Chapter 7

1.7K 221 10
                                    




Winwin hanya berencana membeli roti dan susu di kantin fakultas saat ia melihat Ilya duduk sendirian di pojok kantin dengan handphone dan piring yang telah kosong. Entah dorongan dari mana ia kemudian menghampiri meja gadis itu dan duduk berhadapan dengan Ilya.




Ilya melirik sekilas dari balik handphonenya. Hanya sekilas sebelum kembali fokus pada handphonenya sementara Winwin sudah mulai menikmati rotinya.




“ngapain lu di sini?” tanya Ilya masih fokus pada handphonenya.




“makan siang.” Jawab Winwin seadanya.




Ilya menurunkan handphonenya dan meletakan benda persegi itu ke atas meja dengan posisi menghadap ke bawah. Sebelah tangannya terlipat di atas meja dan yang lain menopang wajahnya.




Ilya tidak mengatakan apapun tapi tetap memerhatikan Winwin yang sepertinya tidak peduli. Saat laki-laki itu meminum susunya, Ilya menyodorkan tisu yang memang selalu ia bawa dalam kantong jaketnya. “makan tuh yang ganteng dikit napa?”




Winwin tidak mengatakan apapun tapi mengambil tisu itu, dan mengusapkannya pada sekeliling bibirnya. Membersihkan remah-remah roti yang tertinggal di sana.




“kok lu cuman makan siang pake roti?”




Winwin menggulung tisu itu jadi sangat kecil dan meletakkannya di atas piring Ilya. “biar gak ribet.”




“lu harusnya makan nasi Win.”




“bawel banget.”




“yee dibilangin juga. Gue baik tahu.” Sahut Ilya. “lu ada kelas setelah ini?”




Winwin menggeleng pelan, “tapi mau ngumpul sama temen-temen.”




Ilya mengangguk kecil kemudian mengambil tasnya, “gue duluan kalo gitu.” Katanya, “nitip beresin ya?!” Ilya menunjuk piring dan gelasnya di atas meja kemudian berbalik meninggalkan Winwin.




























Winwin mengerutkan dahinya, bukan pada Ten yang sedang melambaikan tangannya dari mobil dalam mewah laki-laki itu, tapi pada sosok laki-laki yang bersandar pada pintu mobil yang tepat berada di belakang mobil Ten. Laki-laki itu mengenakan kaus hitam dan topi yang ditarik turun menutup setengah wajahnya.




Sambil terus melangkahkan kakinya ke arah mobil Ten, Winwin mencoba mengingat siapa laki-laki itu wajahnya cukup familiar bagi Winwin meski ia tidak bisa melihat seluruhnya. Tapi dia tidak bisa mengingat dengan jelas siapa atau kapan ia bertemu laki-laki itu.




“Yo!” Lucas yang duduk di samping Ten mencondongkan tubuhnya ke arah Ten, mengangkat tangannya dan menyapa Winwin.




“Yuk! Langsung aja, kalo telat ntar Kun ge ngamuk.” Kata Ten.




Winwin mengangguk, memasang sabuk pengaman dan menyamankan posisinya setelah masuk ke dalam mobil Ten. Winwin menurunkan kaca mobil Ten, menjulurkan kepalanya mencoba memerhatikan laki-laki yang tadi dilihatnya.




“udah Win?” tanya Ten.




Winwin baru saja ingin mengangguk saat ia melihat Ilya melintasi parkiran sambil menundukkan kepalanya fokus pada handphonenya. Tanpa sadar Winwin kembali menoleh pada laki-laki tadi. Winwin membulatkannya saat melihat ada laki-laki lain yang baru saja keluar dari dalam mobil.




Winwin dengan cepat melepaskan sabuk pengamannya dan keluar dari dalam mobil. “sorry Ge. Gue gak bisa ikut.” Winwin tidak menunggu Ten mengatakan apapun saat berbalik dan setengah berlari ke arah Ilya.




Perkataan Yugyeom beberapa hari yang lalu padanya saat mereka di studio tari tiba-tiba muncul di kepalanya. Gue gak niat buat ninggalin dia Win. Cuman gue curiga bokap gue nyuruh orangnya buat nyulik Ilya.




Winwin berlari melewati dua laki-laki itu. Mereka adalah bodyguard tuan Kim, ayahnya Yugyeom. Tidak heran ia merasa familiar, Winwin pernah bertemu dengan mereka beberapa kali saat mengunjungi tuan Kim bersama ayahnya.




“Ilya.” Sapa Winwin sambil mencoba tersenyum meski sekarang napasnya ngos-ngosan.




Ilya mengangkat pandangannya dari layar handphone, menatap bingung pada Winwin. “kenapa lu?”




Winwin sendiri bingung dia kenapa. Ia memang berjanji pada Yugyeom akan berteman dengan Ilya kalau ayah laki-laki itu benar ingin menculik Ilya. Tapi kenyataan kalau ada seseorang yang ingin menyakiti gadis itu lebih mengganggunya. Ia bahkan sama sekali tidak ingat pada janjinya dengan Yugyeom saat berlari keluar dari mobil Ten dan menghampiri gadis itu.




“bukannya lu bilang mau ngumpul sama temen lu?” tanya Ilya.




Baru saja Winwin membuka mulutnya untuk menjawab Ilya, mobil Ten sudah berhenti di samping mereka. “kuy! Ajak aja cewek lu bang.” Kata Lucas.




Winwin melirik sekilas pada dua laki-laki tadi yang kini Winwin yakini sedang pura-pura bicara. Ia kemudian membuka pintu belakang mobil Ten. “masuk Ly.”




Ilya menatap Lucas dan Winwin bergantian dengan tatapan bingung kemudian mengangguk dan masuk ke dalam mobil, membiarkan Winwin menutup pintu mobil itu untuknya.




“nama lu siapa?” tanya Ten.




“Ilya Mori.” Jawab Ilya kemudian meletakan tote bag miliknya diantara dirinya dan Winwin yang baru saja masuk dan duduk disampingnya.




“Let’s Go!” kata Lucas dengan penuh semangat dan diikuti dengan Ten yang tertawa dan menginjak pedal gasnya.

















Ilya tertawa memerhatikan Ten dan Kun yang sekarang tengah adu mulut hanya karena masalah jaket. Ten bersama Hendery yang iseng mengomentari jaket Kun membuat laki-laki itu kesal dan membalas Ten dibantu oleh Yangyang. “mereka emang selalu gini ya?” tanya Ilya pada Winwin yang kini juga tengah menertawakan Kun dan Ten.




Winwin mengangguk pelan. Xiaojun yang berdiri disamping Winwin juga  menganggukkan kepalanya. “udah kerjaan mereka tiap hari. Tiada hari tanpa keributan mereka.” Jawab Xiaojun.




“tapi mereka gak bener-bener saling ngehate kok Kak. Mereka cuman nunjukin perasaan mereka. Love!” tambah Lucas.




Ilya tersenyum saat melihat Ten yang meminta maaf pada Kun tapi masih menertawakan laki-laki itu. Dia tidak pernah tahu kalau tujuh laki-laki ini sering nongkrong bersama. Awalnya Ilya kira Winwin hanya berteman dengan Jaehyun dan Yuta juga anak klub tari seperti Yugyeom. Ia bahkan terkejut saat melihat ada Hendery, Yangyang dan Xiaojun di sana. Ilya memang tidak mengikuti gosip anak-anak populer di kampus. Tapi pasti ada alasan kenapa mereka bisa jadi sedekat ini, bahkan merasa sangat nyaman ada di rumah Kun seolah-olah rumah mereka sendiri seperti sekarang.




Xiaojun dan Lucas baru saja pergi meninggalkan Ilya dan Winwin yang tengah duduk bersandar si sofa berlapis kain beludru abu-abu, menuju Hendery dan Yangyang yang membongkar tumpukan kaset di depan TV. Sementara Kun sudah pergi ke dapur bersama Ten.




“kalian deket ya?” tanya Ilya




Winwin mengangguk, “udah kaya saudara.”




“kok bisa?” tanyanya lagi, “gak, maksud gue jurusan kaliankan beda-beda, circle kalian di kampus juga.”




“mungkin karena kebanyakan ngerasa sendiri kali.” Jawab Winwin. “Kun ge tinggal sendirian di sini buat kuliah, Ten ge sering di tinggal orang tuanya kerja. Trus aku, Lucas dan Yangyang jugakan di sini karena kuliah. Kalo Xiaojun, walau dia dari kecil udah sama keluarga bang Taeyong, tapi mungkin dia lebih nyaman main sama Yangyang dan Hendery. Kalo Hendery diakan emang sempat lama gak punya temen deket kecuali Renjun, sampe kuliah dan ketemu Yangyang dan Xiaojun. Trus waktu kami kenal langsung deket aja, apalagi ada Ten ge. Dan karena Kun dan Ten yang paling tua, jadi kadang rasanya kaya diurusin sama mereka.”




“kalian kenalnya gimana?”




“Ten ge sama aku gara-gara satu studio nari, pelatihnya juga sama, trus dia nongkrong sama bang Johnny juga jadi sering ketemu kalo aku main ke rumah bang Johnny bareng Jaehyun. Kalo Xiaojun karena sering diajakin bang Taeyong main sama circle dia makanya kenal. Kalo Hendery dia kenal Ten ge duluan karena dia tinggalnya emang satu kompleks sama bang Johnny, suka main ke rumah bang Johnny juga, biasa main PS sama Renjun. Trus Yangyang pindah ke kompleks perumahan bang Johnny juga, ikutan main PS sama Renjun dan Hendery. Lucas juga karena sering nongkrong sama Ten ge sih. Lucas dan Ten ge temennya banyak soalnya, jadi kadang temennya Ten Ge juga temenan sama Lucas. Kalo Kun ge, dia satu jurusan sama Renjun dan Xiaojun.”




“jadi ceritanya nih pertemanan kalian terbentuk di rumah Eva?”




Winwin tertawa, “sebagian besar.”




“gila ya Eva. Semua cowok ganteng nongkrong di rumah dia.”




“tapi gak ada satupun yang dia anggap ganteng, sayangnya.” Sahut Winwin.




“ehh gue penasaran. Ada gak sih dari temennya bang Johnny atau yang sering main ke rumah mereka yang nganggep Eva tuh cantik?” tanya Ilya. “gue pribadi nganggep dia cantik banget. Tapi heran dia gak punya pacar.”




“kamu tahu dia gak pacaran sama Jaehyun?”




Ilya mengangguk pelan, “kan dikasih tahu Eva.”




Winwin memandang ke arah teman-temannya, “kalo nganggep cantik, semua juga pasti nganggep Eva cantik. Aku juga nganggep dia cantik, cantik banget malah.” Jawab Winwin, “tapi, kalau yang kamu maksud ada gak yang naksir sama Eva, hmm... kayanya ada beberapa.”




Ilya berdehem pelan. “Jaehyun?”




Winwin terdiam. “dulunya iya. Sekarang tahu deh.”















TBC....

Red | WINWIN WayV ✔Where stories live. Discover now