Peristiwa yang tak disadari
Ada seorang anak laki-laki berusia 11 tahun. Ia bernama Deonando Benedicto. Sekitar satu bulan yang lalu, ia dibelikan smartphone oleh ayahnya. Ya pada tahu kan kalo anak seusia itu, pasti asik sama dunianya. Dunia yg ku maksud yaitu main games. Ya main games online tiap hari di smartphone.
Tiga bulan kemudian, ia merasa bosan bermain di smartphonenya. Kebetulan ia diajak oleh teman mainnya ke warnet. Ini kali pertamanya diajak ke warnet. Dan ia meminta izin pada bundanya.
Deo : “Bunda, deo mau ke warnet main games”
Bunda : (terkejut melihat penampilan anaknya, sambil geleng kepala). “Main di rumah aja deo, kan sama aja”.
Deo: “Iya bunda” (dengan wajah kecewa)
Dua hari kemudian, deo minta izin lagi pada bundanya.
Deo :”Bun, deo pergi main warnet ya” (masih dengan penampilan yang sama)
Bunda :”Gak boleh deo, kamu main di rumah aja ya”
Deo :”Baik bun.” (dengan wajah sedih)
Hari berikutnya, ia mencoba untuk main games di smartphonenya. Dan ia senang karena menemukan jenis games baru dan sekaligus dapat teman baru. Hingga tak terasa sudah satu minggu ia bermain dengan games itu. Sampai akhirnya paket kuotanya habis dan ia tidak bisa main games online lagi.
Dan terbesit keinginan bermain games di warnet. Yang selalu menjadi tanda tanya besar di kepalanya, kenapa bundanya tidak pernah mengizinkannya untuk pergi ke warnet. Padahal bundanya tidak pernah melarang apapun. Disitu ia merasa bingung, minta izin lagi gak ya? Kalo minta izin, ntar gak dikasi izin. Tapi kan belum dicoba, belum tahu hasilnya. Hm, besok aku coba aja deh. Semoga bunda ngizinin.
Keesokan harinya, Ia memutuskan untuk minta izin pada bundanya.
Deo :”Bun, deo minta izin pergi ke warnet. Boleh ya bun. Ya ya ya boleh ya bun.” (Masih dengan penampilan yang sama)
Bunda :”gak ah, bunda gak kasih izin.” (Berbalik badan dan tertawa kecil)
Deo :”Ah bunda, kenapa sih gak boleh bun.”
Bunda : (bunda geleng kepala). “Yaampun nak, coba kamu liat penampilan kamu. Cuma pake kaos kutang aja, muka bantal dan masih ileran.”
