Berangkat Hajatan

204 9 0
                                    

Titot dan istrinya, Nina sore itu sudah rapi mengenakan batik. Gori terlihat mengenakan kemeja koko putih duduk dengan mereka di teras, menunggu kedatangan Awan untuk berangkat bersama ke hajatan sunat anaknya Udin.

"Sore Bu Nina, Pak Titot, Pak Gori," ujar Awan menyapa mereka.

"Sore ... sore'" balas mereka akrab.

"Terima kasih lho ... udah boleh numpang," ujar Awan menghargai kebaikan hati tetangganya.

"Terima kasih juga Pak ... udah bersedia berangkat bareng," ujar Titot sambil tersenyum.

Sore itu sebetulnya Awan ragu-ragu untuk berangkat bareng mereka, karena terpaksa harus mengorbankan sholat Maghrib. Tapi untuk berangkat sendiri, dia belum menguasai jalan menuju desa tempat tinggal Udin.

Sepuluh menit menjelang adzan Maghrib ...

Suzuki APV anyar itu bergerak meninggalkan Tampak Siring. Titot duduk di belakang kemudi didampingi Nina di kursi depan. Di baris kedua ada Gori yang duduk di belakang Nina, dan Awan yang kebagian tempat duduk di belakang Titot. Di baris ketiga hanya ada Atun, asisten rumah tangga keluarga Titot yang masih sedesa dengan Udin. Hari itu Atun menjadi penunjuk jalan ke lokasi hajatan.

HANTU WAYANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang