Prolog

1K 79 38
                                    

"Ayah, fakboi itu apa?" Bola mata Brian nyaris keluar setelah mendengar pertanyaan anaknya.

"Eh? Denger itu dari mana?"

"Tadi pas ikut Bunda ke pasar, ketemu temen Bunda. Terus dia bilang Ayah fakboi. Makanya aku penasaran." Brian mengusap wajahnya kasar. Bisa-bisanya Nanda mendengar kata seperti itu.

"Temen Bunda yang mana?"

"Gak tahu. Aku baru lihat."

"BCA!!" Brian berteriak memanggil istrinya.

Brian ada di teras rumah, sedangkan Alin sedang membereskan barang belanjaan di dapur.

"Ayah gak boleh teriak! Kalau mau manggil Bunda, langsung samperin Bundanya!!" Ujar Nanda mengingatkan.

"Oh iya Ayah lupa!" Satu tepukan tangan mendarat di keningnya. "Bellagia Cantika Alina~~!"

Alin muncul setelah beberapa detik dipanggil dengan suara yang lembut.

"Apaan?"

"Kamu tadi ketemu siapa di pasar?"

"Di pasar?" Alin bertanya kebingungan.

"Itu loh, Bun. Temen Bunda yang tadi bilang Ayah fakboi."

Alin menepuk keningnya mendengar perkataan Nanda. "Ah iya. Tadi ketemu Teh Irin. Kamu kenal, kan?"

"Ooh, kakak tingkat jurusan kamu?"

"Iya, Bri. Yang itu. Yang pernah kamu deketin tapi cuma PHP."

Nanda melirik kedua orangtuanya. Dia tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan Ayah dan Bundanya.

"Bun, PHP itu apa?" Tanya Nanda.

"Astagfirullah. Baru inget aku punya anak masih polos." Ujar Brian dalam hati.

Setelah berpikir lama, Alin menjawab, "PHP itu Pemberi Harapan Palsu. Orang yang suka bohong."

"Oooh. Kaya Pinokio dong?"

"Iya, Nda." Brian rasanya ingin tenggelam saja sekarang.

"Terus fakboi itu apa?" Nanda masih tetap penasaran pada kata ini.

"Hhhmm... fakboi itu laki-laki yang gak baik. Suka bohong, nyakitin hati perempuan. Nanti Nanda kalau udah besar jangan jadi fakboi ya."

Akhirnya rasa penasaran Nanda terjawab oleh sang bunda. Nanda tersenyum kegirangan.

"Oke siap, Bun!!" Jawab Nanda mantap.

Alin melirik Brian sekilas, lalu ia masuk ke dalam rumah untuk melanjutkan pekerjaannya. Tak lama, Nanda bertanya lagi.

"Yah, Uncle Epan kapan ke sini lagi? Nanda kangen. Soalnya Uncle kaya badut. Suka ngelucu."

"Ppffft... Uncle lagi sibuk, Nda. Tungguin aja, nanti juga Uncle datang ke sini. Dia kan sering ke rumah kita minta makan."

"Aasiiiik!!! Aku mau main sama Uncle Epan bareng A Nana, Tata sama Deri."

Nanda masuk ke dalam rumah dengan riang gembira. Brian menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang anak. Tak terasa kini Nanda sudah besar. Rasa-rasanya Nanda dulu masih kecil. Bayi yang lahir dengan berat badan pas-pasan itu tumbuh menjadi anak yang sehat.









***









"Uncle Epaaaaaaan!!!!" Nanda langsung keluar rumah pas denger suara mobil Omnya.

Gue juga ikutan keluar menyambut kedatangan adek laknat gue tersayang. Biasanya dia gak akan datang sendirian. Dia bakalan dateng sama si bungsu, Yena. Kalau mereka dateng ke rumah. Siap-siap aja rumah bakalan hancur lebur kaya kapal pecah.

[4] Good FatherUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum