Tear 7

2.3K 281 59
                                    

Jungkook tersenyum. Mendengarkan celotehan Mingyu seolah itu adalah ritual sebelum makan siangnya. Ia suka—menyukai bagaimana Mingyu bercerita begitu bersemangat, begitu keras dan penuh tawa.

"Jadi kau kesana tidak Kook?"

Senyum yang semula terpajang manis di wajah Jungkook tiba-tiba memudar. Lelaki cilik itu menggeleng lemah "Tidak." katanya lirih lalu kembali memaksakan senyum.

"Loh kenapa tidak? Aku kesana lagi bersama Hyung !" Mingyu membola tak percaya karena seingatnya, Jungkook beberapa kali menanyakan tempat festival seperti apa dan ia berkata akan kesana.

"Daddy sibuk. Coba ceritakan Mingyu disana naik apa lagi? Siapa tahu nanti Kookie kesana." nadanya masih terkesan lirih namun senyumnya kali ini tak meluntur.

"K-kan tempatnya sudah tidak ada."

Raut wajah Jeongguk berubah. "Apa tidak ada lagi?" Rasanya harapan Jungkook sirna sudah.

"Tidak tahu. Kan kemarin terakhir Kook. Tidak tahu. Tak apa, aku akan meminta ibuku untuk meminta presiden membukanya lagi untuk Kookie." senyum Mingyu menular pada Jungkook yang sudah berjingkrak bahagia di bangku nya.

"Yeaaay Ibu Mingyu baiiiik."

.

.

.

"Kau bertambah berat saja. Makan apa saja kemarin sayang?" Namjoon menurunkan Jungkook lalu memasukkan tangan ke saku celananya.

"Daddy selalu memberiku sereal !" Jungkook dengan nada tinggi. Dan Namjoon melirik kikuk pada Seokjin yang seolah menatapnya dengan jengah.

"Oke oke. Maafkan Daddy. Jadi.. Bagaimana kalo sekarang kita makan di restoran? Daddy juga akan bertemu klien sesudah itu? Setuju?"

Jungkook berseru riang, melayangkan tinju kecilnya ke udara. Rasanya sudah tidak sabar ia akan makan lagi bersama Seokjin dan Namjoon.

"O-oh a-aku tidak bisa. Kalian pergi berdua saja. Sepertinya kau akan sibuk Namjoon. Aku tak mau menganggumu. Dan baby." Seokjin berjongkok merapikan rambut halus anaknya yang tengah menatapnya dengan diam sambil berkedip "Kau melakukan sesuatu yang hebat hari ini. Kau memang seorang juara. Papa bangga." Dengan begitu lembut dan seolah ia dapat menemukan titik kehangatan pada Jungkook, Seokjin mendekatkan diri mengecup kening Jungkook lalu tersenyum. "Papa menyayangimu."

Namjoon diam. Diam seolah suara hilang dari tenggorokannya. Bahkan saat Seokjin berjalan menjauh. Namjoon tetap diam.

Bahkan mulutnya tak dapat terbuka hanya untuk memanggil Seokjin.

Dan meminta maaf.

Saat ia merasakan angin berhembus membawa serpihan debu yang menyapa wajahnya, Namjoon tersadar. Jungkook tengah menatapnya. Dengan diam. Dengan lugu. Tanpa rasa. Dan seolah berhasil membuat jantung Namjoon berhenti berdetak.

"Daddy? Kookie ngantuk." Jungkook merentangkan tangannya. Meminta Daddy nya untuk menggendongnya. Jungkook tetap diam. Ia memilih diam. Ia diam saat Papa nya berjalan jauh dan menolak makan bersama.

Ia tak mau bertanya. Dan Jungkook tak mau menangis.

Lalu Namjoon menggendong Jungkook. Menatap si kecil dengan pandangan sayunya "Daddy mencintaimu baby."

Hari itu Jungkook merelakan satu harapannya,

Ia tak akan bisa pergi menghabiskan waktu di festival bersama Namjoon dan Seokjin.

.

.

Seokjin menumpukkan dagu pada punggung tangannya yang menggangtung. Bibirnya tertarik tersenyum menatap apa yang sudah ia kerjakan di meja panjangnya. Sangat sempurna dan tertata rapi.

TearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang