Chapter 2

628 94 0
                                    

Shoyo's POV

Musim Semi, X617
Istana Kekaisaran Fralerith
Kediaman Pangeran Atsumu

"Selamat siang, Tuan Hinata."

Kepala pelayan kediaman Pangeran Pertama menyambutku saat turun dari kereta kuda. Kejadian yang terjadi beberapa hari yang lalu, membuatku tidak bisa tidur dengan nyaman saat malam.

"Pangeran saat ini masih tidur di kamarnya. Apa Tuan Hinata ingin menunggu sebentar?"

Apa maksudnya masih tidur? Ini sudah dekat waktu untuk makan malam!

Aku hanya mengangguk dan mengikuti kepala pelayan dari belakang. Jarak antara tempat tinggal Osamu dan Atsumu sebenarnya tidak terpaut begitu jauh karena masih dalam lingkup istana kekaisaran, hanya saja setelah Kaisar Miya mengabulkan permintaan Atsumu yang tidak masuk akal tersebut, aku akhirnya terpaksa menyerahkan diri sebagai tangan kanan Pangeran Pertama dan kembali ke mansion Keluarga Hinata di ibukota. Lucunya, bawahan dari Atsumu sendiri ditransfer sebagai tangan kanannya Osamu.

Dia benar-benar tidak masuk akal...

Aku sudah beberapa kali datang ke kediaman Pangeran Atsumu dan memang tidak ada bedanya dengan Pangeran Osamu. Hanya saja, pemilik tempat ini seakan-akan tidak bisa mengurus kediamannya dengan serius karena hanya fokus dengan militer dan keahlian berpedangnya. Aku tiba-tiba merasa simpati terhadap kepala pelayan dan pekerja di tempat ini.

"Silakan duduk. Pelayan akan menyediakan teh dan camilan, saya harus membangunkan Yang Mulia Pangeran terlebih dahulu."

"Baiklah."

Jujur saja, saat ini aku masih merasa kesal dengan permintaan Pangeran Atsumu yang tidak masuk akal. Ia bahkan bisa saja langsung berkata kalau ingin menjadi Pangeran Mahkota, tapi kenyataannya ia hanya ingin mengambil ajudan Pangeran Kedua. Kedua hal tersebut benar-benar memiliki nilai yang jauh berbeda.

Aku benar-benar harus menanyakan alasannya...

═════

Menit demi menit pun lewat, berganti menjadi jam demi jam. Sudah lebih dari dua jam dan hampir tiga jam aku menunggu di ruang tamu, tapi sosok tuan rumah sampai saat ini belum terlihat.

Aku ingin kembali ke Pangeran Osamu!

"Sudah lama menunggu? Maafkan aku, Shoyo. Karena sudah lama tidak ada di sini, banyak yang harus diurus sampai aku tidak bisa melihat waktu lagi untuk makan dan tidur.

Kalau seperti ini, aku bahkan tidak bisa marah jadinya...

Pangeran Atsumu adalah kembaran dari Pangeran Osamu. Keduanya begitu mirip, hingga orang yang baru pertama kali bertemu dengan mereka pun akan susah untuk membedakan mereka.

Saat aku hendak ingin berdiri, kedua bahuku ditekan oleh pangeran agar langsung terduduk lagi.

"Tidak usah salam-salaman."

Aku hanya mengangguk dan mataku tetap terpaku padanya hingga ia duduk tidak jauh dariku.

"Saya tidak ingin basa-basi lagi, tapi apa tujuan Anda sebenarnya? Saya sudah lama menjadi ajudan Pangeran Osamu, tapi permintaan Anda benar-benar tidak masuk akal."

Sebenarnya aku ingin memarahinya habis-habisan, tapi sebagai anak kedua keluarga duke, aku tetap berada di bawah Pangeran Atsumu terkait hal kedudukan.

"Lagipula, Anda sendiri sudah memiliki ajudan sekaligus bawahan dalam pasukan ksatria, bukankah Anda sedang bermain-main sekarang?" tambahku.

Atsumu hanya memperhatikanku dengan nyamannya sambil menyesap teh yang sudah tersedia. Saat aku selesai komplain tentang dirinya, ia malah tertawa kecil sesekali. Darahku seakan-akan naik sampai kepala dan hampir pecah.

"Shoyo, sudah selesai semua keluhannya? Atau ada yang ingin ditambahkan?"

"Sejauh ini hanya itu saja. Tolong dijawab pertanyaan saya, Pangeran."

Atsumu meletakkan cangkir tehnya dan memangku kepalanya. Tatapannya membuatku gugup, karena ia sering sekali tersenyum. Apalagi saat ini, ia sedang memikirkan jawabannya dengan wajah yang sengaja dibuat-buat bingung.

"Shoyo, kau benar-benar menyukai Osamu?"

Aku tercengang dengan pertanyaan tersebut. Jujur saja, aku memang menyukai Pangeran Osamu karena beberapa alasan, namun sepertinya kata yang cocok adalah mengagumi.

"Hah, ternyata benar."

"B-b-bukan begitu!"

"Kenapa kau jadi terbata-bata begitu?"

"Maksudku, tentu saja aku menyukai Pangeran Osamu karena aku sudah menjadi tangan kanannya sekaligus temannya dari dulu, tapi bukan menyukai yang pangeran maksud sama sekali!"

Atsumu memiringkan kepalanya sejenak dan langsung tertawa terbahak-bahak. Demi Dewa, aku sama sekali tidak bisa menebak isi pikirannya!

"Shoyo, kau benar-benar lucu sekali!"

"A-apa?"

"Akhirnya kau berbicara dengan normal, tidak perlu kaku begitu."

Ugh, aku kelepasan!

Aku pun berdeham dan berusaha untuk bersikap setenang mungkin, seperti semula. Sayangnya, Atsumu cekikikan sendiri saat melihatku memperbaiki postur.

Baru beberapa menit saja, aku sudah tidak tahan.

"Bagaimana ini? Aku memang sangat menyukai Shoyo ternyata," ucap Atsumu sambil tertawa. Aku merasa diolok-olok olehnya.

"Terima kasih."

"Aku tidak berbohong."

"Tetap saja, saya berterima kasih."

Lagi-lagi, Atsumu tertawa. Aku tidak mengerti sama sekali alasan di balik tawanya tersebut karena tidak ada yang lucu sama sekali.

"Jangan kaku begitu. Bukankah kau juga sering berbicara santai di saat seperti ini dengan Osamu?"

"Iya, tapi saya belum merasa dekat dengan Pangeran Atsumu. Mohon dimaklumi."

"Belum dekat ya... Kalau begitu, kita hanya perlu menjadi dekat saja, 'kan?"

Aku tidak langsung menjawab, karena menjadi dekat pun sepertinya bukan jawaban yang tepat.

"Mungkin?"

"Lebih baik tinggal di sini saja sekalian."

"Maaf?"

"Kau tinggal di sini. Tidak perlu kembali ke mansion di ibukota."

Aku langsung tertegun. Saat menjadi ajudan Pangeran Osamu, memang aku sering menginap tapi bukan berarti aku harus tinggal sebagai penghuni rumah.

"Saya harus izin pada kakak saya terlebih dahulu."

"Duke Hinata ternyata sangat protektif pada adiknya sendiri. Baiklah, besok aku akan berkunjung langsung ke kediaman Hinata untuk minta izin."

A-apa maksudnya?

"Sepertinya tidak perlu, Pangeran. Saya akan minta izin pada kakak saya secara langsung."

Aku tidak bisa tahan bersama-sama dengan Pangeran Atsumu. Sekarang ia malah mengajukan usulan untuk menginap di tempatnya dan akan meminta izin langsung pada kakakku. Bukankah ia terlalu berlebihan untuk seseorang yang hanya akan menjadi ajudannya?

Atsumu pun berdiri dan meregangkan badannya sedikit, benar-benar kelakuan yang tidak mencerminkan seorang pangeran. Aku berencana untuk berbicara dengan kakakku saat kembali nanti, karena ia pasti tidak akan mengizinkanku tinggal jauh darinya.

"Ah, hari ini Shoyo menginap saja dulu di sini, sekalian kita makan malam sama-sama. Besok kita akan pergi bersama-sama."

Indraku seakan-akan tidak berfungsi lagi. Pangeran Atsumu sepertinya memiliki bakat alami, yaitu membuatku tidak bisa berkata-kata sama sekali.

"Tuan Hinata, saya antarkan ke ruangan Anda."

Badanku bergerak sendiri seperti sedang disihir. Tidak sampai satu jam saja berbincang bersama, aku sudah ingin menyerah.

Dewa, tolong perhatikan saya yang sangat lemah ini.

See You LaterWhere stories live. Discover now