Dream

579 51 1
                                    

twelfth prompt

a kooktae's story made by me

i own nothing except the plot


---------

'Will we be able to face each other in the end?

Inside a happy ending?
I hope that kind of future awaits us

You and I will be drawn out, just as we dreamed'

'Whatever it takes, we will meet

The longer it takes, the more anxious we get'

------

Di kebiruan, pemuda itu menerawang jauh. Samar dirinya mengingat hal terakhir yang di lakukannya. Dirinya yang bersiap untuk tidur. Mencoba melihat dalam samar ke sekitar dirinya melihat jembatan dan lahan tepi sungai.

Dimana?

Keingintahuan membuat langkah kakinya menapak jauh. Menjangkau ilalang yang tumbuh menguning di sekitarnya.

Diujung jalan onyx kelamnya melihat seseorang, berdiri membelakanginya. Matahari mulai beranjak membuat semburat keunguan diantara biru yang terlihat.

Ketika dirinya ingin menjangkau seseorang itu, perlahan dirinya seperti terjatuh sangat dalam.

"Mimpi?" onyx itu membulat terbuka, menarik napas kasar mengusap keringat yang bercucuran. "Apa?" ingatannya semakin samar, mengingat seseorang yang ditemuinya di bawah jembatan.

Linglung.

Mimpi itu terasa nyata tetapi sangat kabur di saat yang sama. Berusaha mengingat mimpi itu lagi, yang dia ingat hanya seseorang yang menunggunya.

Kenapa? Kenapa menunggunya?

Pemuda itu menyeret paksa kakinya menuju kamar mandi. Berusaha menyegarkan pikiran dan memulai harinya lagi.


.....


"Yak! Jeon Jungkook! Meja nomor tujuh!"

Tersentak, pemuda itu langsung beranjak dari konter depan menuju seseorang yang meneriakkan namanya. "Ada apa?"

"Jangan keseringan melamun. Kau jadi aneh belakangan ini." Seokjin, pemuda itu terlihat sibuk menyusun pesanan pelanggan yang masuk. "Ohiya, stok susu kita sepertinya habis. Tolong belikan ya, Jeon."

Tanpa kata, Jungkook melangkahkan kakinya menjauh. Melepas apron dirinya bersiap menuju market yang tidak jauh.

Lonceng bell berbunyi kala dirinya masuk. Onyxnya masih setia menyusuri jajaran bungkusan rapi di etalase toko. Sebelum debarannya kian menguat memekakkan telinga.

Indra pembaunya menghidu aroma yang terasa familiar kala seseorang melangkah melewatinya. Sontak kepalanya berbalik melihat seseorang itu. Respon pertama di kepalanya adalah berlari mengejar tetapi buyar tatkala telepon di saku bergetar ribut.

Onyxnya masih melihat punggung seseorang itu yang kian menjauh sementara jemarinya mengangkat telfon yang kian ribut.

"((Yak! Jeon Jungkook! ........))" suara amukan yang berasal dari sebrang semakin mengecil ketika seseorang itu terlihat berhenti dan berbincang dengan seseorang lainnya. Di kejauhan dirinya samar melihat senyum kotak yang terpatri di wajah lembut itu.

Sontak degupan jantungnya kembali menguat, kembali teringat kepada mimpi-mimpinya yang sangat kabur. Tanpa menutup saluran telepon dirinya berlari kencang.

Samar ingatan itu kembali muncul, padang ilalang persis di bawah jembatan dengan harumnya bunga lily tatkala seseorang melewatinya. Dirinya samar mengingat onyxnya yang menerawang jauh.

Kembali senyum kotak itu terlihat, jarak mereka kian menipis. Dengan terengah Jungkook memegang bahu kurus itu.

Seseorang, yang sangat cantik untuk ukuran pemuda tetapi sangat berani untuk menjadi wanita. Dengan potongan rambut yang sangat pendek berwarna keunguan Jungkook terpesona.

Seseorang itu sangat terkejut melihat Jungkook yang mencengkeram bahunya sambil terengah sehabis berlari.

Onyxnya menatap netra itu terkejut. Matahari kian bergerak dengan awan yang meredupkan cahaya jingga. Di kebiruan Jungkook menatap netra bening dengan senyum kotak yang akan selalu di ingatnya, menerawang jauh.


Fin.


words count : 4++

writer's corner :

another prompt. bisa soulmate bisa juga reinkarnasi, terserah imajinasi kaliaan

Wonderwall Where stories live. Discover now