Prolog

107 15 5
                                    

Penyesalan memang selalu datang di akhir dan tidak pernah di awal. Kata seandainya terus berputar di otakku. Seandainya aku tahu. Seandainya aku tidak mudah tertipu bualannya. Dan seandainya aku tidak mudah mempercayainya. Tentu aku tidak akan berada di posisi ini sekarang. Berdiri di tengah kerumunan orang-orang yang saat ini menatapku dengan tatapan mencemooh.

"Gue gak pernah suka sama lo. Dari awal gue deketin lo, semuanya hanya pura pura."

Kenyataan yang baru saja ku dengar membuat hatiku hancur seketika. Tanganku mengepal kuat berusaha menahan tangis yang tercekat di tenggorokan. Ku angkat wajahku yang menunduk dan menatap pria yang saat ini menatapku datar.

"Kamu bohong. Bukannya kamu bilang kamu cinta sama aku?"

Pria itu mendengus dan tertawa remeh bersama teman-teman prianya. Seolah olah pertanyaanku adalah lelucon yang sangat lucu.

"Mora, Mora. Lo tuh bener-bener naif ya? Mau maunya aja lo gue bodoh bodohin." Seringaian sinis ia lemparkan padaku sebelum melanjutkan.

"Biar gue perjelas. Gue gak pernah suka sama lo, Amora Brigitta Pahlevi. Gue deketin lo selama ini semata-mata hanya demi taruhan yang gue buat sama temen-temen gue. Ngedeketin lo, ngebuat lo jadi pacar gue dan mutusin lo di prom hari ini emang udah direncanain. Bodohnya lo masuk ke dalam permainan gue."

"Kenapa? Kenapa kamu lakuin ini ke aku? Aku ada salah apa sama kamu?" Aku dapat mendengar suaraku bergetar saat menanyakannya.

Matanya yang tajam menatapku dengan tatapan menusuk.

"Satu satunya kesalahan lo adalah percaya sama gue. Lo terlalu bodoh dan naif. Coba deh lo ngaca! Muka jerawatan, dandanan menor, rambut kepang dua dan kacamata kuda lo yang bener-bener ketinggalan jaman. Lo pikir cowok kayak gue mau sama Lo? Cewek berpenampilan udik kayak lo gak pantes buat dicintai,"

Tanpa bisa kucegah air mata yang sedari tadi ku tahan mengalir begitu saja saat mendengar perkataannya barusan. Aku menghela nafasku yang terasa berat.

Cukup sudah.

Dengan kaki bergetar, aku membalikan tubuhku dan berjalan keluar membelah kerumunan orang-orang yang kini kompak menyoraki ku. Hujan menyambut ku ketika sampai di luar. Namun hal itu tak menghentikan langkahku untuk pergi menjauh dari tempat itu.

"Gue deketin lo selama ini semata mata hanya demi taruhan yang gue buat sama temen-temen gue."

"Coba deh lo ngaca!"

"Lo pikir cowok kayak gue mau sama lo?"

"Cewek berpenampilan udik kayak lo emang gak pantes buat dicintai."

Perkataan pria itu terngiang-ngiang di kepalaku. Membuat dada ku terasa sakit oleh perasaan menyesakkan. Dengan nafas tersengal aku terduduk di pinggir jalan dan menutupi wajahku dengan tangan. Terisak menyedihkan menangisi kebodohanku dan merutuki diriku sendiri yang begitu lemah terhadapnya.

Salahku karna mengira ia tulus selama ini. Salahku yang dengan gampangnya meletakkan kepercayaanku pada pria itu. Pria pertama yang mendekatiku, pria pertama yang menawarkan pertemanan padaku dan pria pertama yang ku pikir mencintaiku dan menyayangiku dengan setulus hati selain ayah dan kakak laki-lakiku.

Tapi ternyata aku salah besar.


Pria itu tak lebih dari seorang penipu.












💛💛💛💛💛
See you


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 01, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CHASING YOUWhere stories live. Discover now