Cermin Tema Humor

32 6 2
                                    

Anya dan Fanya adalah saudara kembar yang sering bertengkar. Banyak perbedaan di dalam diri mereka. Terutama soal hobi. Anya yang menyukai media sosial, sedangkan Fanya menyukai dunia game.

Seringkali juga Bunda mereka kewalahan melerai mereka yang terus-terusan bertengkar. Anya yang lebih mempunyai sifat manja seringkali membuat Fanya sang adik geregetan. Jika ada apa-apa Fanya selalu mewujudkannya dengan hasil jerih payahnya. Sedangkan Anya hanya terus meminta kedua orang tuanya soal make up dan peralatan lain.

Pernah suatu hari saat keluarga mereka jalan-jalan di mall. Anya yang paling egois diantara keluarga mereka. Anya sering meminta ke toko-toko baju dan make up. Sedangkan Fanya mengikuti apa kata orang tuanya.

"Fanya mau beli apa?"

"Terserah Bunda, yang penting makan banyak," jawab Fanya enteng.

"Kalau begitu sama Ayah dulu pesan duduk. Bunda mau nemenin Anya."

"Bunda kok mau sih jalannya sama Anya muluuuu ... Kapan sama Fanya-nya?" kata Fanya sambil menyilangkan tangannya.

Bunda mengelus-elus rambut pendek Fanya pelan. "Iya sayang, kalau jalan lagi Bunda sama Fanya deh. Janji."

Bunda mengulurkan kelingkingnya untuk tanda persetujuan. Fanya menyanggupi dengan menautkan juga kelingkingnya di kelingking Bunda.

Akhirnya Fanya bergabung dengan ayah. Sedangkan bunda menyusul Anya.

"Mau makan apa Fanya?"

"Makan burger, Yah. Yang fast food aja. Pingin coca cola," usul Fanya yang langsung disetujui oleh ayah.

Soal makanan ayah dan Fanya jagonya. Begitupula soal game. Kadang jika setelah makan, mereka akan ke fun world untuk bermaniak game. Game-nya juga seputar tembak-tembak an, mobil balap, kora-kora yang bikin mual, dan capit boneka jika ada mood baik.

Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Tapi pernah ada sebuah pertengkaran hebat antara Fanya dan Anya. Saat itu mereka di kamar bersama. Anya yang sibuk dengan make up-nya dan Fanya dengan console nya.

"Woy, Fanya kecilin volume game mu!" teriak Anya padahal jarak antara keduanya dekat.

"Berisik ah titisan dakjal," sergah Fanya.

"Apa lo bilang?!"

"Dakjal Kak. Apa salah?" jawab Fanya sambil tetap fokus pada console nya.

Tiba-tiba Anya menjewer telinga Fanya sampai merah "awww! Kak, sakit woy!"

"Salahnya durhaka. Ngapain main game gak jelas gini. Unfaedah!"

"Game mengajarkan kita arti bersungguh-sungguh dan strategi jitu. Jadi jangan remehkan kemampuan matematika ku! Haha, dasar lemah matematika," ejek Fanya yang tetap memegang console nya.

Jeweran mendarat sekali lagi.

"Gue gak jewer sumpah Kak. Rasain ini!"

Pertengkaran terjadi dengan heboh. Hingga keduanya saling jambak-jambak an. Anya yang tipikal lemah dan manja langsung berteriak hore. Maksudnya, histeris. Sontak, bunda dan ayah datang untuk melerai keduanya.

"Dasar saudara badung! Damai bentar bisa gak sih. Capek Bunda ngurus kalian berdua. Ingin rasanya membuang kalian. Astaghfirullah bilang apa ya Bunda?"

"Bundaaaaa!!!" teriak Anya dan Fanya berbarengan.

Bunda dan ayah tertawa terbahak. Meskipun mereka berdua sering bertengkar, tapi kasih sayang keduanya tak pernah luput dari Anya dan Fanya. Bagi mereka, Anya dan Fanya adalah anugerah terindah yang sekarang mereka miliki.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 10, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tugas Teen LiteratureWhere stories live. Discover now