membaca sampai berdiri dibuatnya.

"Bagaimana Nona bisa belajar dengan tenang kalau kau selalu berisik seperti itu," keluh Lily sambil membawakan kue kudapan untuk Rose. Kue kering dengan beberapa coklat tersaji di atas piring. Dia meletakkan kue tersebut di sebelah kanan tumpukan buku Rose.

"Minumlah dulu, Luna," ucap Rose menyuruh Luna agar duduk dan mengambil air minum di meja. Luna yang disebut namanya merasa malu dengan yang dilakukannya. Dia duduk di sebelah Elina. Diambilnya segelas air yang tersaji di atas meja.

"Oh, ma-maaf, Nona. Terima kasih." Dengan sekali teguk Luna menghabiskan satu gelas minuman yang ada di hadapannya.

"Ada apa, Luna?" tanya Rose penasaran dengan gosip yang akan dibawakan oleh maid-nya yang paling update satu ini. Tak dimungkiri, Luna selalu membawakan gosip-gosip entah itu dari warga sekitar bahkan gosip yang beredar di kerajaan. Entah dari mana dia mendapatkan gosip itu. Namun, yang diucapkannya selama ini selalu benar.

"Berita buruk. Berita buruk." Luna yang sudah tenang itu kembali panik. Dia mencengkeram lengan Elina, mengguncangkan badan yang lebih besar darinya dengan tangannya. Elina memegang tangan Luna, berusaha menghentikan guncangan yang dilakukan temannya yang terlihat sangat syok.

"Ooh, Luna, bicaralah dengan tenang," keluh Ellina yang agak pusing dengan goncangan Luna. Masih dengan memegang tangan Luna, dia mencoba menenangkannya kembali agar dapat bercerita.

"Bagaimana aku bisa tenang dengan kabar buruk ini?" Tiba-tiba Luna menunduk dan menutup wajah dengan kedua tangannya. Tubuhnya gemetar mendengar hal yang dia dengar dari luar. Kabar menggemparkan yang terjadi di istana.

"Ada apa? Bicaralah dengan jelas," desak Lily yang mulai penasaran dengan berita yang dibawa oleh Luna. Dia bergerak mendekati juniornya, mengelus pundaknya dan mencoba menenangkan Luna. Luna mulai mengangkat wajahnya, membuka bibir dengan balutan lipstik berwarna peach.

"Tuan Putri... Putri...." Muka Luna berubah kusut, bulir-bulir air mulai menetes dari netra cokelatnya. Badannya mulai gemetar lagi. Dia terbata-bata berbicara.

"Ada apa dengan Tuan Putri?" tanya Rose yang penasaran. Dia meletakkan buku sejarah kerajaan yang sedari tadi dipegangnya. Dengan wajah kebingungan dia mencoba mengingat dongeng tentang Snow White kembali. Bukankah seharusnya masih ada beberapa tahun lagi bagi Ratu untuk membunuh Putri. Walaupun pembunuhan itu gagal.

Luna menjelaskan yang terjadi pada Tuan Putri dengan terisak-isak. Tuan Putri tersiram air keras. Muka bagian kiri Tuan Putri rusak. Yang lebih parah adalah mata sebelah kiri Tuan Putri tak mampu melihat lagi. Kemudian Raja segera memanggil dokter untuk menyembuhkan kembali Tuan Putri.

"Tu-tunggu. Harusnya tidak begini. Harusnya Ratu...." Rose menghentikan ucapannya karena ketiga maid membulatkan mata dan menatap dengan penuh tanda tanya padanya.

"Ma-maksudnya Ratu pasti sedih dengan keadaan Tuan Putri." Tambah Rose mencoba tidak mengungkapkan apa yang dipikirkannya.

Mengapa ceritanya menjadi berbeda dengan dalam dongeng yang selalu ada dalam buku-buku dongeng? Ratu harusnya membunuh Tuan Putri, bukan hanya membuatnya cacat. Apakah Ratu tahu bahwa dia akan gagal membunuh Tuan Putri? Ataukah hanya dengan membuat Snow White cacat sudah mampu membuatnya menjadi yang paling cantik? Jika tujuan dari Ratu sudah tercapai, bukankah harusnya cerita selesai. Harusnya dia sudah kembali ke dunianya sebelumnya. Walaupun di kehidupan ini dia lebih beruntung daripada kehidupan sebelumnya. Dengan kasih sayang dari semua orang, kehidupan yang mapan dan terjamin. Mengapa takdir dalam buku ini berubah?

***

Malam itu Snow White berjalan ke kamarnya dengan senyum riang. Dia tidak menyangka bahwa Ratu ingin mengajaknya jalan-jalan besok pagi. Selama ini dia merasa bahwa Ratu menjaga jarak dengannya karena bukan ibu kandungnya.

Tiba-tiba musang peliharaan Ratu berlari mengejar kucing Snow White. Dengan sigap, gadis kecil itu berlari untuk melerai mereka berdua. Dia tidak ingin gara-gara hal sepele, Ratu menjadi marah dan membatalkan janji dengannya besok. Dengan dress berwarna putih, gadis itu berlari menuju ruang baca.

Kucingnya, Melly, terlihat terpojok di salah satu lemari. Namun, dia tak mendapati musang Ratu di sana. Kucing berbulu putih tebal itu terlihat ketakutan. Karena letak lemari yang agak tinggi, Snow White menarik sebuah kursi untuk dinaikinya.

"Melly sayang, ayo turunlah. Aku akan menangkapmu," ucap Snow White dengan membuka lebar tangannya bersiap untuk menangkap Melly. Kucing dengan mata biru itu melompat seakan paham yang dimaksudkan oleh majikannya. Sedetik setelah Melly melompat, tiba-tiba musang itu muncul dari balik buku. Dia menyenggol sebuah botol kecil yang tak tertutup. Air dalam botol itu jatuh mengenai wajah Snow White. Gadis kecil itu menjerit kesakitan dengan sangat keras.

"Aaaaaaa...."

*****

Rose and Seven DwarfsWhere stories live. Discover now