Chapter #2: Tawaran & Kekaguman

1.7K 368 84
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Gilaaang! Ayo bangun dong, Sayang, udah pagi. Kamu nggak kuliah?"

Suara halus milik seorang wanita paruh baya menyapu lembut pendengaran Gilang pagi ini. Seraya mengguncangkan tubuh anaknya, Jelita—ibu Gilang—kembali meloloskan kalimat bujukan agar putra sulungnya itu segera tersadar dari alam mimpi.

"Gilang...."

"Hmmmm," Gilang menggeliat lepas, "iya, Ma."

Usai mendengar jawaban Gilang yang diikuti dengan gerakan tangan membuka selimut, perempuan yang Gilang panggil 'Mama' itu pun menghela napas lega. Beliau kemudian segera berlalu pergi dan membiarkan pintu kamar Gilang dalam keadaan terbuka.

Dengan nyawa setengah terkumpul, Gilang duduk di tepi ranjang. Tangan kanannya meraih segelas air mineral yang ia letakkan di atas nakas samping tempat tidur. Minuman itu habis tak tersisa dalam hitungan detik. Membasahi tenggorokan selepas tidur nyenyak semalaman seakan telah menjadi ritual wajib Gilang setiap pagi. Selang sejumput sekon melintas, arah pandangan Gilang beralih meniti langit-langit kamar, lantas menatap kosong objek yang tengah diperhatikannya.

Pagi mulai menyapa. Cahaya matahari perlahan masuk memenuhi sudut-sudut kamar. Tebalnya tirai berwarna abu-abu nyatanya tak bisa menghalangi cahaya itu masuk ke dalam ruangan bernuansa monokrom tersebut. Sinar tipis yang menerobos melalui celah-celah gorden berhasil membuat Gilang refleks menyipitkan matanya karena silau. Dengan mata setengah terpejam, pemuda itu lekas bangkit dari ranjang untuk membuka tirai lebar-lebar.

Sekilas Gilang melirik jam yang tergantung elegan di dinding kamar. "Masih jam 8," gumam Gilang diiringi embusan napas lega. Bisa dikatakan Gilang cukup santai hari ini. Tidak ada jadwal kuliah, sementara tugas dan tetek bengeknya sudah ia selesaikan tadi malam. Schedule Gilang hari ini cuma satu; manggung di kafe baru yang terletak di kawasan Depok. Itu pun masih lama, sekitar jam makan siang.

Berdasarkan penelusuran kilat, dengar-dengar kafe tempat Gilang akan perform nanti cukup terkenal di kalangan mahasiswa daerah sana meski baru saja beroperasi, kira-kira sebulanan lebih. Kata orang-orang, daya tarik yang dimiliki kafe tersebut sangatlah kuat, dan Gilang sangat penasaran akan fakta yang satu ini. Maka dari itu, Gilang ingin membuktikannya dengan menerima tawaran menyanyi yang diajukan pihak kafe tempo hari.

Tidak tahu kenapa, Gilang merasa dirinya bukanlah tipe mahasiswa yang hobi nongki-nongki di kafe, baik untuk sekadar mencari ketenangan maupun merampungkan segala urusan terkait organisasi yang ia tekuni. Kalau diberi pilihan, jelas Gilang akan menunjuk kantin fakultas sebagai tempat ternyaman untuk bernongkrong ria bersama kawan-kawannya, atau paling mentok di ruang sekretariat UKM band kampus, lah.

Dulu, Gilang sempat mengikuti serangkaian kegiatan di bawah naungan UKM band. Namun, karena sekarang Gilang sudah menjadi mahasiswa Teknik Sipil tingkat akhir, belakangan ini dia hanya mengambil fokus terhadap dua hal; skripshit dan job manggung di luar kampus untuk mengobati kanker (kantong kering), menuntaskan hobi, serta melepaskan penat.

Oh My Cam! [ON HOLD]Where stories live. Discover now